Konten dari Pengguna

Ragam Kebahasaan Minangkabau

Shiffa Nazwalika Kurnia
saya shiffa Nazwalika kurnia Shiffa Nazwalika Kurnia dari universitas Andalas, saya terinspirasi dari kk saya yg membuat tulisan dan opini di kumparan, saya harap saya juga seperti kk saya
16 September 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shiffa Nazwalika Kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Shiffa Nazwalika Kurnia
Mahasiswa Universitas Andalas
Runah Gadang Bukittinggi
Sumber: canva.com
ADVERTISEMENT
Bahasa mempunyai peranan penting dalam aktivitas sehari-hari seorang manusia karena manusia adalah makhluk sosial. Bahasa menjadi sebuah alat komunikasi sehari-hari manusia untuk berinteraksi. Berbahasa juga erat kaitannya dengan kebudayaan yang dia pakai dalam kehidupan 24 sehari-hari. Hubungan bahasa dan budaya tampak dalam berbagai aktivitas berbahasa, misalnya dalam interaksi dan berkomunikasi sehari- hari pada berbagai fenomena kebahasaan yang digunakan oleh penutur bahasa tersebut. Hal ini berarti bahwa untuk dapat disebut berkemampuan komunikatif, setiap penutur dituntut harus harus memiliki kemampuan memilah-milah bahasa sesuai dengan kondisinya. Dalam Bahasa Minang terdapat empat ragam bahasa lisan yang mempengaruhi dan sangat bergantung pada situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut akan dipergunakan. Wujud bahasa lisan di Minangkabau dapat dilihat dalam bahasa adat, bahasa surau, bahasa parewa, dan bahasa biasa. Bahasa adat, biasanya banyak dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan adat. Dalam ragam ini mengandung, petatah petitih, pantun adat, mamangan dan bentuk-bentuk bahasa kias lainnya. ini tertuang dalam pidato adat -- pasambahan-- para penghulu, ninik mamak, serta tokoh-tokoh adat lainnya. Bahasa surau, merupakan suatu bentuk bahasa yang banyak dipergunakan oleh para ulama. Ragam ini dapat ditemui dalam setiap aktivitas keagamaan di surau. Perbedaannya dengan ragam bahasa adat, ragam bahasa surau ini banyak mengandung ajaran-ajaran agama, dan juga banyak dipengaruhi unsur-unsur serapan dalam bahasa arab. Bahasa parewa dipergunakan oleh kaum muda (parewa), dalam berkomunikasi antar sesama. Ragam bahasa ini memiliki ciri-ciri, antara lain: bahasanya sedikit kotor, kasar, dan tak jarang juga muncul bahasa-bahasa sindiran. Keempat, yakni, bahasa biasa, atau juga bisa disebut sebagai bahasa Minang umum sehari-hari. Dikatakan biasa karena, ragam ini biasa dipergunakan oleh masyarakat Minang dalam bertutur atau berkomunikasi. Ciri khas dari ragam ini, yakni tidak kentaranya dialek yang dipergunakan oleh si penutur bahasa Minang.
ADVERTISEMENT
Sejarah Kebahasaan Minangkabau
Keberaksaraan bahasa Minangkabau menurut sejarahnya menurut Arif (2015), Kota Padang abad ke-19 merupakan kota kosmopolitan. Perang Paderi yang dimulai pada 1803 dan berlangsung selama 16 tahun mendatangkan banyak orang Eropa (Swiss, Perancis, Jerman, Belgia, dan lain-lain) sebagai tentara bayaran. Beberapa dari mereka kemudian menetap di Padang, terutama karena alasan perdagangan. Karena diundang oleh perang, sebagian besar orang Eropa yang datang adalah laki-laki. Mereka yang menetap akhirnya memperistri perempuan setempat dan memiliki kultur Indo-Eropa yang berbeda dari kultur Eropa totok maupun lokal. Kaum Indo inilah yang pertama kali menguasai media cetak di Minangkabau. Surat kabar paling tua, Sumatra Courant, terbit pada 1859 dan dimiliki L.N.H.A Chatelin yang merangkap sebagai redaktur.Surat kabar milik kaum Indo umumnya berbahasa Belanda dan berisi berita perdagangan dan iklan. Arnold Snackey adalah salah satu pengecualian. Ia menulis dalam bahasa Melayu dan banyak menaruh minat terhadap kebudayaan Melayu. Ia menerjemahkan sejumlah kaba (salah satu bentuk sastra Melayu), syair-syair Multatuli,Sejarah Berdirinya Pohon (sejarah lengkap dari masa VOC sampai pemerintah Inggris di kota Padang), hingga transkripsi dan penerbitan pantun dan syair karya Syekh Daud. Dengan didanai Gereja, ia menerbitkan Bentara Melajoe. Namun surat kabar