Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Jurusan Kedokteran Unair Penyumbang Tingkat Depresi Tertinggi, Mengapa Demikian?
11 November 2024 14:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wulandari Retnoningtias tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki dunia perkuliahan merupakan momen yang paling di nanti oleh banyak pelajar, bayangan tentang kampus impian membuat banyak pelajar bersaing untuk mencapai tujuan tersebut. Fenomena ini memiliki dampak positif dan negatif bagi pelajar Indonesia. Dampak positifnya adalah pelajar di Indonesia lebih peduli tentang masa depan mereka karena mau berlomba-lomba untuk memperoleh pendidikan sebaik mungkin, namun di lain sisi ada juga dampak negatif yang di peroleh, misalnya depresi.
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa isu kesehatan mental, termasuk depresi, menjadi perhatian serius di kalangan mahasiswa baru. Sekitar 60% dari mereka melaporkan gejala stres dan kecemasan, yang pada beberapa kasus berkembang menjadi depresi, seiring dengan tantangan adaptasi di lingkungan kampus.
ADVERTISEMENT
Universitas Airlangga sebagai salah satu kampus top 5 mencatat bahwa tingkat depresi mahasiswa baru paling tinggi berada pada prodi Kedokteran. Hal ini ini di peroleh dari penelitian yang dilakukan. Penelitian ini melibatkan total 359 mahasiswa kedokteran Universitas Airlangga yang terdiri dari angkatan 2016, 2017, dan 2018. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang memiliki 42 item pernyataan, dengan 14 item menunjukkan skala depresi, 14 item untuk skala kecemasan, dan 14 lainnya untuk skala stres, dari penelitian tersebut di dominasi oleh mahasiswa baru.
Mahasiswa baru khususnya jurusan kedokteran sering menghadapi tekanan tinggi yang memicu stres dan, dalam beberapa kasus, berkembang menjadi depresi. Salah satu faktor utama adalah perubahan lingkungan dari rumah ke kampus, yang bisa menimbulkan rasa kesepian dan kecemasan. Mereka juga dihadapkan pada tuntutan akademik yang lebih berat dibandingkan di sekolah, sehingga beban belajar terasa semakin besar. Selain itu, upaya beradaptasi dengan teman-teman dan lingkungan sosial baru bisa memicu perasaan tidak nyaman dan terasing. Banyak mahasiswa baru juga merasa tertekan oleh ekspektasi dari keluarga dan diri sendiri untuk sukses, yang terkadang melebihi kemampuan mereka. Kesulitan dalam mengatur waktu antara tugas kuliah, kegiatan sosial, dan aktivitas lain membuat tekanan semakin meningkat. Tanpa dukungan emosional yang cukup atau keterampilan manajemen waktu yang baik, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka secara signifikan. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa baru untuk mengembangkan keterampilan adaptasi dan mencari dukungan agar bisa melalui masa transisi ini dengan lebih baik dan mengurangi risiko depresi.
ADVERTISEMENT
Tentunya dengan adanya fenomena ini di lingkungan kampus khususnya bagi mahasiswa kedokteran, kita harus lebih peduli dengan kesehatan mental kita. Untuk mencegah depresi pada mahasiswa kedokteran, penting untuk mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang baik, seperti:
ADVERTISEMENT