Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mikroba, Kunci Inovasi Pangan Global
9 November 2024 15:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Yasriza Nanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tantangan Pangan
Berbicara terkait isu pangan bukanlah hal yang baru di era modern ini. Pangan termasuk dalam 17 poin penting SDGs yang disepakati secara global dalam upaya meratakan akses pangan bergizi untuk seluruh penduduk dunia. Bagaimana tidak, pangan adalah kebutuhan primer manusia. Maka selama manusia hidup, kebutuhan pangan akan tetap ada, sehingga isu-isu pangan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Tantangan pangan dapat dikaitkan oleh banyak hal, salah satunya pemanasan global. Faktor ini menyebabkan perubahan kondisi alam yang mana akan berpengaruh pada produktivitas sumber bahan baku pangan. Hal ini juga menjadi perhatian di berbagai aspek, sehingga banyak penelitian dan inovasi yang dikembangkan dewasa ini pun didasarkan pada dampaknya terhadap alam, termasuk peningkatan pemanasan global.
Adapun faktor lain yaitu populasi global. Prediksi populasi dunia yang mencapai 10 milyar jiwa pada tahun 2050 sebagaimana yang dilansir oleh United Nations (UN) menimbulkan kekhawatiran baru. Ketika alam sedang dalam keadaan tidak stabil karena pemanasan global, kebutuhan pangan malah kian bertambah. Hal inilah yang menjadi alasan penting untuk mengambil langkah demi kestabilan pangan di masa depan. Maka, tidak dapat dipungkiri sistem produksi pangan perlu dikembangkan agar lebih efektif dan efisien untuk menghasilkan pangan yang cukup, bergizi, aman dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Mikroba dan Pangan
Mikroba mulai dilirik karena serangkaian potensi yang dimilikinya. Pada saat proses kultivasi, waktu pertumbuhan mikroba relatif lebih cepat, ukurannya yang kecil akan lebih menghemat tempat, serta penggunaan bahan baku yang lebih murah. Selain itu, perbanyakan mikroba juga bisa memanfaatkan limbah organik yang masih kaya akan polisakarida. Hal inilah yang menjadikan mikroba sebagai objek yang ramah lingkungan.
Didukung perkembangan ilmu dan teknologi, studi terkait mikroba pun semakin berkembang pesat. Mulai dari identifikasi dan rekayasa genetika mikroba, optimalisasi senyawa metabolit dari mikroba, dan berbagai studi lainnya. Potensi mikroba tersebut dimanfaatkan pula dalam bidang pangan. Sebagai contoh, Quorn dari Inggris, produsen penghasil protein dari jamur (mycoprotein) yang kini telah mencapai total produksi 25.000 ton per tahunnya, Noma Project dari Denmark yang mengembangkan perisa (flavour) dari proses fermentasi dengan produk pertamanya yaitu perisa dari fermentasi jamur, serta produk minyak goreng dari fermentasi mikroba yang telah dikembangkan oleh Zero Acre Farms dari Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Hal serupa juga berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas. Keanekaragaman hewan, tumbuhan dan mikrobanya dapat ditemukan di berbagai ekosistem yang tersebar di 17.000 pulau di Indonesia. Berbagai ekosistem darat seperti hutan tropis, hutan bakau hingga lautan menjadi habitat berbagai jenis mikroba. Sebagaimana penelitian Handayani dkk pada tahun 2021 yang menemukan potensi antibiotik terbaru dari spesies mikroba yang diisolasi dari beberapa pulau di Indonesia. Inilah salah satu potensi besar Indonesia dalam pemanfaatan mikroba di bidang pangan ke depannya.
Budaya konsumsi pangan dari mikroba harusnya bukan hal yang aneh bagi masyarakat Indonesia, mengingat banyak makanan tradisional yang dihasilkan dari proses fermentasi, misalnya tempe, dadih, urutan, dan lain sebagainya. Meskipun begitu, pengembangan produk pangan berbasis mikroba masih membutuhkan studi lanjut, misalnya pemanfaatan mikroba untuk memproduksi pangan alternatif dengan kandungan protein, lemak atau senyawa bioaktif tertentu. Jenis pangan ini bisa menjadi salah satu sumber makanan pokok manusia selain dari hewan dan tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Peran Ahli Pangan
Ada beberapa hal yang masih menjadi tantangan bagi peneliti dan ahli dalam bidang mikrobiologi pangan. Pertama, prospek mikroba masih membutuhkan studi lanjut untuk mengidentifikasi jenis mikroba dan potensinya dalam pengembangan produk pangan serta memastikan keamanan dari mikroba patogen dan oportunistik yang berbahaya bagi tubuh. Proses indentifikasi ini bisa menggunakan teknologi omics yang sudah berkembang saat ini.
Kedua, selain nilai gizi, pengembangan produk pangan tentu saja perlu memperhatikan karakteristik sensori yang sesuai selera masyarakat Indonesia. Tekstur, rasa, bau, warna akan mempengaruhi ketertarikan konsumen dalam membeli produk. Peningkatan laju permintaan produk dapat menjamin kestabilan produksi pangan berbasis mikroba di tengah masyarakat.
Ketiga, sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kehalalan produk pangan menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini dikarenakan salah satu titik kritis kehalalan mikroba adalah media pertumbuhannya. Sesuai Fatwa MUI No. 1 Tahun 2012, media pertumbuhan mikroba tidak boleh mengandung zat berbahaya dan bernajis seperti darah, zat yang berasal dari anjing, babi serta hewan yang tidak disembelih secara halal. Oleh karena itu, produksi pangan berbasis mikroba nantinya perlu dikembangkan sesuai standar BPOM dan Halal MUI.
ADVERTISEMENT
Keempat, produk yang murah dan terjangkau erat kaitannya dengan biaya proses produksi. Proses produksi yang optimal sangat dipengaruhi produktivitas mikroba, kondisi fermentasi, serta alat dan teknologi yang digunakan. Oleh karena itu pengembangan teknologi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan untuk mendukung produksi pangan skala besar.
Kelima, optimalisasi spesies mikroba juga tidak terlepas dari bidang rekayasa genetika. Hal ini guna menghasilkan gen mikroba terbaik yang mampu menghasilkan produk yang optimal, sehingga dapat menekan biaya produksi. Akan tetapi, penggunaan produk rekayasa genetika (PRG) masih harus mempertimbangkan kebijakan yang berlaku di Indonesia.
Beberapa poin di atas masih menjadi tantangan bagi pengembangan pangan ke depannya. Tentu saja hal ini tidak bisa dicapai hanya dengan berdiam diri. Kerjasama peneliti, praktisi, dan ahli bidang pangan serta pemerintah akan sangat dibutuhkan. Harapannya, inovasi produk pangan dari mikroba bisa menjadi alternatif untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi tantangan dan revolusi pangan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Sumber
Handayani I, Saad H, Ratnakomala S, Lisdiyanti P, Kusharyoto W, Krause J, Kulik A, Wohlleben W, Aziz S, Gross H, et al. 2021. Mining Indonesian Microbial Biodiversity for Novel Natural Compounds by a Combined Genome Mining and Molecular Networking Approach. Marine Drugs. 19(6):316. https://doi.org/10.3390/md19060316
LPPOM MUI. 2012. Buku HAS 23201: The Requirements of Halal Food Material. Jakarta: LPPOM MUI.