Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Pohon Loba Sebagai Pembangkit Warna Kain Tenun Tradisional
18 Juli 2022 13:24 WIB
Tulisan dari Gd Wawan Setiadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah mendengar istilah mordanting? Bagi banyak orang mungkin masih asing di telinga. Mordanting berperan penting untuk menyiapkan bahan kain agar dapat menerima zat warna dengan baik. Ini adalah salah satu tahap yang harus dilakukan pada awal proses pewarnaan kain tenun dan batik dengan menggunakan teknik pencelupan.
Proses mordanting ini dilakukan dengan merendam bahan kain ke dalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi, timah atau krom. Zat-zat mordant ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat.
ADVERTISEMENT
Penggunaan pembangkit warna mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi keawetan warna pada kain tenun. Tawas merupakan salah satu mordant yang paling sering digunakan oleh pemilik industri tenun. Tentunya penggunaan bahan kimia dalam proses mordanting akan sangat berbahaya bagi lingkungan jika limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan benar.
Proses pencelupan warna dengan mordant kimia menghasilkan limbah yang dapat meracuni biota yang hidup di sungai, karena mengandung logam berat. Logam ini sangat mudah diserap dan terakumulasi secara biologis oleh biota dalam perairan, sehingga sangat berbahaya meskipun kadarnya relatif kecil. Logam timbal apabila terserap dan terakumulasi pada tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan dan beberapa kasus menyebabkan kematian (Pranoto et al., 2002).
Potensi dan Tantangannya
ADVERTISEMENT
Nenek moyang kita menggunakan pohon loba sebagai tumbuhan yang memiliki fungsi untuk memperkuat warna. Catatan pedagang Arab dan Eropa, orang Aceh sudah mengenal pemanfaatan mordant sekitar tahun 900 Masehi, namun telah digantikan oleh mordant alum mineral sekitar tahun 1509.
Pohon loba termasuk suku Symplocaceae yang tumbuh liar di hutan. Berperawakan perdu hingga mencapai tinggi 22 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Tumbuh secara alami di bagian paling selatan Thailand, Malaysia dan Indonesia. Tumbuhan ini jarang dibudidayakan sehingga untuk pemanfaatannya harus memanen dari hutan.
Menurut Siti F. Hanum, peneliti di Kebun Raya Bali, beberapa perajin kain tenun yang ada di Desa Pejeng, Kabupaten Gianyar-Bali masih menggunakan pohon loba yang memiliki nama latin Symplocos fasciculata Zoll. "Pohon Loba sebagai mordant alam sudah lama ditinggalkan orang," ungkap Hanum. "Namun beberapa perajin kain tenun tradisional yang pernah kami teliti masih memanfaatkan pohon loba sebagai pembangkit warna alam pada industri tenun setempat," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Tjok Agung, seorang perajin di Desa Pejeng, penggunaan bagian pohon loba dapat dilakukan sebelum, bersamaan ataupun sesudah proses pewarnaan benang.
Sebagai contoh, jika penggunaan mordant dari pohon loba secara bersamaan dengan proses pewarnaan, maka daun pohon loba yang kering ditumbuk kemudian dicampur dengan adonan pewarna alami. Untuk menghasilkan warna merah digunakan kulit akar mengkudu (Morinda citrifolia) ditambah daun pohon loba yang sudah ditumbuk secara bersamaan kemudian dicelupkan benang yang akan diwarnai.
Permasalahan yang dihadapi perajin industri tenun berbahan alam di Kabupaten Gianyar-Bali adalah ketersediaan bahan baku dan proses pengerjaan yag relatif lama. Hal tersebut membuat banyak perajin yang beralih menggunakan pembangkit warna sintetis.
Ketidak pastian permintaan pasar untuk kain yang menggunakan pewarna alam dan permintaan harga produk yang murah, membuat banyak perajin memilih produksi massal serta menggunakan pewarna sintetis untuk menekan biaya produksi demi mengejar keuntungan.
ADVERTISEMENT
Konsumen luar negeri lebih tertarik pada kain yang menggunakan pewarna alam. Harga produk yang jauh lebih mahal di pasar luar negeri memiliki potensi untuk digarap. Tentunya diperlukan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan perlu untuk bersinergi.
Melihat potensi yang besar terutama sebagai mordant alternatif yang ramah lingkungan serta nilai pasar luar negeri yang menjanjikan, maka penggunaan mordant pohon kayu loba perlu digalakkan lagi.
Saat ini tak banyak ditemukan industri tenun di Gianyar (Bali) yang menggunakan pohon loba sebagai pembangkit warna. Kesulitan untuk mendapatkan bahan baku menjadi alasan mereka. Para perajin kain tenun warna alam memperoleh kayu loba dari Pulau Nusa Penida (Bali). "Pengkonservasiannya perlu dilakukan mengingat potensinya yang besar sebagai subtitusi penggunaan bahan kimia dalam proses mordanting," pungkas Hanum. (gws)
ADVERTISEMENT