Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rindu Bermusik di Era Pandemi
1 September 2021 15:40 WIB
Tulisan dari Santi Kurniasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ruang zoom yang dibuka setiap hari Jumat petang itu biasanya digunakan untuk berlatih paduan suara. Memang sebelum pandemi, para anggota paduan suara tersebut rutin berkumpul di sebuah titik di Jakarta setiap hari Jumat sepulang kerja, untuk berlatih bersama. Selama pandemi, latihannya pindah ke ruang zoom. Saya tidak pernah ikut masuk ke ruang zoom (meski link untuk masuk ke sana selalu di-share di WA group), karena beberapa tahun terakhir ini saya memang hanya menjadi anggota nonaktif.
ADVERTISEMENT
Belakangan, ruang zoom tersebut tidak lagi dipakai untuk latihan paduan suara, melainkan untuk presentasi lagu favorit, boleh klasik, kontemporer, sampai dangdut, pokoknya apa saja. Ini sangat menarik, karena paduan suara yang saya maksud ini 90% menyanyikan lagu-lagu klasik. Setelah presentasi (baca: menyanyi), anggota yang tampil itu akan dibimbing dan diarahkan agar bisa menyanyikan lagu tersebut dengan lebih baik lagi. Dalam satu kali pertemuan, biasanya ada 2 orang yang menyanyi.
Jumat lalu ada 2 orang yang menyanyi dan diarahkan. Salah satunya adalah seorang soprano yang saya tahu suaranya bagus sekali kalau nyanyi klasik. Karena kangen ingin mendengar nyanyiannya, saya ikut masuk ke ruang zoom. Ia membawakan sebuah lagu karya Antonín Dvořák (1841-1904).
ADVERTISEMENT
Selain kangen pada vokal klasik, rasanya saya ingin juga menyanyi untuk kemudian dibimbing dan diarahkan. Namun terlebih dahulu saya perlu ikut dulu pertemuan zoom-nya, untuk mengetahui apa saja yang perlu disiapkan.
Ternyata peserta harus menyiapkan partitur, agar saat ia menyanyi, orang lain bisa menyimak partitur, dan tak perlu lagi meraba-raba dalam gelap, lagu apa gerangan yang dinyanyikan. Kalau ada iringan musik, akan lebih bagus lagi. Tapi kalau tidak ada, juga tidak apa-apa.
Ternyata ada beberapa hal yang sudah lama sangat saya rindukan, yang saya jumpai lagi Jumat lalu.
Satu, suara soprano teman saya itu. Betapa indah sekaligus bertenaga alunan suaranya, saat menyanyikan lagu klasik yang tinggi-rendah nadanya cukup dinamis. Saya langsung berusaha mengingat lagi teknik pernapasan diafragma, dan berjanji dalam hati berlatih lagi supaya perut ini bisa ‘sustain’.
ADVERTISEMENT
Dua, bimbingan dari salah seorang pelatih sekaligus konduktor atau dirigen dalam paduan suara tersebut. Orang yang saya maksud ini lulusan S2 musik dari UK. Tentu bimbingan dan arahannya bulan kaleng-kaleng. Saya sangat menikmati saat ia ‘membedah’ partitur dan dengan terperinci menjelaskan secara teknis, apa-apa saja yang bisa diupayakan oleh sang soprano, supaya dapat menyanyikan lagu tersebut dengan lebih baik lagi.
Tiga, arahan dari pelatih sekaligus pendiri paduan suara. Bertahun-tahun lalu, saya belajar vokal klasik padanya. Lantaran bab teknis sudah dikupas tuntas, beliau hanya menyampaikan selebihnya. Bahwa penyanyi harus sungguh-sungguh masuk ke dalam lagu. Melihat sang komposer, Antonín Dvořák, lahir dan besar pada Zaman Romantik (1820-1900), tentu lagu ciptaannya kental akan ciri khas musik pada era tersebut. Salah satu cirinya adalah melodi yang bisa dibilang jauh lebih ekspresif dibanding era-era sebelumnya. Nah, karena itu, penyanyi pun harus ekspresif saat membawakan lagu dari era Romantik. Jika sedih, ya ekspresi sedihnya harus terasa.
ADVERTISEMENT
Dalam seni musik, teknik sudah pasti harus dipelajari dan dilatih. Hal itu mutlak dan tidak bisa dinego lagi. Namun penjiwaan juga tidak kalah penting. Idealnya, seorang penyanyi harus menguasai teknik vokal yang baik, menjiwai lagunya, sekaligus mampu menyampaikan isi dan jiwa lagu tersebut supaya pesannya sampai kepada para pendengar.
Ah, senangnya! Saya jadi pengin ikutan, hahaha. Sekarang saatnya memilih lagu, menyiapkan partitur dan iringan musiknya. Ada sebuah lagu rakyat Tiongkok yang sangat saya sukai, Mo Li Hua yang artinya bunga melati. Tapi rasanya saya bisa membawakannya dengan agak lumayan, haha. Partitur tersedia.
Ada sebuah lagu soundtrack anime yang sangat indah, yang belum bisa saya bawakan dengan baik. Bahasanya tidak saya kuasai, sedangkan liriknya panjang-panjang dan temponya cukup cepat sehingga lidah saya sering belibet. Partitur tersedia. Sepertinya saya mau pilih yang itu aja 😁
ADVERTISEMENT