Konten dari Pengguna

Sifat Bercanda Nabi

Yafi Najwan
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dirasat Islamiyah
28 Agustus 2024 12:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yafi Najwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Agama islam adalah agama yang sempurna, agama yang mengatur dan mengajarkan segala aspek kehidupan dunia dan akhirat, mulai dari terbuka nya kelopak mata hingga tertutup kembali kelopak mata ini, semua tidak lepas dari anzimah (aturan). Begitu juga sama halnya dengan bercanda/senda gurau, islam telah mengatur bagaimana kegiatan atau sifat yang melekat pada manusia ini dilakukan berasaskan ajaran islam, agar candaan tersebut tidak bernilai perbuatan yang sia sia, menghamburkan waktu, bahkan mendatangkan mudhorot( bahaya), sehingga termasuklah kita seperti yang difirmankan Allah dalam kitab-Nya : “Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang orang yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menaasehati untuk kesabaran.” Melalaui ayat ini, Allah bersumpah demi waktu,bahwa waktu yang dipakai manusia itu kebanyakan dipakai dalam hal hal yang merugikan.Namun setelah teguran keras itu, Allah mengisyaratkan bahwa ada 4 sifat manusia yang tidak merugi akan waktu yang diberikan Allah kepadanya, yaitu orang yang beriman dengan penuh keikhlasan, mengerjakan kebajikan, saling menasehati dalam perkara yang benar dan bersikap sabar.
ADVERTISEMENT
Ungkapan/istilah Bercanda dalam bahasa arab memiliki beberapa sinonim, yaitu: المزاح, الدعابة, الفكاهة. Secara umum 3 ungkapan ini memiliki makna yang sama, begitu juga yang dikatakan Ibnu Manzhur dalam Lisanul Arab nya, Fairuzabadi dalam Qamus Al Muhit, Ibnu At thaila As Sakandari dalam Tajul Arus. Kitab Al mausuatul Fiqhiyyah Al Kuwaytiyah, yang dijuluki sebagai ensiklopedi fiqih karena jumlah halaman nya yang lebih dari 17.000 halaman, dan tidak di susun oleh perorangan melainkan ratusan ulama yang pakar dibidang nya dalam berbagai belahan dunia, memberikan definisi المزاح menurut istilah syariat, yaitu bermakna menyenangkan hati dan perasaan orang lain dengan cara yang santun, penuh simpatik dan tidak melukai hatinya.
Bercanda, bersenda gurau, tertawa, berguyon dan membuat lelucon adalah hal yang manusiawi, bahkan manusia yang paling sempurna dan pemimpin para nabi & rasul pernah melakukakan beberapa candaan kepada sahabatnya, mulai kalangan anak anak sampai sahabat seniornya bahkan kepada para istrinya. Namun, candaan yang dilakukan nabi Muhammad ﷺ bukan seperti candaan yang dilakukan manusia sekarang ini, yang tercampur dengan perkara yang dilarang, seperti bercanda dalam hal agama, bercanda dengan membuat opini kebohongan, bercanda hingga tertawa terbahak bahak, bahkan bercanda dengan cara menghina dan menyudutkan serta menjatuhkan harga diri seseorang dengan tujuan agar mengundang tawa orang lain sehingga tanpa disadari menyakiti hati dan perasaannya. Oleh karena itu tidak menjadi keraguan untuk mengatakan bahwa candaan umat manusia sekarang ini telah keluar dan jauh dari koridor syariat, bahkan menggiring pelakunya kepada kekufuran secara perlahan.
ADVERTISEMENT
bercanda yang bersifat membangun dan tidak menjatuhkan. foto: jepretan pribadi
Memisahkan sosok panutan dalam setiap aspek dalam kehidupan kita, adalah perkara yang imposibble, karena dengan tegas Allah mengungkapkan dalam surah Al Ahzab ayat 21
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
Rasullah memilki akhlak yang mulia dan terpuji, hingga suatu ketika Aisyah ditanya bagaimana Aklak Rasulullah, ia menjawab : akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an. Hal ini menggambarkan betapa agung dan tingginya nilai moral yang dimiliki Rasulullah, sehingga beliau layak menjadi standarisasi dan parameter akhlak bagi seluruh umat manusia, bahkan dalam hal bercanda, suatu perkara yang terlihat sepele, namun bisa berakibat buruk kepada pelakunya.
Ungkapan candaan yang keluar dari lisan Rasul seluruhnya adalah benar, sebagaimana redaksi hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dari sahabat yang dinilai perawi paling banyak (Abu Hurairah)
ADVERTISEMENT
يارسول الله إنك تداعبنا. قال (إني لاأقول إلا الحق)
Ya Rasulullah mengapa engkau bercanda kepada kami? Beliau menjawab: sesungguhnya yang aku katakan tidak lain adalah kebenaran.
Hal itu disebabkan beliau ma’sum(terhindar dari kesalahan). Sejumlah ulama salaf pernah ditanya mengenai canda Rasulullah : meraka menjawab, beliau adalah insan yang berwibawa, beliau membuat hati manusia senang dengan candanya tersebut.
Ada redaksi hadis yang berikutnya, yang kelihatannya secara zhahir bertentangan dengan hadis diatas, namun hakikatnya tidak ada.
Hadis marfu, yang diriwayatkan imam tirmidzi dari sahabat Ibnu Abbas
لاتمار أخاك ولا تمازحه
Janganlah berdabat dengan saudaramu dan jangan pula mencandainya
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan canda yang dilarang adalah canda yang dilakukan secara berlebihan dan terlalu sering, sebab hal itu bisa mematikan hati sehingga lupa dan lalai mengingat Allah, candaan yang seperti ini kerap kali menyakiti perasaan dan menimbulkan kedengkian orang lain serta menghilangkan martabat, wibawa dan kerhormatan diri. Dan candaan seperti ini adalah candaan yang mutlak tidak pernah dilakukan Rasulullah.
ADVERTISEMENT
Canda ibarat garam dalam makanan dan gula dalam minuman, jika keduanya dibubuhi secara berlebihan dan melebihi takaran maka rasanya akan berubah. Bercana adalah perkara kecil tapi kehadirannya berarti untuk menyempurnakan kehidupan selama dilakukan secara tepat sesuai syariat, oleh karena itu canda seorang muslim harus seperti sifat candanya Rasul, terpuji tidak mengandung dosa dan memberikan manfaat.
Allahu’alam
Sumber :
Al Mizaah Aadabun wa Ahkamun (As Sayyid bin Ahmad Hamudah)
Sunan Tirmidzi
Lisanul Arab
Qamus Al Muhit
Tajul Arus