Lini Depan Manchester United Sudah Tak Sekaku Dulu

13 Maret 2018 14:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alexis & Rashford memimpin serangan United. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Alexis & Rashford memimpin serangan United. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hanya ada dua tembakan tepat sasaran yang dibukukan Manchester United kala menjamu Liverpool, Sabtu (10/3/2018) lalu. Hebatnya, dari dua tembakan itu, semuanya berhasil dikonversi menjadi gol oleh Marcus Rashford.
ADVERTISEMENT
Mudah untuk menyebut keberhasilan United itu sebagai buah dari efektivitas dan efisiensi mereka dalam bermain. Terlebih, ketika kita membandingkan jumlah itu dengan jumlah tembakan milik Liverpool. Total, ada 14 tembakan yang dilancarkan Liverpool dengan dua di antaranya mengarah ke gawang. Namun, tak satu pun dari upaya Liverpool itu berhasil. Sebab, gol yang mereka dapatkan adalah hasil bunuh diri bek United, Eric Bailly.
Sebaliknya, United hanya membukukan total lima tembakan. Dua di antaranya tepat sasaran dan berbuah gol. Nah, apakah dengan demikian United tampil lebih efektif? Jelas. Pertanyaannya, efektif yang seperti apa? Apa yang membuat mereka tampil seperti itu?
Pada pertandingan menghadapi Liverpool, Jose Mourinho memainkan Alexis Sanchez sebagai gelandang serang tengah untuk pertama kalinya. Atau, setidaknya begitulah apabila kita melihat dari formasi resmi yang diumumkan Mourinho. Di laga itu, Alexis boleh dibilang menjadi pusat serangan United. Dengan demikian, pemain asal Cile itu pun bisa melakukan link-up play secara lebih leluasa dengan Romelu Lukaku.
ADVERTISEMENT
Alexis memang turun sebagai gelandang serang tengah untuk pertama kalinya secara resmi di laga melawan Liverpool tersebut. Akan tetapi, sebenarnya dia sudah melakukan itu --secara tidak resmi-- setidaknya di dua laga sebelumnya. Yakni, saat United mengalahkan Chelsea dan Crystal Palace.
Pada dua laga tersebut Alexis secara resmi dimainkan sebagai winger kiri. Akan tetapi, pada praktiknya dia tidak hanya menyisir sisi kiri. Lebih dari itu, dia juga merangsek ke tengah untuk mendekatkan diri dengan Lukaku sebagai ujung tombak dan siapa pun yang bermain sebagai sayap kanan.
Tak hanya Alexis yang melakukan 'desersi'. Lukaku pun begitu. Penyerang berpaspor Belgia itu kini tidak lagi cuma menunggu bola kiriman dari lini kedua. Akhir-akhir ini, Lukaku lebih terlibat dalam bangun serangan yang dilakukan Manchester United. Apa yang dilakukan Lukaku itu sudah berbuah hasil dengan gol Jesse Lingard ke gawang Chelsea dan dua gol Rashford ke gawang Liverpool.
ADVERTISEMENT
Pada laga melawan Chelsea, Lukaku bergerak melebar ke sayap kanan dan mengirim umpan silang yang sukses ditanduk Lingard. Sementara, pada laga menghadapi Liverpool, Lukaku menjadi target man di lini kedua. Kira-kira seperti apa yang dilakukan Marouane Fellaini di Everton dulu. Dari situlah muncul celah dan bola untuk dimanfaatkan Rashford.
Dua hal ini, plus kemampuan David de Gea dalam mengirim umpan panjang akurat dan keberhasilan Ashley Young sebagai inverted full-back mematikan Mohamed Salah, menjadi kunci kemenangan United atas Liverpool. Inilah yang membuat serangan-serangan United menjadi efektif dan efisien.
