Negara ASEAN Perlu Kerja Sama Hadapi Perubahan Iklim

WRI Indonesia
Akun resmi dari WRI Indonesia | Lembaga penelitian independen yang berupaya mewujudkan gagasan besar menjadi aksi nyata demi mencapai pembangunan berkelanjutan
Konten dari Pengguna
10 Februari 2020 13:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari WRI Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di wri-indonesia.org pada 16 November 2017
Peralihan energi di negara-negara ASEAN diperlukan untuk mendukung mitigasi perubahan iklim. Foto dari Wikimedia.
Oleh: Arief Wijaya dan Shira Idris
ADVERTISEMENT
Sembilan dari sepuluh anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah meratifikasi Perjanjian Paris, dan Myanmar diperkirakan akan mengikuti dalam waktu dekat. Meskipun masing-masing negara memiliki Komitmen Kontribusi Nasional (NDC), kolaborasi antara negara-negara ini sangat penting untuk mencapai target NDC dan mengatasi tantangan perubahan iklim global di wilayah yang ditinggali oleh seperempat populasi dunia.
Laporan terbaru dari Lembaga Hubungan Internasional Norwegia (NUPI) ‘Impact of Climate Change on ASEAN International Affairs,’ adalah salah satu laporan pertama yang berfokus pada dampak perubahan iklim terhadap hubungan internasional ASEAN. Ditulis bersama-sama oleh wadah pemikir dan lembaga internasional di seluruh ASEAN (termasuk World Resources Institute Indonesia), laporan ini menyoroti kawasan yang perlu menjadi perhatian negara-negara anggota.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, laporan ini meliputi temuan-temuan berikut:
1. Perubahan iklim dapat mengakibatkan krisis kemanusiaan, migrasi, dan/atau peningkatan kebutuhan impor kebutuhan dasar yang dapat mempengaruhi hubungan antar negara.
Menurut Indeks Risiko Iklim Global, empat dari sepuluh negara yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim berada di Asia Tenggara, yakni Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam. Di negara-negara ini dan negara lainnya, perubahan iklim berpotensi memiliki dampak berikut terhadap hubungan internasional ASEAN:
ADVERTISEMENT
Semua kondisi ini berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap migrasi. Kenaikan permukaan laut akan meningkatkan evakuasi dari wilayah dataran rendah yang akan meningkatkan kepadatan populasi di wilayah lain. Faktor-faktor perubahan iklim lain yang akan mempengaruhi migrasi adalah perubahan aliran sungai, kurangnya air untuk pertanian dan meningkatnya suhu di daerah pedesaan.
Pembangkit listrik tenaga batu bara Quezon di Mauban, Quezon, Filipina. Foto oleh Lawrence Ruiz (Epi Fabonan III)/Wikimedia
2. Mengurangi emisi gas rumah kaca membutuhkan koordinasi dan kerja sama internasional, termasuk di sektor energi.
ADVERTISEMENT
Mitigasi perubahan iklim membutuhkan peralihan energi secara global yang mempengaruhi hubungan antar negara. Batu bara diperkirakan akan menjadi sumber energi terbesar di negara-negara ASEAN dari tahun 2040, yang sangat bertentangan dengan Komitmen Kontribusi Nasional (NDC). Kegagalan untuk beralih dari bahan bakar fosil, terutama batu bara, dapat merusak reputasi negara-negara ASEAN di kancah internasional dan dapat menggagalkan pemenuhan target Perjanjian Paris. Penurunan subsidi bahan bakar fosil dan peningkatan porsi energi terbarukan dalam bauran energi dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memenuhi target NDC.
Peralihan energi membuka kesempatan peningkatan kerja sama antara negara-negara ASEAN. Sejak tahun 1997, konsep integrasi kelistrikan dengan energi terbarukan yang lebih intensif telah dibuat dan dituangkan sebagai ASEAN Power Grid (APG). Sebelas saluran listrik untuk digunakan bersama oleh enam pasang negara ASEAN telah dibangun. Selain itu, integrasi lintas batas negara lebih lanjut telah direncanakan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana ASEAN Dapat Mempercepat Tindakan Iklim
ASEAN telah memprioritaskan isu perubahan iklim sejak ASEAN Summit tahun 2007 di Singapura. Akan tetapi, pembahasan perubahan iklim di pertemuan regional belum dilakukan secara konsisten. Sebagai contoh, tidak ada pembahasan perubahan iklim dalam agenda ASEAN Summit terakhir yang baru selesai di Manila. Negara-negara ASEAN harus mengangkat isu tersebut dan mengambil tindakan nyata untuk mencapai target NDC mereka sebagai bukti komitmen kepada mitigasi perubahan iklim.
Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan dalam laporan untuk membantu ASEAN mengambil tindakan yang lebih tegas terkait kebijakan iklim:
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim yang tidak dibatasi oleh batas geopolitik harus dipecahkan dengan pendekatan transnasional. Kerja sama erat antara negara-negara ASEAN sangat diperlukan mengingat geografi dan ekonomi ASEAN saling mempengaruhi dan sangat rentan terhadap pengaruh dampak perubahan iklim. Kurangnya komitmen negara-negara anggota terhadap tindakan iklim (dan kerja sama) dapat mengancam masa depan wilayah ini.
Baca artikel lainnya di wri-indonesia.org.