Konten dari Pengguna

Kenapa Mahasiswa Sering Overthinking?

Putri Regina Ayu Wulansari
Bachelor of International Relations-Universitas Islam Indonesia Hi, I am Putri Regina. Menulis adalah salah satu hobiku, semoga kamu suka membaca tulisanku ya Sob, selamat membaca.
15 Juli 2024 9:08 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Regina Ayu Wulansari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foto: Mahasiswa Overthinking. Foto.Dok: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto: Mahasiswa Overthinking. Foto.Dok: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebenarnya secara umum setiap orang pasti punya permasalahan yang membuat overthinking, tetapi kali ini kita akan membahas saat masa kuliah. overthinking atau berfikir yang berlebihan menurut Kementerian Kesehatan adalah saat seeorang terjebak pada fikiran mengenai ingatan yang berhubungan dengan masa lalu, trauma, kesalahan yang sangat di sesali, atau mencemaskan keadaan masa depan yang belum terjadi. Di mana overthinking masuk pada kategori gangguan psikologis yang membuat penderitanya mengalami gejala cemas, takut, terlalu banyak pertimbangan, mempunyai banyak fikiran negatif, sering bingung, terpuruk, bahkan jika sudah parah dapat menyebabkan gangguan kecemasan.
ADVERTISEMENT
Tentu penyebab overthinking itu banyak dan berbeda-beda latar belakangnya, lalu tidak hanya saat kuliah seseorang bisa mempunyai overthinking, karena setiap orang pasti punya sisi khawatirnya masing-masing yang menimbulkan berfikir kepanjangan, tetapi saat ini fokus pembahasannya adalah alasan para mahasiswa sering overthinking, di uraikan ke poin-poin yang akan memudahkan untuk menganalisis penyebab overthingking yang di alami.

Memasuki fase baru

Mungkin saat kamu dari SMP ke SMA tidak merasakan perubahan signifikan siklus kegiatanmu sehari-hari, hanya saja pasti jam belajar dan pelajaranmu akan lebih sulit. Tetapi saat kuliah kita terjun ke suatu tempat beru, lingkungan baru, di tambah jika kamu merantau otomatis saat kuliah bisa menjadi momen pertama kalinya kamu jauh dari orang tua. Di fase baru ini, kamu akan mempelajari suatu hal yang spesifik sesuai dengan jurusan yang kamu ambil. Dan itu adalah hal pertama kalinya kamu mempelajarinya,
ADVERTISEMENT
Overthinking di sini bisa jadi bermula dari pertanyaan “kira-kira aku bisa gak ya?” atau jika kamu belum mempunyai teman kamu berfikir “aku bisa punya temen gak ya?”, atau “aku betah gak ya jauh dari orang tua?"
Di mana saat kita SMA (Sekolah Menegah Atas) lingkungan kita sudah mendukung dan kita merasa berada di zona nyaman. Melangkah ke tangga yang baru otomatis menyebabkan ketakutan tersendiri jika kamu gagal untuk memanjatnya dan akhirnya tidak berani melangkah, dan sebenarnya hal tersebut wajar karena kita berada di dalam fase transisi yang pastinya akan ada perubahan lngkungan, sosial, pertemanan, dan tidak jarang mempengaruhi sisi emosional dalam kegiatan sehari-hari.

Mempertanyakan kemampuan diri sendiri

Syukur banget jika kamu memilih jurusan yang kamu suka dan kamu nyaman serta tertarik untuk belajar hal-hal baru di jurusanmu, meskipun kamu lelah kamu percaya jika kamu bisa. Tapi adakalanya jurusan tersebut bukan jurusan pilihanmu yang pertama. Apapun itu terjadang jika melihat teman yang sama-sama belajar di mata kuliah yang sama, penelitian bersama, kerja kelompok bersama, dan dia mempunyai prestasi bagus di dalam maupun di luar universitas. Tentu kita bahagia, tetapi adakalanya jika sering sering mempertanyakan kemampuan diri seperti “dia keren ya” atau “Apakah aku mampu?" . Overthinking ini bakal di alami mau kamu semester awal, tengah, maupun akhir. Di mulai dari pertanyaan yang melintas di pikiran, hingga memikirkannya secara serius.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya pasti banyak kesempatan saat kamu kuliah, kesempatan apapun itu yang akan menawarkan pengalaman ke kamu. Tetapi karena terjebak dalam situasi yang di sebut Overthinking, kamu pasti sering merasa takut untuk mencoba. Tekakan akademis nyata, meskipun bagi sebagian orang ini hal biasa, tapi adakalanya kamu memikirkan kemampuan akademis yang mana fikiran itu akan merambat mempertanyakan masa depan yang tidak pasti, dan perlahan kamu lelah karena mempertanyakan masa depan yang sebenarnya belum terlihat, ada kalanya kamu harus merasa bahwa kamu yang hidup di masa sekarang juga harus menikmati masa saat ini, berproses sedikit demi sedikit lebih baik tetapi kamu tetap menikmati masa sekarang dengan teman-temanmu.

