Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Palestina, Akankan Tenggelam Dalam Ingatan Semata?
1 Desember 2024 13:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wahyu Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ya ‘Alam
Wahai Dunia
Ardhi Mahroo’a
Tanahku habis terbakar
Ardhi Huriyyeh Masroo’a
ADVERTISEMENT
Tanahku dicuri kebebasannya
A’touna Et-Tufoole
Berikan kami masa kecil
Begitu kira-kira lirik lagu yang mewakili kondisi anak-anak Palestina yang menderita dalam situasi konflik hingga saat ini. Seiring dengan itu, 29 November 2024, dua hari yang lalu, dunia kembali mengingat palestina dalam peringatan Hari Solidaritas Internasional Bersama Masyarakat Palestina (International Day of Solidarity with the Palestinian People). Hari tersebut diperingati setiap tahunnya sesuai dengan mandat Majelis Umum PBB. Tapi pertanyaanya sampai kapan kita akan memperingati hari ini? atau dalam pertanyaan yang paling sederhana “sampai kapan rakyat Palestina akan mengalami penjajahan yang tak berkesudahan”?
Jika kita kembali membuka sejarah, konflik Israel dan Palestina nyatanya sudah berlangsung sekitar 75 tahun lamanya apabila dihitung dari 1917 hingga sekarang. Kita tidak bisa lagi menyebut ini sebagai perang antar negara, namun ini merupakan penjajahan dan genosida yang seharusnya tidak terjadi lagi dalam era yang katanya sudah maju saat ini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, terhitung sejak 7 Oktober 2023, jumlah syuhada di Palestina sudah mencapai lebih dari 44.249 orang termasuk anak-anak, wanita, dan para jurnalis, serta korban luka-luka sebanyak 104.746 orang, menurut laporan pada 26 November oleh M. Husein, seorang aktivis di Gaza, melalui postingan instagramnya. Sementara itu, kita juga dihadapkan dengan penampakan wilayah di Gaza yang hancur akibat serangan udara dan darat yang terus berlangsung. Infrastruktur dasar, rumah sakit, sekolah dan fasilitas kesehatan mengalami kerusakan parah, memperburuk kondisi bagi para warga yang telah kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap layanan medis. Artinya sudah hampir setahun penuh rakyat Palestina menghadapi terror dan serangan yang membabi buta di bawah agresi dan blokade dari Israel. Gambaran ini membuat kita begitu sesak dan terhimpit antara kenyataan dan harapan yang semakin pudar. Maka pertanyannya, kapan rakyat Palestina akan bebas?
ADVERTISEMENT
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak negara, termasuk Indonesia, mulai dari pendekatan diplomasi hingga kecaman, namun upaya tersebut selalu nihil dan tidak mampu benar-benar menghentikan serang Israel. Penderitaan rakyat Palestina tidak hanya telah menampar negara-negara yang seolah tidak punya kuasa untuk menghentikan genosida tersebut, termasuk PBB dan negara muslim lainnya, tetapi juga sebagai bahan refleksi bagi bangsa-bangsa yang besar yang ternyata tidak berdaya mewujudkan keadilan dan mengentikan penindasan.
Mengutip perkataan Muchsin, M. A. (2015) dalam tulisannya “Palestina semakin terpuruk dalam berhadapan dengan Yahudi Israel, sementara perhatian dan bantuan dari negara-negara Islam semakin sulit didapatkan karena sesama negara Islam sendiri dalam keadaan lemah dan suka berpecah belah antar negara dan dalam negara Islam sendiri, misalnya sebut saja Mesir, Suriah, Irak, Yaman dan seterusnya. Sementara Yahudi Israel semakin solid dan kuat dalam perekonomian, persenjataan dan mendapat dukungan pula secara terus menerus dari Negara-negara Besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.”
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Sebagai seorang ‘manusia’ kita tahu dan mengakui bahwa apa yang terjadi telah melewati batas-batas kemanusiaan dan ini sudah menjadi alarm keras bahwa hal tersebut mestinya sudah usai. Sebagai masyarakat sipil, sudah seharusnya kita selalu membuka mata dan telinga atas realitas yang terjadi. Kita tidak bisa membiarkan isu ini tenggelam dalam ingatan semata. Kesadaran penuh diperlukan agar kita tidak tertidur nyenyak lalu melupakan tragedi berdarah yang masih menghantu Palestina hingga sekarang. Suara-suara kita perlu digaungkan pada dunia sehingga diharapkan bermunculnya kesadaran kolektif. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai upaya, baik secara langsung maupun daring, misalnya melalui media sosial, seminar, diskusi dan berbagai agenda lainnya. Mungkin kita tidak bisa ikut langsung dalam upaya diplomasi negara namun kita punya peran kecil yang akan mendongkrak agar isu Palestina selalu terdengar familiar di masyarakat. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa suara Palestina didengar oleh lebih banyak orang, dan harapan untuk perubahan semakin terbuka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga dapat terlibat dalam agenda-agenda penggalangan dana dalam rangka membantu meringankan penderitaan warga Palestina. Banyak organisasi internasional dan lokal yang memberikan bantuan kemanusiaan, seperti makanan, obat-obatan, dan bantuan medis. Sebagai masyarakat sipil, kita dapat berdonasi atau turut mengorganisir penggalangan dana untuk mendukung upaya ini. Tentu saja, setiap kontribusi, sekecil apapun, dapat memberikan dampak berarti bagi mereka yang membutuhkan.
Tidak hanya itu, kita juga bisa terlibat dalam gerakan advokasi untuk terus mendesak tindakan tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Palestina. Hal itu bisa kita upayakan misalnya melalui kampanye publik, atau aksi protes damai, baik secara langsung maupun melalui media sosial sehingga kita dapat terlibat mendukung upaya perdamaian dan penghormatan terhadap hak-hak rakyat Palestina. Melalui upaya ini, kita dapat memperkuat tekanan terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab dan mendorong solusi yang adil ke depannya.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan tindakan nyata di atas, mari tetap melantukan bait-bait doa untuk rakyat Palestina dan siapapun yang mengalami penderitaan dan kesulitan.
From the river to the sea, Palestina will be free!