Konten dari Pengguna

Vape dan Generasi Z: Tren Modern dengan Ancaman Kesehatan Mematikan di Baliknya

Novriyandi Rizki Ramadhan
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia
24 Oktober 2024 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novriyandi Rizki Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ini menampilkan remaja yang sedang vaping, dengan uap membentuk tengkorak dan paru-paru rusak, simbol bahaya kesehatan. Latar belakang kontras antara kehidupan kota modern dan awan gelap, melambangkan ancaman tersembunyi dari vape. Remaja tampak tidak sadar akan risiko, mencerminkan tren sosial yang diikuti tanpa memahami dampaknya. Poto by AI
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ini menampilkan remaja yang sedang vaping, dengan uap membentuk tengkorak dan paru-paru rusak, simbol bahaya kesehatan. Latar belakang kontras antara kehidupan kota modern dan awan gelap, melambangkan ancaman tersembunyi dari vape. Remaja tampak tidak sadar akan risiko, mencerminkan tren sosial yang diikuti tanpa memahami dampaknya. Poto by AI
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, rokok elektrik mulai dikenal pada tahun 2012 karena banyak WNI yang pulang dari luar negeri membawa rokok elektrik. Setelah itu, remaja Indonesia mulai menggunakannya hingga saat ini vape semakin populer terutama di kalangan pelajar. Vape merupakan suatu alat elektronik yang terbuat dari cairan kemudian diubah menjadi uap. Beberapa pengguna rokok tembakau menjadi penggemar rokok elektrik karena mengikuti perkambangan zaman. Beberapa studi menunjukkan, bahan-bahan yang terkandung dalam rokok elektrik dapat berdampak terhadap kesehatan yang akan menjadi lebih buruk dari pada rokok konvensional. Liquid pada rokok elektrik tersebut banyak mengandung nikotin dan komposisi kimia pada liquid tersebut sangat membahayakan bagi tubuh. Para peneliti mengatakan bahwa paparan sel darah putih pada bahan kimia yang berasal dari varianrasa rokok elektrik ini dapat meningkatkan biomarker yang dapat menunjukkan pembengkakan dan kerusakan jaringan serta potensi kematian pada sel.
ADVERTISEMENT
Generasi Z tidak tahu bahwa mereka selain menjadi perokok aktif mereka juga menjadi perokok pasif. Mereka juga mengetahui efek dan bahaya vape, termasuk potensi kecanduan dan risikonya seperti terkena pneumonia lipoid, atau penyumbatan lemak dalam paru-paru. Ada kemungkinan bahwa seseorang menjadi kecanduan karena nikotin yang terkandung dalam vape dapat memicu otak untuk melepaskan sejumlah besar hormon dopamine. Selain itu, ada juga penyakit yang disebut pneumonia lipoid, yang disebabkan oleh aspirasi bahan menyerupai lemak ke paru-paru. Gejala pneumonia lipoid mirip dengan pneumonia bakteri, termasuk nyeri dada, kesulitan bernapas, batuk akut, dan batuk darah. Pneumonia lipoid dapat semakin parah hingga menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Jadi, mereka tahu bahwa vaping memiliki banyak bahaya dari pada manfaatnya.
ADVERTISEMENT
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 1,25 miliar orang 1/3 dari populasi dunia berusia 15 tahun ke atas merokok. Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi global yaitu antara 80 dan 100 ribu setiap hari Orang-orang didunia yang menjadi pecandu rokok akan menjadi ketagihan. Pada tahun 2000, 25% kasus merokok di Amerika Serikat adalah orang dewasa. Jumlah ini meningkat sebesar 50% dari tahun 1988. lebih dari 80% perokok memulai merokok sebelum berusia 18 tahun. Selain itu, diperkirakan 3000 remaja memulai merokok setiap hari. Dari tahun 2001 hingga 2003, Indonesia adalah negara kelima terbesar dalam hal konsumsi rokok di dunia. Dari tahun 1960 hingga 2003, konsumsi rokok di Indonesia meningkat sebesar 3,8 kali lipat, melonjak dari 35 miliar batang menjadi 171 milyar batang per tahun. WHO memperkirakan bahwa penyakit yang Merokok adalah masalah kesehatan terbesar yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahun.
ADVERTISEMENT