Rencana hidup setelah lulus kuliah

Pasti sekali atau dua kali kamu akan di tanya mengenai rencana hidupmu setelah kuliah oleh orang tuamu, atau saat berdiskusi santai dengan teman dekatmu. Bahkan meskipun tidak ada pembahasan seperti itu kamu pasti mulai memikirkan langkahmu selanjutnya setelah lulus kuliah sembari mengerjakan tugas akhir. Adakalanya seseorang sudah mempunyai rencana hidup yang tertata dan rapi meskipun masih semester awal, ada juga yang merubah rencana saat di tengah-tengah perkuliahan, apapun itu kamu pasti tidak asing dengan pembahasan rencana hidup setelah kamu lulus dari bangku kuliah. Hal-hal yang sejatinya masih di depan tetpa saja akan mempengaruhi fikiranmu sehari-hari saat pembahasan tersebut dan siklusnya berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah masuk ke jurusan impian, pasti akan di hadapkan dengan persaingan karier di masa depan, mengkhawatirkan rencana masa depan itu wajar, karena itu adalah salah satu rasa tanggung jawab terhadap hidupmu karena telah belajar dengan sungguh-sungguh. Overthinking ini jika tidak terkontrol akan terus berulang-ulang di kepala, bahkan jika momen untuk mempunyai renacana masa depan adakalanya kita menghindari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rencana hidup atau rencana karier.

Skripsi atau tugas akhir

Siapa yang tidak tahu primadona penyebab overthinking mahasiswa satu ini, rata-rata skripsi menjadi jalur utama yang menentukan kelulusan mahasiswa, dalam perjalanannya terkadang revisi berkali-kali, penelitian yang berhenti karena kurangnya data, dosen pembimbing yang mempunyai jadwal padat, atau bahkan di suruh mengganti penelitian dan teori berulang kali, membuat pikiran kita overthinking karena skripsi yang tidak kunjung selesai. Melihat teman-teman sudah lulus juga dapat menjadi bahan untuk membandingkan kemampuan diri. Tugas akhir yang tidak pasti kapan berakhirnya, dan kita lelah bahkan takut hanya sekdar melihat kumpulan esai yang sudah kita ketik di laptop. Bahkan bisa di bilang overthingking yang di sebabkan overthinking ini menghantui pkiran setipa hari jika belum selesai.
Ilustrasi Foto: Mencoba menulis penyebab overthinking. Foto.Dok: Istimewa
Dengan menemukan penyebab overthinking kita bisa belajar untuk menguraikan akar masalah yang telah membuat kita khawatir berkepanjangan, bisa jadi artikel ini bisa membantumu yang mempunyai keinginan keluar dari rasa cemas karena overthinking dan mencari penyebab kamu berlebihan dalam berfikir. Penyebab dan alasan yang tertulis di atas hanya menjadi acuan beberapa contoh kemungkinan penyebab kamu overthinking, karena penyebab lainnya bisa sangat luas seperti dari masalah keuarga, ekonomi, lingkungan sosial, atau dari diri kamu sendiri. Tetapi apapun penyebabnya aku harap kamu mempunyai keinginan untuk bangkit dan memaafkan dirimu sendiri. Rasa takut berkepanjangan menyebakan hal-hal negatif lain berdatangan, seperti cemas, insecure, bahkan menyerang daya tahan tubuhmu seperti asam lambung, tekanan darah, dan lain sebagainya, penulis ingin setidaknya jika tidak ada yang peduli sama kamu, satu-satunya orang yang harus peduli sama diri kamu adalah kamu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kamu tumbuh dengan rasa overthinking, dan sebenarnya hal tersebut wajar jika masih di batas normal, tapi jika berkepanjangan itu tidak baik untuk tubuhmu, aku ingin kamu istirahat Sob, setelah itu coba fikirkan matang-matang penyebab kamu overthingking selama ini, kemudia ambil bukumu untuk mencatat segala kemungkinan penyebabnya, lalu jika kamu butuh teman diskusi kamu bisa melakukannya dengan mulai bercerita ke orang tuamu atau seseorang di keluarga yang kamu percaya, tetapi jika kamu bukan tipe yang bercerita dengan keluarga kamu boleh untuk berbagi cerita dengan teman terdekat yang kamu percaya, sekali lagi aku yakin kamu bisa dan kuat, semangat. Ingat jika kamu merasa membutuhkan bantuan profesional tidak ada salahnya untuk berkonsultasi, karena artikel ini di ambil dari pengalaman penulis yang bukan seorang profesional dalam bidang psikologi.
ADVERTISEMENT