Konten dari Pengguna

Gorontalo Dianggap Miskin Tapi Indeks Kebahagiaan Tinggi, Bagaimana Bisa?

Yanu Endar Prasetyo
Peneliti. Pusat Riset Kependudukan BRIN
5 Juni 2024 14:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yanu Endar Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengunjung menaiki perahu wisata untuk melihat Hiu Paus (Rhincodon Typus) di objek wisata Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (22/5/2024). Foto: Adiwinata Solihin/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung menaiki perahu wisata untuk melihat Hiu Paus (Rhincodon Typus) di objek wisata Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (22/5/2024). Foto: Adiwinata Solihin/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Gorontalo memiliki paradoks yang unik. Di satu sisi, Ia dikenal sebagai salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sulawesi. Di saat bersamaan, Gorontalo juga memiliki indeks kebahagiaan yang juga tinggi. Bagaimana menjelaskan fenomena "miskin tapi bahagia" yang tampak kontradiktif ini?
ADVERTISEMENT
Tentu kita bisa membaca fenomena ini dari dua sisi. Pertama, dari sisi metodologis. Alat serta cara mengukur kemiskinan dan kebahagiaan ini memang dua hal yang berbeda. Kedua, jika kita bisa mengabaikan persoalan pertama (pengukuran), maka mungkin ada beberapa alasan sosiologis lain yang bisa kita ajukan untuk menjelaskan fenomena ini.

Masalah Alat Ukur

Pengukuran kemiskinan biasanya menggunakan data pendapatan atau pengeluaran rumah tangga yang ditetapkan oleh pemerintah atau organisasi internasional. Ambang batas ini seringkali tidak mencerminkan kebutuhan atau biaya hidup lokal yang riil.
Kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, dapat berbeda antar daerah perkotaan dan pedesaan, serta antarbudaya, sehingga indikator kemiskinan mungkin tidak sepenuhnya menangkap keragaman ini.
Data yang dikumpulkan juga tidak selalu akurat karena faktor-faktor seperti underreporting (melaporkan pengeluaran lebih rendah dari yang sebenarnya) atau overreporting (melaporkan pengeluaran lebih tinggi dari yang sebenarnya). Di daerah pertanian seperti Gorontalo, pengeluaran rumah tangga bisa sangat bervariasi tergantung pada musim panen dan musim tanam, yang mungkin tidak tercermin secara akurat dalam survei nasional.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kebahagiaan adalah konsep yang sangat subjektif. Sangat mungkin berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Cara orang mendefinisikan dan melaporkan kebahagiaan juga dipengaruhi oleh budaya.
Di Gorontalo, nilai-nilai budaya dan norma sosial mungkin membuat orang merasa lebih bahagia meskipun kondisi ekonominya sulit. Dalam masyarakat yang memiliki norma kuat tentang optimisme atau rasa syukur, individu mungkin melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya mereka rasakan.
Tak hanya itu, formulasi pertanyaan dalam survei kebahagiaan juga bisa mempengaruhi jawaban. Pertanyaan yang terlalu umum atau terlalu spesifik dapat memberikan hasil yang berbeda. Skala yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan juga bisa diinterpretasikan secara berbeda oleh responden, tergantung pada konteks dan referensi pribadi mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan melihat perbedaan alat ukur kemiskinan dan kebahagiaan di atas, bisa jadi kaitan keduanya tidaklah sesederhana dengan melihat tinggi atau rendahnya indeks. Hubungan keduanya bisa jadi lebih kompleks - atau lebih sederhana - dari yang dibayangkan.
Anggaplah untuk sementara kita “tutup mata” saja dengan persoalan metodologis di atas serta berasumsi bahwa kemiskinan dan kebahagiaan di Gorontalo memang sesuai hasil pengukuran (sama-sama tinggi), kira-kira bagaimana penjelasan sosiologisnya?

