Konten dari Pengguna

Misteri Déjà Vu: Antara Sains dan Psikologi

Yael Claurencia Syaloom
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
27 November 2024 9:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yael Claurencia Syaloom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Déjà Vu (canva)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Déjà Vu (canva)
ADVERTISEMENT
Apakah Anda pernah merasakan bahwa suatu kejadian yang baru saja terjadi seolah-olah telah terjadi sebelumnya? Fenomena ini bisa disebut sebagai déjà vu, yaitu fenomena psikologis yang kompleks, di mana individu merasa pernah mengalami suatu kejadian sebelumnya, meskipun sebenarnya itu adalah pengalaman baru. Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang berarti “sudah terlihat.” Fenomena ini juga dikenal sebagai paramnesia, yang berasal dari bahasa Yunani. Déjà vu pertama kali dikenalkan oleh Emile Boirac, seorang ilmuwan Prancis, pada tahun 1876. Dalam bukunya yang berjudul “L’Avenir des sciences Psychiques,” ia meneliti dan menulis fenomena ini, namun belum mampu menjelaskan secara lengkap proses terjadinya fenomena ini. Hal ini melahirkan berbagai teori metafisis untuk menjelaskan déjà vu, termasuk gagasan tentang pengalaman ini berasal dari kehidupan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Fenomena déjà vu sering kali disertai dengan perasaan aneh dan tidak pasti. Faktanya sekitar 60-70% orang dewasa telah mengalami déjà vu setidaknya sekali dalam hidup mereka. Pengalaman ini kerap dikaitkan dengan berbagai aspek kognitif dan emosional, menjadikannya topik yang menarik untuk diperdebatkan dalam psikologi dan neurosains. Uniknya, déjà vu dapat ditemukan pada hewan; beberapa penelitian menunjukkan bahwa hewan laboratorium seperti tikus dan hamster dapat mengalami sensasi ini ketika merekadi lingkungan yang sama meskipun jangka waktunya berbeda.
Sebelum membahas lebih jauh tentang déjà vu, penting untuk memahami konsep memori pengenalan. Memori pengenalan adalah proses kognitif yang memungkinkan individu mengenali informasi yang telah dialami sebelumnya. Terdapat dua jenis memori pengenalan: recollection (pengenalan kembali) dan familiarity (perasaan akrab). Déjà vu adalah contoh dari familiarity, di mana otak menganggap informasi baru sebagai sesuatu yang sudah dikenal.
ADVERTISEMENT
Teori Déjà Vu
Penelitian menunjukkan bahwa déjà vu lebih umum terjadi pada individu dengan tingkat kecemasan atau stress tinggi, mengindikasikan bahwa keadaan emosional dapat memengaruhi cara kita mengingat pengalaman. Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. Teori gangguan proses memori menjelaskan pengalaman baru dikenali sebagai pengalaman lama akibat gangguan dalam pengolahan memori. Namun, teori ini tidak sepenuhnya diterima. Tidak semua pengalaman déjà vu berkaitan dengan gangguan memori.
Teori lain datang dari Sigmund Freud, yang berpendapat bahwa déjà vu berkaitan dengan pengalaman masa lalu yang terpendam di unconsciousness (alam bawah sadar) yang perasaannya masih bocor ke kesadaran—meskipun ingatannya terblokir oleh kesadaran—dan menciptakan perasaan akrab yang tidak disadari oleh individu. Namun, banyak peneliti modern berargumen bahwa déjà vu lebih berkaitan dengan cara otak memproses informasi daripada sekadar ingatan trauma atau terpendam.
ADVERTISEMENT
Ada juga teori “optical pathway delay” yang menyatakan bahwa déjà vu terjadi ketika sensasi optik dari satu mata sampai ke otak lebih dahulu daripada mata lainnya. Namun, teori ini dibantah oleh fakta bahwa orang buta juga dapat mengalami déjà vu melalui indera lain seperti penciuman dan pendengaran. Teori split perception menyatakan bahwa déjà vu terjadi ketika seseorang mengalami situasi dua kali secara bersamaan namun hanya menyadari satu dari antaranya.
