Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Perang Suksesi Tahta Kerajaan Demak
9 Januari 2023 17:14 WIB
Tulisan dari Retno Wulan Nur Asih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah perebutan tahta Kerajaan Demak bermula ketika raja kedua, yakni Adipati Unus wafat. Namun permasalahannya adalah sang raja tidak memiliki keturunan yang dapat menggantikan tahtanya. Pangeran Sekar, sebagai adik kedua dari Dipati Unus seharusnya memiliki hak untuk menggantikan Dipati Unus. Namun sebab dinilai kurang cakap untuk memerintah sebuah kerajaan maka adiknya, yakni Sultan Trenggono yang kemudian dinobatkan sebagai raja Demak.
Melihat keadaan tersebut, Pangeran Sekar lantas mengirim putranya, Arya Penangsang untuk belajar ilmu perang dan ilmu pemerintahan kepada Sunan Kudus. Sebab, Pangeran Sekar berharap suatu saat nanti putranya akan menjadi raja Demak.
ADVERTISEMENT
Mendengar hal tersebut, Sultan Trenggono lantas mengirim sang putra, yakni Pangeran Prawoto untuk mencari orang bayaran guna membunuh Pangeran Sekar. Akhirnya Pangeran Sekar berhasil dibunuh di tepi sungai oleh pembunuh bayaran bernama Ki Surayata atas perintah Pangeran Prawoto.
Setelah Sultan Trenggono wafat, membuat pangeran Prawoto naik tahta. Namun selama masa pemerintahannya, Sultan Prawoto lebih bertindak sebagai seorang pemuka agama dibandingkan pemimpin sebuah Kerajaan. Disisi lain, Arya Penangsang yang mengetahui dalang pembunuhan ayahnya dari Sunan Kudus berhasrat untuk membalaskan dendamnya.
Akhirnya Sultan Prawoto bersama istrinya berhasil dibunuh oleh utusan Arya Penangsang yang bernama Rangkud. Dengan begitu Arya Penangsang naik tahta menjadi Raja Demak. Tidak hanya Prawoto saja, Sultan Hadiri yang merupakan suami dari adik Sultan Prawoto juga tewas terbunuh di tangan Arya Penangsang. Sultan Hadiri sendiri merupakan suami dari Ratu Kalinyamat penguasa Jepara.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Ratu Kalinyamat bersekutu dengan Jaka Tingkir untuk membalaskan dendamnya atas kematian sang kakak dan suaminya. Jaka tingkir sendiri merupakan suami dari Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggono. Dalam menjalankan misinya tersebut, Jaka Tingkir meminta bantuan kepada Ki Penjawi dan Sutawijaya.
Strategi yang digunakan Jaka Tingkir untuk memukul mundur Arya Penangsang dinilai sangat cerdas. Jaka Tingkir melakukan provokasi terhadap Arya Penangsang hingga membuat dirinya tewas dalam pertempuran di tepian sungai Bengawan Solo. Kematian Arya Penangsang membuat Jaka Tingkir naik tahta sebagai Raja Demak.
Ketika menjabat sebagai Raja Demak, Jaka Tingkir lantas memindahkan kekuasaannya ke Pajang dan mengganti namanya menjadi Sultan Hadiwijaya. Jaka Tingkir juga menghadiahkan sebuah tanah mentaok di daerah Pati kepada Ki Penjawi dan Sutawijaya atas jasanya yang telah membantu Jaka Tingkir dalam memukul mundur Arya Penangsang.
ADVERTISEMENT
Jaka Tingkir di angkat sebagai raja tidak serta merta karena keberhasilannya dalam melerai konflik dalam tubuh Kerajaan Demak, namun Jaka Tingkir diangkat menjadi raja juga karena dirinya merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit. Sehingga faktor genealogi juga tidak terelakkan disini.
Dikisahkan, saat hari kelahiran Jaka Tingkir diiringi oleh hujan lebat, angin kencang dan sebuah pelangi. Wajahnya begitu bersinar cerah yang menyiratkan kecemerlangan manusia yang luhur derajatnya. Jaka Tingkir juga dikenal sebagai seorang yang sakti mandraguna, serta dirinya juga seorang manusia yang digdaya yang tubuhnya kebal oleh senjata tajam. Oleh karena itu, Jaka Tingkir tidak bisa dikalahkan oleh Arya Penangsang.