Penjelasan Sosiologis

Pertama, kekuatan hubungan sosial dan komunitas. Masyarakat Gorontalo dikenal dengan hubungan kekerabatan yang erat dan solidaritas yang tinggi. Dalam budaya Gorontalo, gotong royong dan saling membantu merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang menghadapi kesulitan, tetangga dan keluarga besar siap memberikan bantuan, baik dalam bentuk materi maupun dukungan emosional. Kehidupan sosial yang kuat ini akan menciptakan rasa aman dan perasaan dihargai, yang sangat penting untuk kebahagiaan individu.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang merasa diterima dan didukung oleh komunitasnya, beban hidup terasa lebih ringan meskipun kondisi ekonominya kurang memadai. Hubungan interpersonal yang erat dan dukungan sosial yang konsisten membantu mengurangi stres dan membuat seseorang bisa lebih bahagia.
Kedua, harapan hidup yang realistis. Masyarakat Gorontalo, seperti banyak masyarakat berbasis pertanian lainnya, mungkin memiliki ekspektasi hidup yang lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang cenderung memiliki keinginan yang kompleks. Materi dan kekayaan tidak melulu menjadi orientasi hidup.
Kepuasan dengan apa yang dimiliki dan kemampuan untuk menikmati hal-hal kecil dalam hidup ini bisa sangat berpengaruh pada tingkat kebahagiaan. Dalam masyarakat yang lebih modern dan serba cepat, kebahagiaan seringkali diukur dari seberapa banyak yang dimiliki. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki harapan sederhana, kebahagiaannya lebih banyak dipengaruhi oleh seberapa baik kualitas hubungan sosial dan kehidupan spiritualnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, agama dan spiritualitas memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Gorontalo. Rutinitas ibadah, aktivitas keagamaan, dan kehidupan berkomunitas ini tentu bisa mengungkit rasa damai dan kebahagiaan. Keyakinan dan praktik agama seringkali memberikan makna hidup yang lebih dalam dan perasaan tenang.
Gorontalo sendiri pernah mendeklarasikan diri sebagai “Serambi Madinah” yang menunjukkan kuatnya pengaruh agama dan spiritual (terlepas dan pro kontra terkait hal ini). Banyak juga tempat ziarah, makam Auliya’ dan pesantren-pesantren yang tersebar di provinsi yang mayoritas beragama muslim ini. Kehidupan spiritual yang kuat bisa membantu mereka menghadapi tantangan dan cobaan hidup dengan lebih sabar.
Keempat, akses terhadap layanan dasar. Meskipun Gorontalo secara ekonomi dianggap tertinggal, tetapi provinsi ini memiliki akses yang relatif baik terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Pemerintah daerah dan pusat telah berupaya untuk meningkatkan infrastruktur dan layanan publik di daerah-daerah terpencil.
ADVERTISEMENT
Akses yang baik terhadap layanan kesehatan ini juga memberikan rasa aman dan kepercayaan bahwa mereka dapat menerima perawatan medis yang dibutuhkan. Rasa aman dan optimisme terhadap masa depan ini dapat berkontribusi pada kebahagiaan.
Kelima, alam yang indah. Gorontalo dikenal dengan keindahan alamnya, baik di pegunungan maupun pantai dan lautnya. Lingkungan alam yang asri dan indah memiliki dampak positif yang besar terhadap kesehatan mental dan kebahagiaan.
Akses ke alam dan lingkungan yang bersih serta udara yang segar dapat meningkatkan perasaan bahagia dan mengurangi stres. Banyak penelitian menunjukkan bahwa berinteraksi dengan alam dapat meningkatkan mood dan mengurangi tingkat kecemasan. Bagi masyarakat Gorontalo, keindahan alam sekitar mungkin menjadi salah satu sumber kebahagiaan yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Tentu saja masih banyak faktor lain yang dapat menjelaskan fenomena miskin tapi bahagia ini. Satu hal yang patut dicatat, kebahagiaan (dan juga kemiskinan) adalah konsep yang kompleks dan multifaset, dipengaruhi oleh banyak faktor non-ekonomi.
Kekuatan hubungan sosial, nilai dan harapan hidup, akses terhadap layanan dasar, keindahan alam, hingga kehidupan spiritual dan tradisi lokal, semuanya bisa berkontribusi pada tinggi atau rendahnya indeks kebahagiaan dan kesejahteraan “subjektif” masyarakat.
Dalam konteks yang lebih luas, paradoks Gorontalo menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya melihat kebahagiaan dan kesejahteraan dari berbagai perspektif. Alat ukur tunggal untuk melihat kemiskinan/kesejahteraan tentu patut untuk ditinggalkan, dan kita perlu segera beralih pada ragam indikator/indeks pengukuran yang lebih multidimensional.