Konten dari Pengguna

Memori: Apakah Anda Lebih Mengingat Pengalaman yang Baik atau Buruk?

Yemima Ursella
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
4 Desember 2022 19:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yemima Ursella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hal yang memberikan kesan disebut dengan sebuah kenangan, baik itu kenangan peristiwa bahagia atau sedih. Sepanjang hidup kita tidak hanya mengalami peristiwa yang bahagia saja, tetapi setiap orang pasti pernah mengalami hal buruk dalam hidupnya. Namun, pernahkah Anda merasa bahwa Anda lebih mudah mengingat hal-hal buruk daripada hal yang baik? Pernahkah Anda bertanya-tanya tentang hal tersebut? Untuk mengetahuinya, mari simak paparan berikut ini.
ADVERTISEMENT

Apa itu Memori?

Psikolog mendefinisikan retensi/penyimpanan peristiwa atau pengalaman sepanjang waktu. Dengan kata lain, memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi yang bersifat selektif. Memori dapat bekerja apabila kita memasukkan informasi dengan pelihatan maupun suara, menyimpan informasi sepanjang waktu, dan mengeluarkan kembali informasi (ingatan) dari simpanan dengan tujuan tertentu.

Bagaimanakah proses terjadinya memori?

Memori dapat terjadi melalui tiga proses. Mari simak penjelasan berikut ini.

1. Encoding/Pengodean

Proses di mana informasi memasuki tempat penyimpanan yang beberapa informasinya masuk secara praktis atau otomatis, sementara informasi lainnya memerlukan upaya ekstra, seperti memberikan atensi, tingkat pemrosesan, mengelaborasi (mengaitkan), dan menggunakan bayangan perumpamaan (imajinasi).
Atensi dibagi atas atensi terbagi (divided attention) dan atensi berkelanjutan (sustained attention atau kewaspadaan). Tingkat pemrosesan terdiri atas dangkal (dianalisis), menengah (dikenali dan dilabeli), dan dalam (dimaknai dan diasosiasikan). Pemrosesan elaborasi terkait dengan informasi yang berwarna membentuk sejumlah hubungan berbeda di sekitar stimulus pada tingkat pengodean memori.
ADVERTISEMENT

2. Storage/Penyimpanan

Proses penyimpanan merupakan proses mempertahankan atau menyimpan informasi dalam memori. Kualitas pengodean tidak dengan sendirinya menentukan kualitas memori sehingga memori harus disimpan secara benar setelah dikodekan. Menurut teori Atkinson dan Shiffrin, memori terdiri dari memori sensoris, jangka pendek dan jangka panjang.
Memori sensoris menyimpan informasi dalam bentuk sensoris asli hanya untuk waktu yang sangat pendek sejak dimunculkan di hadapan indra. Memori jangka pendek menyimpan informasi dengan kapasitas terbatas yang biasanya tersimpan selama 30 detik kecuali jika kita menggunakan strategi untuk menyimpannya dalam waktu yang lebih lama. Sedangkan, memori jangka panjang bersifat relatif menetap dengan jumlah informasi yang sangat banyak dalam waktu yang lama. Melalui proses atensi, informasi berpindah ke dalam memori jangka pendek. Ketika informasi memasuki memori jangka panjang, informasi tersebut dapat dipulihkan sepanjang hidup.
ADVERTISEMENT

