Konten dari Pengguna

Kekuatan Tiongkok di Kawasan Asia Pasifik

Yaffa Malinda Aidha
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
4 November 2024 12:04 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yaffa Malinda Aidha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber : pixabay
zoom-in-whitePerbesar
sumber : pixabay
Pnahuluan Tiongkok merupakan negara dengan wilayah terbesar di Asia Pasifik. Secara geografis, Tiongkok terletak di benua Asia Timur, antara 18°LU dan 54°LU dan 73°BT dan 135°BT. Di bagian utara, Tiongkok berbatasan dengan Mongolia, Nepal, Bhutan, India, dan Myanmar . Sedangkan di bagian selatan, Tiongkok berbatasan dengan Laos dan Vietnam. Pada bagian Barat, Tiongkok berbatasan dengan Korea Utara di timur, Pakistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, dan Tajikistan. Dengan posisi Tiongkok yang berada di tengah, Tiongkok ingin memberikan pengaruh besar pada negara-negara tetangganya terutama wilayah Asia Paisifik melalui kekuatan pertahanan militer dan juga perekonomian agar mendapat pengakuan Internasional.
ADVERTISEMENT
Negara ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, Tiongkok sengaja mendirikan bank baru bernama Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) sebagai pertahanan dibidang ekonomi serta menciptakan pulau-pulau palsu untuk menipu pasukan Amerika Serikat sebagai pertahanan angkatan lautnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing negara-negara lain serta mencegah Amerika Serikat untuk mengambil alih pengaruh kekuatan ekonomi dan militer di Asia Pasifik. Dalam pertemuan Kongres Rakyat Nasional terbaru pada bulan Maret 2018, Tiongkok meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 8% dimana dengan bergabungnya sekutu Amerika Serikat dengan AIIB akan menjadi kemenangan bagi Tiongkok atas Amerika Serikat. Sehingga ini membuktikan bahwa Amerika Serikat tidak akan dapat menggunakan kekuatan ekonominya untuk menghentikan pengaruh Tiongkok yang semakin besar.
ADVERTISEMENT
Dalam mengkaji topik ini, Penulis mengira bahwa teori yang relevan untuk mendalami kasus ini ialah dengan menggunakan teori neorealisme dimana teori ini berasal dari kata realisme. Realisme mengkaji perilaku masyarakat dalam menjalin hubungan antar bangsa dan mengemukakan bahwa manusia memiliki sifat jahat, egois, dan serakah, terlahir dengan naluri alami untuk bersaing satu sama lain demi kehidupannya. Dan menurut teori ini, orang akan berjuang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, meskipun itu berarti kematian di salah satu atau kedua belah pihak. (Waltz 1979:168; Walt 1987 :117 dari kutipan Noer Hamka Hendra:2022)
Penulis sendiri berada di posisi pro terhadap isu ini karena “ancaman Tiongkok” (Perper, 2018) dari tahun 1992 hingga 2006, dan khususnya setelah tahun 1995, isu-isu militer atau strategis tampaknya menjadi faktor utama yang menggambarkan Tiongkok sebagai ancaman terhadap Amerika Serikat. (Xiang J., 2015) Dengan demikian, masalah yang ingin dilihat dalam isu ini adala dampak apa saja yang didapatkan dalam tindakan Tiongkok yang menggunakan kekuatan pertahanan Tiongkok di kawasan Asia Pasifik. Pembahasan Kawasan Indo-Pasifik merupakan rumah bagi perusahaan kelas dunia dan merupakan mesin pertumbuhan ekonomi global. Asumsi ini disebabkan karena tatanan regional di kawasan Asia-Pasifik bersifat bebas dan terbuka serta dapat menjamin stabilitas regional yang seimbang bagi negara-negara yang berdaulat. Amerika Serikat adalah sumber investasi asing (FDI) terbesar di kawasan Indo-Pasifik, memperkuat kemitraan regional dan berkontribusi terhadap perdamaian di kawasan. Dan Amerika Serikat berkomitmen untuk mempertahankan rezim India—Pasifik (FOIP) yang Bebas dan Terbuka di kawasan yang memungkinkan kita mengejar pertumbuhan ekonomi sesuai dengan hukum persaingan internasional yang sehat. (Department of state US of America, 2019)
