Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Apresiasi Novel Jakarta Sebelum Pagi
27 Oktober 2022 10:19 WIB
Tulisan dari Yulia Nur Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie adalah penulis dengan nama unik yang sudah memenangkan sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 2015 dan 2016. Terhitung sampai saat ini, Ziggy sudah menciptakan sekitar 27 buku sejak tahun 2010. Walaupun memiliki minat di bidang sastra, Ziggy memutuskan untuk tidak mendalami sastra karena tak ingin tulisannya menjadi terbatas oleh teori-teori sastra yang ada.
ADVERTISEMENT
Ziggy dikenal dengan gaya penulisan yang unik. Salah satu karya Ziggy adalah novel berjudul Jakarta Sebelum Pagi. Novel ini memiliki banyak peminat hingga Ziggy memutuskan untuk mencetak ulang novel yang sebelumnya tidak ada cetakan ulang karena alasan tertentu. Sebenarnya apa yang spesial dari novel dengan gelar karya fiksi terbaik Indonesia tahun 2016 versi majalah Rolling Stone tersebut, jika penulisnya sendiri mengungkapkan bahwa novel Jakarta Sebelum Pagi bukan karya terbaiknya? Maka dari itu, saya tertarik untuk mengapresiasi novel Jakarta Sebelum Pagi milik Ziggy.
Novel bertema romantisme dengan nuansa berbeda dari novel romantis pada umumnya. Jakarta Sebelum Pagi memiliki alur romansa yang lambat atau slow-paced romance, sehingga sangat cocok dibaca bagi penggemar kisah romansa tipis-tipis. Ziggy menyampaikan kisah di dalam novel dengan alur kronologis, di mulai dari rasa terkejut Emina oleh sosok anonim pengirim balon perak berisi bunga dan surat yang diterbangkan ke balkon apartemennya. Sudut pandang Emina sebagai tokoh dengan pemikiran nyentrik membuat pembawaan narasi pada novel ini tampak ringan dan menghibur. Emina digambarkan sebagai karakter yang tidak bisa serius, selalu terbuka tentang apa yang ia pikirkan, pantang menyerah, cenderung nekat namun memiliki kewaspadaan yang rendah, serta selalu berusaha berpikir positif terhadap apa yang terjadi sekalipun mengenai stalker di apartemennya.
ADVERTISEMENT
Penyelidikan Emina dalam mencari pengirim anonim membawa dirinya pada toko bunga di dekat apartemen tempat ia tinggal. Di sana Emina bertemu dengan Suki, anak kecil yang menjaga toko bunga tersebut. Tokoh Suki cukup banyak menarik perhatian pembaca karena karakternya yang unik dan sulit ditemukan dalam kehidupan nyata. Anak perempuan berusia 12 tahun itu digambarkan memiliki pemikiran lebih bijaksana seperti orang dewasa. Bertolak belakang dengan tokoh Nissa, teman di kantor Emina yang merupakan gambaran dari manusia normal pada umumnya. Karakter Nissa cenderung monoton dan dapat dijumpai pada realita, serta menjadi representasi masyarakat yang selalu waspada dengan kehidupan kota Jakarta. Nissa adalah tokoh yang menentang kenekatan Emina dalam mencari stalker-nya.
Berbekal keberanian yang tidak seberapa serta berkat bantuan Suki, Emina dapat bertemu dengan Abel, sosok pengirim anonim yang ternyata adalah tetangganya sendiri. Abel digambarkan sebagai sosok yang tenang dan pemalu. Perhatian yang diberikan Abel kepada Emina diperlihatkan melalui ucapan dan perbuatan Abel sendiri. Ziggy mampu membawakan narasi tingkah laku dan ucapan Abel menjadi terkesan romantis. Interaksi antara Emina dan Abel tampak aneh dan mustahil untuk ditemui pada realita, mengingat negatifnya konotasi makna kata stalker di kehidupan nyata. Abel merupakan anak dari korban perang Aljazair yang mengakibatkan dirinya memiliki fobia terhadap suara dan sentuhan. Hal tersebut menyebabkan interaksi antara Abel dan Emina tampak ringan namun tetap memiliki unsur romansa tipis-tipis karena pembawaan Ziggy yang baik.
ADVERTISEMENT
Novel ini memiliki hubungan antar tokoh yang luas. Baik itu hubungan antara Emina dengan Suki, Emina dengan Abel, dan Suki dengan Abel. Ketiga tokoh utama tersebut memiliki permasalahannya sendiri yang dipertemukan oleh garis takdir. Karakter mereka yang cenderung bertolak belakang satu sama lain membuat jalan cerita menjadi seru.
Sesuai dengan judul, latar tempat pada novel ini adalah kota Jakarta. Ada banyak tempat bersejarah di kota Jakarta yang muncul seperti kanal Molenvliet, Nillmij atau yang kini dikenal sebagai Jiwasraya, dan Bundaran HI. Semua tempat tersebut dikunjungi Emina dan Abel pada dini hari tepat jam tiga pagi. Namun sangat disayangkan karena penggambaran kota Jakarta justru kurang ditonjolkan, padahal pembawaan suasana Jakarta pada dini hari akan menciptakan perasaan healing bagi pembaca. Ziggy memilih judul Jakarta Sebelum Pagi untuk merepresentasikan kegiatan Emina dan Abel dalam menelusuri kota Jakarta pada jam tiga pagi. Pemilihan judul yang unik tersebut mampu membuat pembaca penasaran dan menerka-nerka apa maksud dari penulis.
ADVERTISEMENT
Banyak pembaca yang dibuat jatuh cinta oleh karakter bernama lengkap Abel Fergani. Mengesampingkan tindakan ekstrimnya yang seakan meneror Emina, pembaca dapat merasakan seberapa besar bentuk kepedulian serta kasih sayang yang diberikan Abel untuk Emina. Dibuktikan dengan salah satu kutipan kalimat Abel kepada Emina sebagai berikut.
Berdasarkan ucapan Abel di atas, dapat pembaca lihat besarnya rasa sayang Abel terhadap Emina. Dengan kondisi yang memiliki ketakutan terhadap suara, Abel memilih untuk tetap menjadi pendengar bagi Emina. Ziggy memilih untuk tidak menjelaskan akhir dari kisah mereka, karena baik Emina maupun Abel sama sekali tidak mengharapkan kisah keduanya berakhir.
ADVERTISEMENT
Novel Jakarta Sebelum Pagi tidak hanya mengajarkan pembaca untuk saling menghargai dan menerima keadaan masing-masing seperti yang dilakukan Emina dan Abel, maupun Pak Meneer dan kekasihnya. Lebih dari itu, novel ini mampu mengubah persepsi pembaca mengenai kehidupan. Seperti yang dikatakan Abel bahwa akan lebih baik jika fokus pada masa sekarang tanpa mencemaskan apa yang terjadi di masa depan.
Satu kata yang mencerminkan novel Jakarta Sebelum Pagi adalah unik. Saya pun setuju karena novel ini berisi keunikan baik itu dari para tokoh, gaya penulisan, serta alur yang cukup anti-mainstream. Novel ini cocok dibaca untuk menemani waktu luang bersama interaksi tipis Emina dan Abel yang akan membuat pembaca tersenyum-senyum.