3. Retrieval/Penarikan

Retrieval atau penarikan ketika informasi yang tersimpan dalam memori dikeluarkan kembali dari penyimpanan. Anda akan mengingat kembali informasi dari simpanan memori untuk menemukan informasi yang relevan dan waktu yang diperlukan untuk mencari informasi tersebut biasanya membutuhkan waktu yang sangat singkat.
Dua faktor penting dalam retrieval atau penarikan memori, yaitu Recall (memanggil kembali) dan Recognition (pengenalan). Memanggil kembali (Recall) adalah tugas memori ketika individu harus mengingat kembali informasi yang sebelumnya telah dipelajari, seperti pada ujian esai. Pengenalan (Recognition) adalah tugas memori ketika individu hanya perlu mengenali hal-hal yang dipelajari, seperti pada ujian pilihan ganda.
Retrieval terbagi atas beberapa jenis yaitu, ingatan autobiografi, ingatan emosional atau kilatan memori, ingatan atas kejadian traumatis, dan ingatan yang mengalami represi. Dalam pembahasan ini, ingatan yang berkaitan adalah ingatan traumatis. Ingatan ini biasanya lebih akurat dibandingkan memori untuk kejadian-kejadian biasa. Namun, teori ini rentan terhadap distorsi dan kurangnya akurasi. Individu cenderung mengingat informasi inti tentang trauma personal, namun dapat mengalami distorsi untuk beberapa detail. Trauma personal tersebut dapat menyebabkan efek emosional sehingga tidak muncul dalam pikiran sadar.
ADVERTISEMENT

Apakah manusia lebih mengingat peristiwa yang baik atau peristiwa yang buruk?

Sumber: https://pixabay.com/id/
Sumber: https://pixabay.com/id/
Peneliti Kensinger dari Boston College mengatakan bahwa otak kita memiliki jaringan khusus yang akan terhubung apabila kita mencoba mengingat sesuatu. Tanpa sadar otak kita sedang memanggil kembali ingatan yang berkaitan dengan benda atau tempat yang ingin kita panggil. Sebuah fakta bahwa otak manusia lebih cepat merekam memori negatif daripada memori yang bahagia secara detail, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan aktivitas pada bagian otak yang bekerja untuk mengatur emosi yang dialami manusia yang disebut amygdala. Amygdala juga berperan penting dalam proses terbentuknya memori jangka panjang sehingga berpengaruh terhadap ketahanan dan kejelasan memori traumatis yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1980, William James mengatakan bahwa pengalaman dapat sangat membangkitkan emosi dan hampir meninggalkan luka akibat trauma di otak. Memori berkaitan erat dengan emosi yang sedang kita alami. Beberapa psikolog berpendapat bahwa memori mengenai kejadian traumatis (buruk) yang emosional akan tersimpan secara akurat dengan sangat mendetail. Kita akan lebih mudah mengingat suatu peristiwa yang secara langsung menyebabkan reaksi emosional kita.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia cenderung lebih mengingat kenangan yang buruk daripada yang bahagia. Namun, sampai saat ini tidak ada alasan pasti mengapa kenangan buruk tersebut dapat teringat atau sulit untuk dilupakan. Kenangan buruk dapat muncul dalam keadaan yang tidak fokus. Saat kita melihat sesuatu hal yang berhubungan dengan kenangan buruk tersebut sehingga kita kembali memikirkan atau memori tersebut dipanggil kembali. Hal ini karena kenangan buruk tersebut memiliki fungsi penting sebagai peringatan agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama lagi, seperti pada pengalaman pada kenangan buruk tersebut. Apabila semakin parah, kenangan buruk tersebut dapat menyebabkan hal yang traumatis sehingga mengakibatkan gangguan kecemasan, mudah marah, bahkan depresi. Kenangan buruk tersebut juga dapat mengakibatkan halusinasi berlebihan (skizofrenia).
ADVERTISEMENT
Referensi :
Ayuningtyas, S. (2019, April 23). Terus-Terusan Ingat Hal Buruk? Ini Dia Fakta Alasan Emosi Negatif Lebih Diingat. https://www.uc.ac.id/psy/terus-terusan-ingat-hal-buruk-ini-dia-fakta-alasan-emosi-negatif-lebih-diingat/
King, L. A. (2016). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif Jilid 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Kok Bisa. (2021, Agustus 7). Kenapa Ingatan Memalukan Munculnya Tiba-Tiba [Video]. YouTube. https://youtu.be/UUrOx72z764