5 Pengalaman Unik yang Hanya Ditemui oleh Pelari Maraton

Santi Kurniasari
Marathoner, ibu rumah tangga
Konten dari Pengguna
11 April 2021 5:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Santi Kurniasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
42,195 kilometer adalah jarak yang cukup jauh untuk ditempuh tanpa moda transportasi apa pun selain kaki. Itulah yang dirasakan oleh para marathoner atau pelari maraton. Meski berat, banyak sekali pengalaman unik yang didapat selama berlari. Itulah yang menyebabkan marathoner seolah kecanduan, selalu ingin berlari lagi dan lagi.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Unik Lari Maraton #1 Serasa kondangan
Ada kalanya panitia maraton memperbolehkan komunitas-komunitas lari membuka water station, yaitu tempat yang menyediakan minuman serta makanan untuk pelari. Biasanya, water station komunitas disebar mulai dari kilometer 20 ke atas. Mulai dari km 30 ke atas, biasanya jarak antar-water station diatur semakin berdekatan.
Water station panitia isinya standar saja: Air mineral, isotonik, semangka, melon, dan pisang. Berbeda dengan water station komunitas yang menyediakan aneka hidangan menggiurkan. Mirip-mirip pesta kondangan begitulah.
Ada buah-buahan segar seperti: Buah naga, anggur, apel, pir, kiwi, jeruk; buah kering seperti kurma, kismis, dan manisan mangga; camilan manis seperti: Kue black forest, kue red velvet, cokelat batangan, nastar; lidah kucing, biskuit, camilan gurih seperti risoles, pastel, siomay, lemper, kastengels; hingga aneka es seperti es cincau, es buah, es cendol, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Kurma terlezat yang pernah saya makan adalah kurma yang disediakan di km 30. Es cincau paling segar di dunia adalah yang disajikan di km 36. Lantaran sudah berlari cukup jauh, seluruh makanan dan minuman yang disediakan terasa lezat belaka. Lain kali sangu Tupperware, Lurrr….
Pengalaman Unik Lari Maraton #2 Tidur pulihkan fisik
Teman saya pernah nekat ikut maraton, padahal sebelumnya ia hanya pernah berlari maksimal 18 kilometer. Alhasil, di km 30-an ia mengalami hal yang cukup mengkhawatirkan. Saat buang air kecil, air seninya berwarna cokelat keruh seperti teh kental!
Teman saya segera minum air putih banyak-banyak di water station, lantas menumpang tidur di sana selama setengah jam. Setelah bangun, ia kembali buang air kecil. Lantaran air seninya sudah normal kembali, ia pun berani melanjutkan perjalanan ke garis finish dan menyelesaikan maraton pertamanya dalam 7,5 jam.
ADVERTISEMENT
Beruntung panitia maraton kali itu memberi batas waktu maksimal 8 jam (biasanya hanya 7 jam) sehingga teman saya berhak mendapatkan medali dan kaus penamat. Tapi, jangan ditiru ya, kesehatanmu iku lho, Lurrr….
Pengalaman Unik Lari Maraton #3 Tidur pulihkan trauma
Seorang teman, pelari kencang yang kalau maraton hanya butuh 4 jam lebih sedikit, pernah tertabrak mobil di km 19. Maklum, anak muda, fisiknya segera pulih dalam waktu singkat. Ia tetap berhasil menyelesaikan maraton kali itu meski butuh waktu lebih lama dari biasanya. Namun, ternyata ia menderita trauma psikis. Kala mengikuti maraton di kota lain tiga minggu kemudian, jantungnya langsung berdebar-debar tak karuan saat melihat papan penanda km 19.
Tidak mau mengambil risiko, teman saya segera melipir ke sebuah warung, dan minta izin pada ibu pemilik warung untuk tidur di lantai. Setengah jam kemudian, barulah ia bangun dan meneruskan perjalanan, lantas bertemu dengan saya di km 20. Akhirnya pelari kencang dan pelari lambat (baca: Saya) itu bersama-sama melintasi garis finish setelah berlari naik turun tanjakan dan menembus hujan lebat, dengan catatan waktu 6 jam 39 menit.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Unik Lari Maraton #4 Masih Sempat Jajan Siomay
Atlet dan pelari elite hanya konsentrasi pada satu hal sejak melintasi garis start, yaitu finish secepat-cepatnya. Namun, pelari rekreasional sering kali memanfaatkan event maraton untuk kulineran. Terlebih setelah menempuh jarak sekian puluh kilometer, kala semua makanan dan minuman rasanya lezat belaka.
Teman saya pernah tergoda jajan siomay di km 41++ saat ikut maraton di Bandung. Lantaran sudah dekat garis finish, abang tukang siomay memperbolehkan piring berisi siomaynya dibawa pergi.
Setelah finish, mendapat medali dan kaus penamat, foto-foto, dan lain sebagainya, barulah teman saya kembali lagi untuk membayar dan mengembalikan piring. Rupanya si abang tukang siomay sudah mendorong gerobaknya pergi sehingga teman saya harus mencari-cari agak lama. Untung ketemu.
ADVERTISEMENT
Kalau bertemu jajanan menggiurkan di jalan, memang lebih baik melipir dan jajan dulu. Sebab setelah finish biasanya badan akan terasa capek luar biasa, jadi sudah malas mau ke mana-mana.
Pengalaman Unik Lari Maraton #5 Kaki kram, Tapi Masih Ingat Medali dan Kaus Penamat
Teman saya pernah melintasi garis finish dengan terpincang-pincang saat sudah mepet batas waktu, lalu ambruk dan meringis campur nangis karena kakinya kram. Untung teman-temannya yang sudah selesai duluan menunggu di dekat garis finish sehingga teman saya itu langsung dipanggilkan petugas medis.
Di tengah linangan air mata menahan sakit, teman saya tiba-tiba ingat bahwa dia belum mengambil medali dan kaus penamat (karena keburu ambruk), padahal batas waktu tinggal sebentar lagi. Sontak ia berhenti menangis, lalu dengan cekatan melepas sehelai bib atau nomor dada yang disematkan dengan peniti ke kausnya. Setelah minta tolong pada seorang teman untuk mengambilkan medali dan kaus penamat (dengan berbekal bib tadi sebagai bukti), ia kembali ambruk, meringis, dan menangis.
ADVERTISEMENT
Pelajaran moralnya: Kaki kram memang sakit banget, tapi medali dan kaus penamat lebih penting.
Foto koleksi pribadi,Tangerang Crazy Runners,Jakarta Marathon 2017