ADVERTISEMENT
Penulis setuju dengan adanya tindakan ancaman Tiongkok terhadap Amerika Serikat karena salah satu alasan mengapa masyarakat di Asia memiliki pandangan yang lebih baik terhadap kebangkitan Tiongkok adalah pertumbuhan ekonomi Tiongkok (Cho YN; Jeong JH, 2008) sehingga Amerika Serikat tidak serta merta mengambil alih kekuatan ekonomi di Asia Pasifik. Perdebatan antara Amerika Serikat dan Tiongkok mengenai pembentukan AIIB mencerminkan persaingan saat ini antara dua negara terkaya di dunia untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Asia-Pasifik. Amerika sebagai negara yang paling kuat secara ekonomi di dunia menduga bahwa Tiongkok akan berupaya mengambil alih peran Bank Dunia di kawasan Asia Pasifik. Tetapi nyatanya Tiongkok tidak mengambil alih Bank Dunia dan masih merupakan lembaga keuangan internasional yang independen, meskipun Tiongkok memiliki pengaruh yang signifikan di dalamnya. Tiongkok mulai menjadi anggota Bank Dunia sejak tahun 1945. Sehingga mustahil jika Tiongkok berniat untuk mengambil alih Bank Dunia. (World Bank, 2024)
ADVERTISEMENT
Lembaga-lembaga regional untuk menjamin keamanan di kawasan Asia-Pasifik dapat dibentuk berdasarkan saling ketergantungan antar aktor-aktor besar regional, khususnya negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Oleh karena itu, teori persaingan interdependen sangat cocok untuk mempertimbangkan persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam konteks peran kepemimpinan integrasi Asia-Pasifik. Saling ketergantungan umumnya dipandang sebagai cara untuk mencapai perdamaian dan keamanan di kawasan bermasalah seperti kawasan Asia-Pasifik dengan memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi untuk mencegah konflik. Namun dalam hubungan saling ketergantungan itu sendiri, karena berbagai sebab, selalu timbul persaingan antar aktor utama yang dapat berujung pada konflik. (Keohane, R. O dan Joseph, Nye, 1989)
Tiongkok telah menjadi pabrik dunia dengan jaringan penjualan dan produksi internasional yang memenuhi persyaratan ketat negara-negara maju. Selain pembangunan infrastruktur yang ekstensif, Tiongkok juga menjadi salah satu negara terkemuka dalam produksi baja, logam, semen, kapal, mobil, elektronik, dan tekstil. Negara ini juga merupakan konsumen bahan mentah terbesar di dunia. Di kawasan Asia-Pasifik, Tiongkok merupakan mitra dagang penting dengan negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, dan beberapa negara Asia Tenggara. Tiongkok membina dan membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara tetangga, menyelesaikan perbedaan dan memperluas kegiatan yang saling menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,9% pada tahun 2017, Amerika Serikat akan khawatir akan muncul pemimpin ekonomi baru di kawasan Indo-Pasifik. Hal ini antara lain disebabkan oleh fakta bahwa perekonomian AS hanya tumbuh sebesar 2,5% pada tahun yang sama. Karena kemajuan industri Tiongkok dan kebijakan perdagangan terbuka , banyak ekspor dan produk dari Tiongkok telah memasuki wilayah AS. Sehingga sejumlah besar barang diimpor ke Amerika Serikat, dan Amerika Serikat berada dalam zona merah. Pada tahun 2017 sendiri, Tiongkok menciptakan defisit yang signifikan dengan Amerika Serikat. Jadi setara dengan $375 miliar dari hasil perdagangan kedua negara. (Ah, O. Y, 2017)
