Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Benarkah Anak SD Zaman Sekarang Kehilangan Masa Kecilnya?
12 Mei 2025 12:02 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Diaz Sabrina Azzahara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kita bertanya, bagaimana kabar masa kecil hari ini? Apakah anak-anak SD zaman sekarang masih bermain kelereng, petak umpet, atau lompat tali sepulang sekolah? Ataukah kini semua itu sudah bergeser oleh layar gawai, tugas daring, dan kelas tambahan sejak pagi hingga malam?

Realitanya, banyak anak SD saat ini seakan hidup dalam dunia yang serba cepat dan menekan. Di usia yang seharusnya diisi dengan tawa riang dan permainan, mereka justru harus bergelut dengan padatnya jadwal pelajaran, les privat, hingga tuntutan belajar daring. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah ikut bimbingan belajar sejak kelas 1 SD. Pertanyaannya: untuk siapa semua ini? Untuk masa depan anak, atau demi ambisi orang tua?
ADVERTISEMENT
"Anak-anak tidak kekurangan waktu, yang mereka butuhkan adalah waktu berkualitas," begitu ungkap psikolog anak, Seto Mulyadi. Tapi sayangnya, waktu berkualitas itu kini semakin langka. Banyak orang tua lebih memilih membelikan gadget daripada meluangkan waktu untuk bermain bersama anak. Sekolah pun, demi target kurikulum, sering lupa bahwa anak SD bukan miniatur orang dewasa. Mereka tetap butuh ruang untuk bermain, bereksplorasi, dan belajar melalui pengalaman, bukan hanya dari buku.
Di sisi lain, paparan internet sejak dini membuat anak lebih cepat dewasa dalam cara berpikir, namun belum tentu matang secara emosional. Konten-konten di media sosial, Youtube, bahkan game online bisa mempengaruhi perilaku dan nilai-nilai mereka. Maka wajar saja jika hari ini kita mendengar kasus bullying, kecanduan gadget, atau bahkan kelelahan mental terjadi pada anak usia SD. Pertanyaannya: siapa yang seharusnya mengarahkan mereka?
ADVERTISEMENT
Kita tentu tak bisa memutar waktu dan memaksa anak kembali ke era 90-an. Tapi kita bisa menciptakan keseimbangan. Memberi ruang bermain tanpa mengabaikan belajar. Mengajarkan nilai-nilai hidup tanpa menjejali anak dengan tekanan prestasi. Karena seperti kata Albert Einstein, "Imagination is more important than knowledge." Anak-anak butuh waktu untuk bermimpi, berkhayal, dan tertawa lepas. Bukankah itu inti dari masa kecil?
Jadi, mari kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah kita sudah memberikan masa kecil terbaik untuk anak-anak kita? Jangan sampai, mereka tumbuh menjadi generasi pintar, tapi tidak bahagia. Generasi tangguh, tapi lelah sejak dini. Karena pada akhirnya, masa kecil bukan hanya soal usia tapi tentang kenangan yang membentuk siapa mereka di masa depan.
ADVERTISEMENT