ini hanya berumur satu tahun karena perselisihan dengan Gereja. Namun, masyarakat Minangkabau telah mengenal aksara jauh sebelum itu. Tradisi baca-tulis Al-Quran yang dibawa Islam dan berkembang di surau memunculkan hibrida aksara Arab yang dipakai sebagai transliterasi bahasa Melayu. Sebelumnya pun berkembang aksara "Sumatera kuno", meski masih sangat terbatas di kalangan elit kerajaan dan pendeta agama. Keberaksaraan ini, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 masih terbatas dalam kalangan tertentu dalam masyarakat Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Kebahasaan Minangkabau
Sumatera Barat identik dengan dialek bahasanya yang khas yakni bahasa minangkabau. Bahasa Minangkabau sendiri merupakan bahasa daerah yang berkembang di Sumatera Barat yang digunakan oleh masyarakat minangkabau dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa minangkabau ini juga berasal dari rumpun bahasa melayu dengan memiliki dialek yang hampir sama. Dalam berbahasa, masyarakat minangkabau memiliki kesantunan dan tatakrama dalam berkomunikasi seperti yang dikenal dengan Kato Nan Ampek:
1.Kato mandaki adalah bahasa yang digunakan kepada lawan bicara yang lebih dewasa seperti digunakan kepada orang tua, mamak, dan guru
2. Kato manurun adalah bahasa yang digunakan kepada lawan bicara yang lebih kecil seperti guru berbicara kepada muridnya
3.Kato mandata adalah bahasa yang digunakan dalam interaksi biasa kepada lawan bicara yang scusia atau sesama besar seperti kepada teman.
ADVERTISEMENT
4. Kato malereang adalah bahasa yang digunakan kepada lawan bicara yang disegani dan dihormati baik secara adat dan budaya seperti ulama, penghulu, dan lainnya. Biasanya juga digunakan pada hubungan kekerabatan seperti ipar, menantu, mertua, dan besan.
Bahasa Minangkabau di Provinsi Sumatra Barat terdiri atas lima dialek, yaitu (1) dialek Pasaman, (2) dialek Agam-Tanah Datar. (3) dialek Lima Puluh Kota, (4) dialek Koto Baru, dan (5) dialek Pancung Soal. Dialek Pasaman dituturkan di Kabupaten Pasaman Barat dan Pasaman. Dialek Agam-Tanah Datar dituturkan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Padang Pariaman, Solok, Kota Solok, Solok Selatan, dan Pesisir Selatan. Dialek Lima Puluh Kota dituturkan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh. Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, dan Dharmasraya. Dialek Koto Baru dituturkan di Kabupaten Dhamasraya. Dialek Pancung Soal dituturkan di Pesisir Selatan.
ADVERTISEMENT
Dari kelima dialek tersebut, dialek Agam-Tanah Datar merupakan dialek dengan jumlah penutur terbanyak dan memiliki sebaran geografis yang terluas. Dialek ini digunakan. Sebagai bahasa Minangkabau umum di pusat kota Sumatra Barat dengan menghilangkan ciri- ciri dialektal (ciri-ciri kedaerahan) yang ada pada beberapa subdialek. Pada wilayah tutur bahasa ini juga terdapat bahasa lain, yaitu bahasa Batak dialek Mandailing yang terdapat di bagian utara Provinsi Sumatra Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51% 69%. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak dan Mentawai.
Bahasa Minangkabau juga dituturkan di wilayah provinsi lain, yaitu Provinsi Aceh, Sumatra Utara. Riau, Jambi, dan Bengkulu. Bahasa Minangkabau di Provinsi Aceh terdiri atas tiga dialck. Yaitu (1) dialek Tamiang, (2) dialek Sunting, dan (3) dialek Ancuk Jamee. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau terdiri atas lima dialek, yaitu (1) dialek Rokan. (2) dialek Kampar, (3) dialek Basilam, (4) dialek Indragiri, dan (5) dialek Kuantan.
ADVERTISEMENT
Sumber: redaktur.Surat
Suatu kelompok etnis apapun dan dimanapun pasti mengakui akan pentingnya menjaga kesantunan bertutur karena persoalan kesantunan merupakan salah satu esensi kebudayaan. Akan tetapi, cara mewujudkan kesantunan berbahasa berbeda pada satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. Karena perbedaan cara itu, tidak jarang terjadi kesalahpahaman antar pelibat wicara yang berbeda budayanya. Kesalahpahaman adakalanya dapat menimbulkan kegagalan komunikasi.