ADVERTISEMENT
Teori Ekspektasi Perdagangan Copland dan Konflik Zona Abu-abu di Laut Cina Selatan: Tinjauan Pustaka Literatur yang ada menyimpulkan bahwa pentingnya Laut Cina Selatan bagi negara-negara pengklaim terus meningkat. Laut Cina Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang besar, termasuk minyak dan gas, yang sangat penting bagi kelangsungan ekonomi beberapa negara. Laut Cina Selatan juga penting secara geografis karena lokasinya yang strategis, berbatasan dengan negara-negara di Asia. Para ahli berpendapat bahwa cadangan sumber daya alam dan keuntungan tambahan ratusan mil laut yang dapat dimasukkan dalam yurisdiksi maritim suatu negara adalah alasan utama mengapa negara tersebut memproyeksikan kekuatannya di Laut Cina Selatan. (Huxley, T., 1998) Penutup Tiongkok adalah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, mendirikan bank baru bernama Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) sebagai pertahanan dibidang ekonomi serta menciptakan pulau-pulau palsu untuk menipu pasukan Amerika Serikat sebagai pertahanan angkatan lautnya dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing negara-negara lain serta mencegah Amerika Serikat untuk mengambil alih pengaruh kekuatan ekonomi dan militer di Asia Pasifik. Sebagai pabrik dunia dengan jaringan penjualan dan produksi internasional yang memenuhi persyaratan ketat negara-negara maju, tiongkok juga melakukan pembangunan infrastruktur yang ekstensif sehingga menjadikan Tiongkok sebagai konsumen bahan mentah terbesar di dunia. Tiongkok membina dan membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara tetangga, menyelesaikan perbedaan dan memperluas kegiatan yang saling menguntungkan sehingga tidak ada celah bagi Amerika Serikat untuk merebut pertahanan di kawasan Asia Pasifik. Dengan demikian kawasan Asia Pasifik tidak mengalami kerusuhan akibat dua kekuatan besar dunia berada dalam satu wilayah sehingga memberikan rasa aman dan damai negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Daftar Pustaka Ah, O. Y. (2017). China’s Economic Ties with Southeast Asia. Sejong: Korea Institute for International Economic Policy. Cho YN, Jeong JH. Soft Power Tiongkok: Diskusi, Sumber Daya, dan Prospek. Survei Asia. 2008; 48 (3):453–472. Department of state US of America. 2019. A free and Open Indo-Pacific: Advancing a shared vision. Huxley, T. (1998). Ancaman di Laut Cina Selatan? Dialog Keamanan , 29 ( 1 ), 113–118. https://doi.org/10.1177/0967010698029001011 Keohane, R. O dan Joseph, Nye. (1989). Power and Interdependence 2nd edition. New York: Harpers. Noer, Hamka hendra. 2022. Perang dan keamanan dalam tinjauan teori neorealisme dan institusionalisme. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/Independen/article/download/12373/6991 Perper, Rosie. 2018. China is increasing its military spending by nearly 10%. Business Insidergoo.gl/hhQmmU. Waltz, K. (1979). Theory of International Politics. New York: McGraw Hills. Walt, S. (1987). The Origins of Alliances. Ithaca, NY: Cornell University Press. World Bank. 2024. China and the World Bank: How to Make Progress on Governance Reforms.” Carnegie Endowment for International Peace. Xiang J, Primiano CB, Huang W-h. Aggressive or Peaceful Rise? An Empirical Assessment of China’s Militarized Conflict, 1979-2010. Peace Economics, Peace Science and Public Policy. 2015;21(3):301–325. Yang YE, Liu X. 'Ancaman Tiongkok' Melalui Lensa Media Cetak AS: 1992-2006. Jurnal Tiongkok Kontemporer. 2012; 21 (76):695–711.
ADVERTISEMENT