Konten dari Pengguna

Puputan Margarana: Aksi Heroik Mempertahankan Kemerdekaan

Retno Wulan Nur Asih
Pelajar/Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
24 Maret 2022 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Retno Wulan Nur Asih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
20 November 1946 merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi masyarakat Bali. Pasalnya, 79 tahun yang lalu terjadi peristiwa heroik dari pejuang dan rakyat Bali melawan tentara Belanda yang ingin melakukan rekolonisasi di Indonesia. Usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Bali tersebut terwujud dalam sebuah pertempuran besar, yakni Puputan Margarana. Perang yang dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai ini menjadi pertempuran paling dasyat yang terjadi di Bali.
Sumber gambar dari penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar dari penulis
Latar Belakang Perang
ADVERTISEMENT
Setelah Jepang kalah dalam perang dunia II, situasi tersebut dimanfaatkan oleh Belanda (NICA) untuk datang ke Indonesia dengan membonceng sekutu. Ambisi Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT) membuatnya datang ke Bali. Pada awalnya tujuan NICA ke Bali adalah untuk melucuti senjata tentara Jepang, namun akhirnya berujung pada keinginan untuk menjadikan Pulau Dewata sebagai bagian dari Negara Indonesia Timur.
Belanda mencoba mengajak berunding dengan mengirimkan surat kepada I Gusti Ngurah Rai selaku Kepala Divisi Tentara Keamanan Rakyat wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Sunda Kecil). Namun secara tegas I Gusti Ngurah Rai menolaknya. Selama Belanda masih menginjakkan kakinya di Bali maka perlawanan dari rakyat akan tetap dan terus dilakukan.
Jalannya Perang
ADVERTISEMENT
Malam hari pada tanggal 19 November 1946, pasukan I Gusti Ngurah Rai merebut senjata milik tentara NICA yang berada di Tabanan. Hal tersebut membuat pasukan Belanda murka dan memutuskan untuk menyerang tentara Bali pada keesokan harinya. Pagi hari, pada tanggal 20 November pasukan Belanda datang mengepung desa Marga yang menjadi markas pertahanan tentara Bali. Terjadilah aksi tembak-menembak yang membuat pasukan Belanda di barisan depan tewas terbunuh.Oleh karena itu, Belanda mengoptimalkan pasukannya dengan mendatangkan pesawat pengebom dari Makassar.
Meskipun Belanda memiliki senjata yang canggih dan pasukan yang banyak, tidak lantas membuat rakyat Bali gentar. I Gusti Ngurah Rai menyerukan "puputan" yang berarti sebuah perintah agar pasukannya tidak berhenti sampai titik darah penghabisan. Perang habis-habisan digencarkan demi tegaknya kemerdekaan dan harga diri rakyat Bali. Daerah Marga yang dipenuhi hamparan sawah dan ladang jagung yang subur, kini berubah menjadi ladang pembantaian yang penuh asap dan darah.
ADVERTISEMENT
Strategi Militer
Untuk menghadapi tentara NICA di Bali, I Gusti Ngurah Rai membentuk batalyon Ciung Wanara yang mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Bali. Mereka juga membentuk basis-basis pertahanan di banyak desa di Bali. Salah satunya adalah desa Marga yang menjadi tempat tercetusnya perang Puputan. Sebagai pimpinan, I Gusti Ngurah Rai memiliki peranan yang sangat besar dalam menyusun strategi perang dan mengatur serangan.
Untuk menghadapi pasukan NICA yang unggul dalam persenjataan, pasukan Ciung Wanara menggunakan taktik gerilya untuk memobilisasi pasukannya secara cepat. Sehingga membuat pasukan tentara Belanda kebingungan. I Gusti Ngurah Rai juga mengirim utusan untuk pergi ke pemerintah pusat di Jawa guna meminta bantuan senjata dan personil. Dalam perjalanannya ke Gunung Agung mereka sambil bergerilya melawan tentara NICA.
ADVERTISEMENT
Akhir Perang
Pasukan Bali yang berjumlah kurang dari 100 personil gugur di medan perang, termasuk sang pemimpin yakni I Gusti Ngurah Rai. Meskipun demikian, Belanda jauh mengalami kerugian yang besar, sebab 400 orang tentaranya harus tewas. Untuk mengenang peristiwa heroik tersebut, di lokasi Puputan Margarana didirikan sebuah Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa. Kemudian, untuk mengenang jasa I Gusti Ngurah Rai, beliau ditetapkan sebagai pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia dan namanya di abadikan sebagai nama bandara besar di Bali.