Benarkah Cantik dan Ganteng Itu Relatif?

Yaser Fahrizal Damar Utama
Mahasiswa kere yang kebetulan masuk UNPAD. Orang Sumedang yang kebetulan nggak jualan tahu. Anak kampung biasa yang kebetulan suka nulis. Bisa banget diajak ngobrol lewat instagram kalo kalian kebetulan punya akun instagram.
Konten dari Pengguna
7 Januari 2022 14:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yaser Fahrizal Damar Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cantik dan ganteng ternyata tidak sepenuhnya subjektif. / Sumber Ilustrasi : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Cantik dan ganteng ternyata tidak sepenuhnya subjektif. / Sumber Ilustrasi : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian besar dari kita pasti pernah mendengar pernyataan “Cantik dan ganteng itu relatif.”
ADVERTISEMENT
Lalu penulis akan mengajukan pertanyaan, pernahkan ada orang yang mengatakan Anya Geraldine itu jelek? Atau pernahkah ada orang yang bilang bahwa Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan itu tidak ganteng alias jelek? Apakah setiap orang benar-benar memiliki perbedaan dalam menilai kadar kecantikan atau kegantengan seseorang?
Ada sebuah konsep yang disebut “Assortative Mating” atau perkawinan asortatif. Konsep ini menggambarkan bahwa sebenarnya daya tarik seseorang bisa diurutkan atau dibuat pemeringkatan berdasarkan daya tariknya (attractiveness). Dalam Assortative Mating, daya tarik seseorang dapat dinilai dengan angka.
Untuk memahami konsep ini mari kita perhatikan sebuah eksperimen yang dilakukan di website bernama HotOrNot. Sayangnya website ini kini sudah tidak beroperasi.
Sistem kerja website ini adalah anda akan melihat gambar dari seseorang, bisa laki-laki atau perempuan dan anda memberikan nilai 0-10 tentang seberapa menarik dia bagi anda. Selain menilai orang lain, anda juga akan mendapatkan penilaian dari orang lain dengan cara yang sama.
ADVERTISEMENT
Fakta yang didapatkan dalam penelitian ini, hampir sebagian besar orang mengukur kadar kecantikan atau kegantengan dengan cara yang sama. Orang yang memiliki level attractiveness rendah maupun tinggi tetap memiliki standar yang sama bagaimana sebenarnya wanita cantik atau pria ganteng itu.
Lalu apakah ini menjadi sebuah ketidakadilan? Atau menunjukkan orang-orang dengan level attractiveness rendah itu “tidak sadar diri” dengan tertarik kepada orang-orang yang memiliki kualitas kecantikan atau kegantengan yang lebih tinggi dari dia? Penulis menyarankan untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan.
Ada fitur lain di website ini bernama MeetMe. Fitur ini memungkinkan anda mengajak pengguna lain untuk kencan dan anda saling mengetahui level attractiveness satu sama lain.
Faktanya, dalam menggunakan fitur MeetMe sebagian besar pengguna hanya mengajak orang lain yang memiliki level attractiveness tidak terlalu jauh dengannya atau bahkan setara. Orang yang memiliki level 4 cenderung akan mengajak orang level 3, 4, atau 5 untuk berkencan.
ADVERTISEMENT
Ini menunjukkan orang-orang pada akhirnya beradaptasi atau menyesuaikan atau bisa kita katakan “sadar diri” dengan keadaannya. Lalu memutuskan untuk mengencani orang-orang yang setara dengannya.
Fakta-fakta ini sangat mengecewakan kita bukan? Terutama kita yang sebagian besar berada di level menegah atau bahkan di bawah. Ketika kita sadar bahwa kecantikan dan kegantengan fisik adalah hal yang bersifat pemberian sejak lahir atau tidak bisa kita atur, maka kita mulai mempertanyakan apakah takdir ini adil?
Jangan terlalu terburu-buru. Faktanya orang yang memiliki level attractiveness tinggi memang banyak menjadikan daya tarik fisik menjadi prioritas utama dalam memilih pasangan. Tetapi orang yang memiliki level attractiveness rendah, akan mulai memiliki prioritas lain dalam pertimbangannya memilih pasangan.
Contohnya anda mulai bisa menganggap laki-laki yang gendut itu lucu atau perempuan pesek itu imut. Atau bahkan anda bisa mulai tertarik dengan seseorang bukan dari hal fisik melainkan hal-hal non fisik seperti selera humor atau kepintaran.
ADVERTISEMENT
Maka jangan terlalu munafik dengan mengatakan cantik dan itu relatif, buktinya kita memandang dan menilai kadar kegantengan dan kecantikan seseorang itu dengan cara yang sama. Level kegantengan dan kecantikan itu tidak benar-benar berpengaruh atau bukan satu-satunya alasan orang memilih pasangan.
Anda tidak perlu berlebihan dengan mengatakan pada pasangan anda bahwa dia yang paling cantik atau yang paling ganteng. Akui saja bahwa banyak orang-yang lebih ganteng atau cantik darinya tetapi ada hal lain yang membuat anda tertarik dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai pasangan.
Ketika kita sadar kita berada di level mana dalam hierarki sosial berdasarkan attractiveness, itu akan memudahkan kita bersikap dan mengambil keputusan-keputusan. Daripada anda menghabiskan waktu untuk memaki Tuhan yang memberikan fisik pas-pasan, lebih baik anda meningkatkan kualitas diri anda dan untuk menaiki tangga hierarki sosial.
ADVERTISEMENT
Pada kehidupan nyata kegantengan dan kecantikan bukan satu-satunya pertimbangan tentang menarik atau tidaknya seseorang. Dalam penelitian tadi memang fisik yang jadi faktor utama karena orang-orang hanya melihat foto. Sedangkan dalam kehidupan nyata, anda memiliki banyak variabel yang bisa anda tingkatkan kualitasnya.