Rahasia di Balik Lembutnya Buah Salju Bedugul

Konten dari Pengguna
5 Juni 2021 9:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gd Wawan Setiadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buah salju (dok: pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buah salju (dok: pribadi)
ADVERTISEMENT
Hampir dua tahun pandemi Covid-19 telah melanda dunia. Dan selama itu pula satu-persatu kios sayur dan buah bermunculan di sepanjang jalan kawasan wisata Bedugul. Ya, selain menjadi destinasi wisata utama di Bali, wilayah pegunungan yang terletak 60 km utara Kota Denpasar tersebut juga menjadi penghasil sayuran dan strawberry yang menyuplai hotel dan restaurant di Bali.
ADVERTISEMENT
Namun semenjak pandemi melanda dan melumpuhkan sektor pariwisata, tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai petani dan sektor pariwisata banting stir menjadi pedagang sayur dengan mendirikan kios sederhana di pinggir jalan.
Hal tersebut mereka lakukan untuk menjual sayuran yang dihasilkan. Mereka berharap para pengguna jalan yang hilir mudik sudi untuk mampir membeli sayur ataupun strawberry yang mereka jual karena tak ada lagi hotel dan restaurant yang memesan.
Kios sederhana yang berjejer sepanjang jalan menjual aneka sayuran seperti kubis, wortel, kentang, pakcoy, dan banyak lagi. Selain sayuran ada juga yang menjual camilan seperti opak, kacang dan jagung rebus. Namun ada sesuatu yang beda, menarik perhatian. Sesuatu tergantung, berwarna coklat, berbentuk bulat lonjong bergelombang, dan kulit berlapis bulu halus seperti beludru. Apakah itu?
ADVERTISEMENT
Bukan Asli Bedugul
"Ini buah salju," ungkap sang pedagang sambil menyodorkan seikat kecil buah tersebut. Harga yang ditawarkan bisa mencapai Rp 50.000/kg. Ketika dikupas, muncul daging buah berwarna putih seperti kapas atau salju, berjajar dari ujung ke pangkal buah. Di dalamnya terdapat biji berbentuk pipih berwarna hijau kehitaman.
Kesan pertama di lidah ketika daging buah disesap adalah rasa manis yang ringan dan lembut di lidah dengan aroma yang tidak kuat, tidak seperti buah tropis pada umumnya.
Menurut kabar, buah ini bukan asli Bedugul, konon ada yang membawanya dari luar daerah. "Banyak tumbuh di halaman rumah dan tegalan," kata si pedagang, lalu menunjuk ke seberang jalan, sebatang pohon mirip pohon rambutan dengan buahnya yang menggantung berwarna hijau kecoklatan. Ternyata pohon buah salju tersebut tumbuh liar di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr. Sutomo, peneliti ekologi tumbuhan di Kebun Raya Bali, buah salju ini seperti joaquiniquil, cuaniqui, guama, atau guaba, adalah buah asli dari Amerika Selatan. Termasuk keluarga kacang-kacangan (fabaceae). Penduduk asli Amazon, memanfaatkan pohon yang memiliki nama ilmiah Inga edulis ini sebagai naungan, sumber makanan, kayu, obat-obatan, dan produksi minuman beralkohol yang disebut cachiri.
I. edulis dapat membentuk hubungan simbiosis antara gas nitrogen dengan bakteri rhizobium dan mikoriza seperti yang dilakukan oleh jenis kacang-kacangan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan hubungan mutualistik antara I. edulis dengan strain bakteri Brandyrhizobium.
Distribusi alami I. edulis menyebar dari Amerika Tengah ke Selatan dan mampu tumbuh di kondisi subtropis hingga tropis basah. Dapat ditemukan hidup hingga ketinggian 2200 mdpl. I. edulis dapat tumbuh pada berbagai macam kondisi tanah. Akan tumbuh dengan baik pada pH tanah dari 5-6,5 tetapi dapat juga tumbuh di tanah yang sangat asam hingga pH 4,5 atau kondisi sangat basa hingga pH 8. Sebagai pohon polong-polongan, I. edulis dapat mengkompensasi tanah yang kekurangan nutrisi dengan mengikat nitrogen melalui bintil akarnya. Selain nitrogen, I. edulis dilaporkan secara signifikan meningkatkan kandungan fosfor yang dapat diekstraksi dalam tanah dan dengan demikian akan memperbaiki struktur tanah yang terdegradasi.