Teori memory of call berfokus pada bagaimana otak mengolah ingatan; déjà vu dapat muncul ketika ingatan baru terhubung dengan ingatan lama meskipun individu tidak dapat secara sadar mengingat pengalaman sebelumnya. Ada juga teori temporal lobe seizure yang mengaitkan déjà vu dengan aktivitas abnormal lobus temporal otak, bagian otak yang terlibat dalam memori pengenalan. Beberapa orang yang mengalami epilepsi temporal melaporkan mengalami déjà vu sebelum atau selama kejang mereka.
ADVERTISEMENT
Jenis Déjà Vu
Déjà vu sendiri memiliki beberapa jenis. Pertama adalah déjà vecu, yakni bentuk déjà vu yang lebih mendalam di mana individu merasa telah mengalami situasi tersebut dengan detail spesifik; kedua adalah déjà senti, yakni perasaan pernah merasakan emosi tertentu; keempat adalah jamais vu—kebalikan dari déjà vu—di mana individu merasa asing terhadap sesuatu yang seharusnya dikenal; dan terakhir adalah déja visté, yaitu perasaan pernah mengunjungi tempat tertentu meskipun itu adalah pengalaman pertama mereka.
Secara keseluruhan, déjà vu tidak dianggap berbahaya dan merupakan fenomena umum di kalangan orang dewasa. Mayoritas ahli kesehatan mental melihat fenomena ini sebagai manifestasi dari proses kognitif kompleks dan bukanlah tanda masalah kesehatan yang serius. Namun demikian, jika seseorang mengalami déjà vu terlalu sering atau disertai oleh gejala lain seperti kebingungan atau kehilangan ingatan jangka pendek, sebaiknya segera dikonsultasikan ke profesional kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut guna memastikan tidak ada kondisi medis lain yang serius. Dengan pemahaman lebih lanjut tentang mekanisme di balik déjà vu, kita dapat lebih menghargai bagaimana pikiran dan emosi kita saling bekerja sama dalam membentuk pengalaman sehari-hari. Fenomena ini mencerminkan kekompleksan dan kedalaman sistem kognitif manusia serta bagaimana kita memahami dunia sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Tanhadi. (2011, Juni). Deja VU. Blogspot. Retrieved from [https://tanhadi.blogspot.com/2011/06/deja-vu.html](https://tanhadi.blogspot.com/2011/06/deja-vu.html)
Liputan6.com. (n.d.). DeJavu Adalah Fenomena Saat Waktu Terulang Kembali Ketahui Pemicunya? Retrieved from [https://www.liputan6.com/hot/read/5743362/dejavu-adalah-fenomena-saat-waktu-terulang-kembali-ketahui-pemicunya?page=3](https://www.liputan6.com/hot/read/5743362/dejavu-adalah-fenomena-saat-waktu-terulang-kembali-ketahui-pemicunya?page=3)
The Conversation Indonesia. (n.d.). Apa Itu Deja-VU Ini Penjelasan Psikolog Tentang Perasaan Menyeramkan Ini. Retrieved from [https://theconversation.com/apa-itu-deja-vu-ini-penjelasan-psikolog-tentang-perasaan-menyeramkan-ini-200312](https://theconversation.com/apa-itu-deja-vu-ini-penjelasan-psikolog-tentang-perasaan-menyeramkan-ini-200312)
Teknologi ESPOS ID. (n.d.). Hasil Penelitian Peneliti Pecahkan Misteri De Ja Vu. Retrieved from [https://teknologi.espos.id/hasil-penelitian-peneliti-pecahkan-misteri-deja-vu-745808](https://teknologi.espos.id/hasil-penelitian-peneliti-pecahkan-misteri-deja-vu-745808)
Psikologi UMA AC ID. (n.d.). Penjelasan Ilmiah DeJA VU. Retrieved from [https://psikologi.uma.ac.id/penjelasan-ilmiah-deja-vu/](https://psikologi.uma.ac.id/penjelasan-ilmiah-deja-vu/)
Brown, M. (2003). DeJA VU. Hamilton County, Ooltewah High School. Retrieved from [https://images.pcmac.org/SiSFiles/Schools/TN/HamiltonCounty/OoltewahHigh/Uploads/Forms/Brown(2003)DejaVu.pdf](https://images.pcmac.org/SiSFiles/Schools/TN/HamiltonCounty/OoltewahHigh/Uploads/Forms/Brown(2003)DejaVu.pdf)
Seeking Science Org. (n.d.). DeJA VU Explained. Retrieved from [https://seekingscience.org/deja-vu-explained/](https://seekingscience.org/deja-vu-explained/)