Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Tradisi Tedak Siten
8 Januari 2023 21:17 WIB
Tulisan dari YENNY NIRMAYRAHAYU tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tedak siten adalah salah satu tradisi dalam adat dan budaya Jawa yang bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi sosok anak yang sukses di masa depan. Dengan restu dari Tuhan maupun bimbingan dari kedua orang tuanya. Tradisi tedak siten ini sebenarnya sudah diselenggarakan sejak dahulu kala hingga kini sudah turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Selain menggambarkan doa dan harapan dari orang tua kepada buah hatinya, tradisi tedak siten ini juga dapat dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan karena telah diberi keturunan. Lalu, seperti apa upacara tedak siten ini? Apa saja yang perlu dipersiapkan dan bagaimana tata laksananya?
Mengutip dari Joglo Semar, tedak berarti "melangkah", dan siten berasal dari kata siti yang artinya "tanah atau bumi". Jadi, tedak siten memiliki makna "melangkah di atas bumi".
Upacara ini menggambarakn kesiapan seorang anak untuk menghadapi kehidupan yang sukses di masa depan, dengan berkah Tuhan dan bimbingan dari orang tua sejak masa kecilnya.
Upacara tedak siten dilakukan ketika seorang anak perempuan atau laki-laki berusia 7 lapan karena 1 lapan sama dengan 35 hari, jadi umur anak saat mengadakan tedak siten berusia 245 hari (7 x 35 = 245 hari). Hal ini karena pada usia ini, perkembangan anak sudah berada pada tahap berdiri, dan di momen ini kaki anak sudah bisa menginjak tanah.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui juga temen-temen, bahwa ada lima hari pasaran dalam satu selapan, pasaran tersebut terdiri dari Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Oleh karena itu, setiap hari diberi nama berbeda dalam satu periode selapan. Satu periode dari Minggu Legi hingga Sabtu Kliwon adalah 35 hari. Itu namanya Weton dalam bahasa Jawa. Bagi orang Jawa, mengetahui hari pasaran atau Weton adalah sesuatu hal yang penting.
Biasanya tedak siten harus di selenggarakan pada pagi hari di halaman depan rumah. Tedak siten menggunakan sajen atau persembahan yang melambangkan permintaan dan doa kepada Tuhan untuk menerima berkah dan perlindungan, berkah dari para leluhur, serta memerangi perbuatan jahat dari manusia dan roh jahat.
Perlengkapan Tedak Siten
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk ke proses acara, pihak orang tua yang hendak mengadakan tedak siten membutuhkan peralatan yang diperlukan, seperti kurungan dari bambu seperti untuk mengurung ayam, aneka jenang warna-warni yang terbuat dari ketan, tangga dan kursi yang terbuat dari tebu, ayam panggang ditusukkan pada batang tebu dan dibawahnya diberi pisang, aneka barang-barang dan mainan tradisional, tumpeng robyong, bubur dan jadah (terbuat dari ketan) 7 warna, buah-buahan dan jajanan pasar, uang kertas atau receh untuk disebarkan, air gege yang dibiarkan semalam kena sinar matahari sampai pukul 08.00, ayam hidup yang dilepaskan dan diperebutkan kepada tamu undangan.
Susunan Acara Tedak Siten
Setelah semua kebutuhan telah disiapkan, keluarga (orang tua, anak, dan kerabat) serta para tamu undangan berkumpul di tempat upacara. Langkah-langkah ritual harus sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
a. Berjalan di 7 warna
Disini anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih, jingga, kuning, hijau, biru, dn ungu) yang terbuat dari beras ketan. Ritual ini melambangkan bahwa di masa depan, anak harus bisa mengatasi semua hambatan dalam hidup. Sementara dilansir dari Budayawan Jawa, Suryadi atau yang lebih dikenal dengan Ki Suryo menjelaskan bahwa "hidup berawal dari yang gelap dan berakhir menuju terang".
b. Menginjak tangga dari tebu
Acara selanjutnya anak dibimbing untuk menginjak tangga yang terbuat dari tebu dan kemudian turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu. Diharapkan ke depannya, anak itu bisa berperilaku seperti Arjuna yang merupakan seorang pejuang sejati. Diharapkan anak bisa berjalan dalam kehidupan dengan tekad dan penuh rasa percaya diri.
ADVERTISEMENT
c. Diletakkan di tumpukan pasir
Usai menginjak tangga dari tebu, masih ada lagi yang harus dilakukan yaitu anak dipandu dua langkah dan diletakkan di atas tumpukan pasir. Anak harus melakukan "Ceker-ceker" dimana anak bermain pasir dengan kedua kaki. dalam bahsa Jawa, ritual ini memiliki makna bahwa ceker-ceker tersebut bekerja dan mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Masuk ke kurungan ayam
Selanjutnya yang perlu temen-temen tahu, sang anak kembali dipandu untuk memasuki kurungan ayam yang sudah didekorasi. Di dalam kurungan, ada beberapa barang seperti buku tulis, perhiasan, aksesoris emas, kalung, gelang, beras, kapas, dan barang-barang bermanfaat lainnya. Di tahap ini, anak akan memilih barang yang diseduakan. Jika sang anak memilih buku tulis mungkin dia akan bekerja di kantor atau menjadi profesor. Sementara kurungan ayam tersebut meiliki makna bahwa ketika anak telah memasuki kehidupan, dia harus dijaga oleh hal-hal baik.
ADVERTISEMENT
e. Menyebarkan udik-udik
Sementara itu, bapak dan kakek anak tersebut menyebarkan udik-udik yang merupakan koin-koin dan bunga. Diharapkan, anak memiliki cara mudah untuk mencari nafkah dan harus bermurah hati dengan membantu orang lain atau rajin sedekah.
f. Dimandikan dengan bunga Sritaman
Anak harus dimandikan atau dibersihkan dengan bunga Sritaman. Air mandi ini terdiri dari bunga mawar, melati, magnolia, dan kenanga. Ritual ini melambangkang harapan akan membawa rasa hormat dan ketenaran bagi keluarga.
g. Dipakaikan baju baru
Usai menjalani semua ritual, anak harus dipakaikan pakaian rapi yang indah dan baru. Ini menggambarkan bahwa ia harus selalu memiliki kehidupan yang baik dan makmur dan dapat membuat orang tuanya hidup bahagia.
Ternyata selain orang-orang Jawa, tedapat pula selebriti yang mengadakan acara tedak siten, salah satunya adalah Fitri Ayu dan Kenji Hamada. Bintang sinetron Fitri Ayu dan suami telah dikaruniai anak yang diberi nama Kouichi Kamayel. Saat sang buah hati berusia 10 bulan, Fitri Ayu dan suami menggelar acara tedak siten dengan ritual yang sesuai dengan tradisi Jawa.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, acara tedak siten ini sangat perlu dilaksanakan ketika anak berusia 7 bulan guna untuk mengucap rasa syukur kepada Tuhan karena telah diberi momongan yang sehat serta harapannya dapat sukses masa depannya dan membanggakan kedua orang tua.