ADVERTISEMENT
Ancaman Invasif di Balik Manfaatnya
Di balik segudang manfaat yang dapat diambil dari jenis pohon tersebut, mungkin ada dampak negatif yang tersembunyi. "Bisa jadi berpengaruh terhadap lingkungan di sekitar ini, banyak yang tumbuh liar," ungkap Sutomo. Pohon buah salju sangat mudah ditemukan tumbuh liar di kawasan Bedugul. Kemungkinan penikmat buah salju membuang bijinya lalu tumbuh menjadi pohon dan berbuah. Jika dilihat dari kemampuan beradaptasi untuk tumbuh, bisa jadi jenis pohon ini akan semakin banyak ditemukan tumbuh liar, bahkan akan merambah masuk ke kawasan hutan alam yang ada di Bedugul.
Dalam ilmu ekologi, dikenal istilah spesies invasif. Spesies invasif adalah sekelompok tumbuhan atau hewan yang faktanya bukan organisme asli dari suatu daerah tertentu. Penyebaran spesies invasif bisa terjadi secara sengaja dilakukan oleh manusia atau tidak. Akibat terjadinya penyebaran spesies baru, akan memiliki dampak negatif yang sangat signifikan dalam waktu yang relatif cepat. Namun tidak semua spesies yang masuk ke daerah baru merupakan spesies invasif. Misalnya pohon coklat atau vanili yang bukan merupakan jenis tumbuhan asli indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk dapat dikategorikan sebagai spesies invasif, spesies tersebut haruslah bersifat mudah beradaptasi, bisa dengan cepat bereproduksi dan dapat mengancam hewan dan tumbuhan endemik, lingkungan ekosistem, hingga berdampak negatif terhadap ekonomi.
Banyak dari spesies invasif yang masuk ke wilayah baru dengan tidak sengaja. Contohnya kerang zebra (Dreissena polymorpha), merupakan jenis kerang air tawar kecil yang spesies aslinya berasal dari danau di selatan Rusia dan Ukraina. Namun secara tidak sengaja kerang zebra terbawa ke banyak daerah lain dan menjadi spesies invasif (cenderung menyebar dan merusak) di banyak negara di dunia.
Meski ukurannya tak lebih dari kuku jari orang dewasa dan dapat tumbuh maksimal hingga 5 cm, namun telah berhasil menciptakan bencana ekonomi dan lingkungan yang sangat besar. Kerang zebra terkadang menempel pada jenis kerang asli wilayah tersebut dan menyebabkan kematian bagi kerang yang ditempelinya.
ADVERTISEMENT
Dalam populasi yang besar, kerang zebra juga merusak fasilitas pembangkit listrik tenaga air, memblokir jaringan pipa dan aliran air.
Ada pula spesies invasif dengan sengaja dibawa ke daerah yang baru dengan tujuan tertentu. Seperti tumbuhan kudzu yang juga dikenal dengan sebutan "mile-a-minute vine" yang berarti tumbuhan ini dapat dengan cepat menyebar dan tumbuh dengan merambat. Kudzu adalah tumbuhan asli dari Jepang yang sengaja dibawa ke Amerika pada tahun 1876 dengan tujuan untuk mencegah erosi.
Tapi satu hal tidak terungkapkan saat pemindahan kudzu ke tempatnya yang baru. Tumbuhan ini tumbuh sangat cepat, bisa menutupi apa saja disekitarnya. Hamparan hutan, ladang ataupun sebuah rumah akan dengan cepat terselimuti oleh kudzu dalam waktu yang singkat. Tentunya kedatangan kudzu telah merugikan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Namun untuk mengetahui apakah pohon buah salju berpotensi menjadi spesies invasif di kawasan Bedugul perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Tentunya kehadiran pohon buah salju yang saat ini menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat setempat tidak akan berdampak negatif dikemudian hari. Satu yang pasti, pohon buah salju akan terus bertambah jika para penikmat buah salju tetap terus membuang bijinya di sembarang tempat dan tumbuh menjadi pohon buah salju liar.