news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Teladan Iman Robert Wolter Monginsidi yang Dapat Diterapkan di Masa Pandemi

Yellena Bunga
Mahasiswa Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
20 November 2020 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yellena Bunga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Robert Wolter Monginsidi
zoom-in-whitePerbesar
Robert Wolter Monginsidi
ADVERTISEMENT
Perjuangan Robert Wolter Monginsidi untuk Indonesia Merdeka
Robert Wolter Monginsidi merupakan salah satu pahlawan Indonesia. Lahir dari pasangan Petrus Mongisidi dan Lina Suawa pada tanggal 14 Februari 1925 di Malalayang, Manado. Sejak kecil nama akrab dari beliau adalah Bote.
ADVERTISEMENT
Perlawanan hebat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia beliau terjadi pada sepanjang minggu ketiga Januari 1947. Pasukannya terlibat kontak senjata dengan pihak Belanda dan berhasil memukul mundur lawan. Hal tersebut menyulitkan pemerintah Belanda. Hingga pada 28 Februari 1947, Belanda mengadakan razia dan Monginsidi ikut tertangkap di tengah-tengah penyamarannya. Beliau ditahan sampai pada 27 Oktober 1947 hingga beliau berhasil meloloskan diri dan kembali memimpin penyerangan terhadap Belanda. Semangat juangnya tak pernah padam. Namun sayangnya, beliau tertangkap kembali sembilan hari kemudian dalam razia yang semakin ketat.
Dalam penahanan, Monginsidi pernah ditawari oleh pemerintah Belanda untuk bekerja sama, namun tawaran itu ditolak mentah mentah. Sehingga,oleh pemerintah Belanda beliau divonis hukuman mati. Beliau menerima vonis itu dengan tabah dan menolak pengampunan yang diberikan Belanda. Monginsidi dibawa ke Picinang untuk dieksekusi. Sebelum dieksekusi, beliau bersalaman dengan semua orang yang hadir di tempat eksekusi. Beliau juga mengatakan pada regu penembak untuk melakukan tugas dengan baik karena mereka hanya diperintahkan oleh atasan dan memaafkan regu penembak. Monginsidi tidak mau matanya ditutupi karena ingin melihat peluru Belanda menembus dadanya. Dengan tangan kirinya yang memegang alkitab dan selembar kertas yang bertuliskan “Setia sampai mati” yang merupakan kutipan dari kitab Wahyu 2:10. Sementara tangan kanannya mengepal ke atas dan berkata “Merdeka!” saat peluru peluru menembus dadanya. Hal tersebut membuktikan bahwa beliau sangat mencintai tanah airnya. Monginsidi dinyatakan sebagai pahlawan nasional pada tahun 6 November 1973.
ADVERTISEMENT
Teladan Iman Robert Wolter Monginsidi
Sikap yang dapat diteladani dari Robert Wolter Monginsidi adalah walaupun masa baktinya pada negara hanya singkat, tetapi jiwa nasionalismenya sangat kental yang ditunjukkan dengan keberanian, keteguhan hati, kesetiaan akan negara, dan iman kuat untuk mengusir penjajah. Kepercayaannya akan pertolongan Tuhan dan iman yang kuat patut diteladani oleh setiap orang yang percaya pada Tuhan. Sekalipun dalam masa yang sulit dan menderita kita haruslah mendasarkan iman di dalam Tuhan seperti yang dilakukan oleh Robert Wolter Monginsidi.
Implementasi Teladan Iman Robert Wolter Monginsidi terhadap Permasalahan dala Masa Pandemi COVID-19
Kita haruslah percaya kepada Tuhan bahwa kita bisa melalui masa sulit ini. Disamping itu, kita juga harus berusaha dengan penuh keberanian, keteguhan hati, dan pendirian kuat untuk memerangi virus covid-19 ini dengan cara selalu menaati protokol kesehatan dan terus berdoa kepada Tuhan agar masa pandemi ini segera selesai. Kita juga bisa menerapkan salah satu pesan beliau :
ADVERTISEMENT
Beliau juga mengatakan bahwa roh beliau selalu menyertai kita sebagai pemuda pemudi untuk bersatu berdasarkan pondasi yang kokoh yaitu tanah air Indonesia untuk memerangi pandemi ini bersama sama.
Penutup
Robert Wolter Monginsidi merupakan tokoh pahlawan yang hingga saat terakhirnya tetap berpegang teguh pada Tuhan. Beliau tidak berhenti untuk menunjukkan kesetiaannya pada Tuhan dan negara. Selama hidupnya, Bote banyak meninggalkan teladan untuk kita. Beliau berpesan agar kita kuat dalam iman dan bersatu dalam keberagaman yang ada untuk mengatasi pandemic covid-19 bersama sama. Kita juga harus tetap berpegang Tuhan dengan cara berdoa sebagai sandaran kuat akan pengharapan. Semoga teladan beliau bisa kita laksanakan dengan baik dan semoga Tuhan selalu menyertai kita dalam pelaksanaan itu.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh :
Yellena Bunga Casimira, Mahasiswa prodi Teknik Biomedis Universitas Airlangga