Perebutan Kepemilikan Pulau Senkaku oleh Cina dan Jepang: Bagaimana bisa?

Yesica Angelia
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Kristen Indonesia
Konten dari Pengguna
12 April 2024 8:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yesica Angelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Bendera Cina dan Jepang| | foto: istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Bendera Cina dan Jepang| | foto: istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepulauan Senkaku, juga dikenal sebagai Kepulauan Diaoyu, adalah kumpulan pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur. Pulau Senkaku seluas 7 km² dan terdiri dari bebatuan karang. Pulau Senkaku berada sekitar 410 km dari barat Okinawa, 170 km dari utara pulau Ishigaki, 330 km dari timur daratan Cina, dan 170 km dari timur laut Taiwan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan sejarah dan peta yang dibuat selama Dinasti Ming (1368-1644), Cina mengklaim Kepulauan Diaoyu telah berada di bawah yurisdiksinya sejak abad ke-15. Dinasti Ming (1368-1644) adalah periode penting dalam sejarah Tiongkok. Ditandai dengan pembentukan pemerintahan pusat yang kuat, pencapaian budaya dan seni, dan peningkatan perdagangan dengan negara lain. Periode yang relatif damai dan stabil ini memungkinkan perkembangan berbagai aspek masyarakat, termasuk perdagangan dan diplomasi.
Di sisi lain, Jepang mengatakan bahwa sebelum Perang Tiongkok-Jepang berakhir pada tahun 1894-1895, Dinasti Qing (1644-1912) tidak memiliki kendali atas kepulauan tersebut. Jepang mengklaim bahwa Pulau Senkaku bermula pada zaman Meiji, ketika Jepang mengambil alihnya pada tahun 1885.
Sekitar akhir tahun 1894, pulau Senkaku semakin ditinggalkan dan tidak ada orang yang tinggal di sana. Jepang menganggap pulau itu sebagai miliknya, dan China mengumumkan bahwa kepulauan Senkaku adalah bagian dari wilayah Tiongkok pada tahun 1919. Meskipun demikian, Jepang tidak menerima pernyataan China tersebut.
ADVERTISEMENT
Kepulauan Senkaku adalah subjek sengketa teritorial antara Jepang dan Cina. Tiongkok telah mengklaim kedaulatan atas kepulauan tersebut sejak tahun 1970-an, ketika perhatian tertuju pada potensi cadangan minyak di Laut Cina Timur.
Cina telah meningkatkan aktivitas maritimnya di sekitar Kepulauan Senkaku dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengirimkan kapal-kapal pemerintah ke perairan di kepulauan tersebut dan melakukan serangan ke perairan teritorial Jepang. Strategi Tiongkok di Kepulauan Senkaku melibatkan penggunaan kapal penegak hukum maritim untuk menyusup ke perairan teritorial Jepang, menantang kontrol Jepang atas kepulauan tersebut. Selain itu, Cina telah memperkuat klaim teritorialnya atas Kepulauan Senkaku. Sebaliknya, Jepang melihat Kepulauan Senkaku sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayahnya, berdasarkan fakta sejarah dan hukum internasional. Pemerintah Jepang telah menjalin hubungan dengan Tiongkok sambil menegaskan pentingnya hubungan Jepang-Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Dalam perebutan pulau Senkaku oleh Jepang dan China ternyata memiliki beberapa faktor yang mendasari didalamnya, yakni:
Kestrategisan Pulau dan Sumber Ekononomi: Letak pulau senkaku yang berada di Laut China Timur menjadikan pulau ini sebagai jalur lintasan utama atas perdagangan atau perikanan yang bisa dilakukan olseh China maupun Jepang.
Pemilikan Pulau: Dalam perebutan kepemilikan pulau Senkaku tersebut, Jepang dengan perjanjian Shimonoseki mengumumkan kepemilikannya atas pulau Senkaku. Sedangkan China berdasar kepada sejarah, mengumumkan bahwa pulau Senkaku merupakan bagian dari wilayahnya.
Sumber Daya Alam: Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh pulau Senkaku seperti minyak dan gas alam dapat menjadi keuntungan yang besar bagi China maupun Jepang.
Perebutan kepemilikan pulau yang dilakukan oleh China dan Jepang dapat memberikan dampak yang buruk kepada hubungan kedua negara tersebut, yakni:
ADVERTISEMENT
Dalam Hubungan Bilateral: Dari perebutan pulau yang dilakukan dapat menjadikan hubungan bilateral antara China maupun Jepang menjadi memburuk dengan melihat melalui aspek politik, ekonomi, maupun keamanan atas dampak perebutan kepemilikan pulau ini.
Sumber Daya Alam: Dalam sumber daya alam perebutan yang dilakuan oleh kedua negara ini dapat membentuk sebuah balance of power dari kedua negara tersebut.
Dalam Kestabilan Keamanan: Peningkatan keamanan yang dilakukan oleh kedua negara dalam menjalankan strateginya memberikan guncangan kepada stabilitas keamanan, seperti dengan China yang meningkatkan aktivitas pada udara maupun peningkatan pada armada laut dan Jepang yang melakukan peningkatan pada militer dalam mengurangi resiko akan serangan yang dilakukan oleh China.
Hubungan Internasional berserta Dampak Ekonomi: Dampak yang dihasilkan dari perebutan kedua negara ini adalah dengan terancamnya Jepang dalam kesulitan ekonomi dalam hubungannya di Internasional. Karena berfaktor kepada klaim China atas pulau Senkaku yang masih menjadi bagian dari wilayahnya, sehingga dapat mempengaruhi hubungan dua negara tersebut dengan negara lain di mata hubungan internasional
ADVERTISEMENT
Maka dalam penyelesaian Sengketa Kepulauan Senkaku antara China dan Jepang, jika kedua negara Ingin menyelesaikan sengketa secara Damai maka hal pertama yang dapat di Tempuh China dan Jepang adalah Negosiasi. Di karnakan sebelumnya China Dan jepang pernah melakukan negosiasi Pengelolaan bersama Kepulauan Senkaku, maka yang dapat dilakukan China dan Jepang ialah melanjutkan Kesepakatan Pengelolaan bersama Kepulauan Senkaku. Apa bila dalam penyelesaian di atas Tidak mendapatkan jalan keluar, cara Terakhir dalam penyelesaian sengketa Kepulauan Senkaku antara China dan Jepang, melalui International Court Of justice/ Mahkamah Internasional. Penyelesaian sengketa menurut Piagam PBB mewajibkan negara menyelesaikan sengketanya secara damai berdasarkan prinsip-prinsip Hukum Internasional
ilustrasi foto bendera Tiongkok, Jepang dan AS.|foto :istockphoto.com