Alexis dan Lukaku kini sudah berubah peran. Alexis tak lagi menjadi winger yang menusuk dari sisi kiri dan Lukaku tak lagi menjadi penyerang yang menunggu datangnya bola. Dengan demikian, serangan-serangan United pun jadi lebih berbahaya karena pergerakan dua pemain ini terbukti berhasil merusak bentuk pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Lukaku memancing Lovren keluar. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Lukaku memancing Lovren keluar. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
Pada laga menghadapi Liverpool, Lukaku menarik Dejan Lovren keluar dari posisinya, sementara Alexis membuat Emre Can kehilangan arah dalam mengover second ball hasil duel Lukaku vs Lovren. Lenyapnya Lovren dari pos bek tengah sebelah kanan itu memaksa Trent Alexander-Arnold untuk menutup tempat Lovren dan imbasnya, Rashford pun berhasil menemukan celah di tempat yang seharusnya dikawal Alexander-Arnold.
Walau begitu, cara bermain tersebut masih menimbulkan satu keraguan. Apakah cara itu bakal manjur jika digunakan menghadapi tim yang tidak bermain seperti Liverpool?
United bermain dengan cara seperti tadi karena mereka berhadapan dengan Liverpool yang bermain dengan pressing ketat. Untuk melewati adangan pressing tadi mereka mau tidak mau melakukan umpan panjang ke depan. Cara itu mirip dengan apa yang mereka lakukan kala berhadapan dengan Ajax di final Liga Europa 2016/17 lalu.
ADVERTISEMENT
Lain halnya ketika mereka menghadapi tim yang bermain menunggu, seperti saat menghadapi Basel di fase grup Liga Champions musim ini. Di situ United terlihat kesulitan membongkar pertahanan Basel yang begitu disiplin menjaga areanya dengan pertahanan berlapis. Bahkan, United akhirnya kalah karena anak-anak asuh Raphael Wicky mampu melakukan serangan balik cepat.
Memang, pada pertandingan melawan Basel itu United masih tampil dengan cara bermain yang biasanya. Di situ Lukaku masih menjadi ujung tombak biasa yang bermain menunggu di kotak penalti. Mereka juga kala itu belum memiliki Alexis. Lalu, dengan Lukaku yang sudah berubah dan Alexis yang kini jadi pusat serangan, mampukah United mengalahkan tim yang bermain seperti Basel?
Rashford mencetak gol ke gawang Liverpool. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Rashford mencetak gol ke gawang Liverpool. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
Tentu saja bisa. Akan tetapi, satu syarat yang tidak boleh dilupakan, yaitu dukungan dari para pemain lain. Ketika Alexis dan Lukaku sudah mengembara, maka para pemain ofensif lain, entah itu Lingard, Rashford, Anthony Martial, maupun Juan Mata, harus melakukan hal yang sama. Mereka juga tidak boleh diam di posisinya saja karena itu akan merusak esensi dari sistem ini.
ADVERTISEMENT
Pada laga menghadapi Liverpool, Mata dan Rashford sudah melakukan ini. Namun, keberhasilan mereka melakukan itu tetap tak bisa dipisahkan dari bagaimana Liverpool bermain. Dengan pressing-nya itu, para pemain bertahan Liverpool jadi kerap terpancing keluar dan celah pun jadi lebih mudah ditemukan serta dieksploitasi.
Untuk melakukan itu menghadapi tim yang bermain lebih disiplin dalam bertahan, pergerakan tanpa bola para pemain depan United harus lebih aktif lagi. Mereka tak hanya harus bisa memancing para pemain bertahan, tetapi juga para pemain tengah yang mendukung pertahanan. Selain itu, para pemain menyerang United juga harus lebih aktif masuk ke kotak penalti, seperti apa yang dilakukan Lingard kala menghadapi Chelsea.
Secara umum, di sistem menyerang yang baru ini baru Lukaku yang mampu tampil optimal. Rashford memang mencetak dua gol dan Lingard sudah mengemas satu gol. Akan tetapi, Rashford dan Lingard melakukannya di dua kesempatan terpisah dengan gaya bermain lawan yang berbeda. Sementara, Lukaku sudah sukses melakukannya di dua pertandingan berbeda dengan gaya main lawan berbeda.
ADVERTISEMENT
Untuk Alexis, permainannya saat menghadapi Liverpool memang sukses membuat fokus Emre Can terpecah. Namun, keberhasilannya baru sebatas itu. Dari segi penciptaan peluang dia praktis belum berbuat apa-apa, kecuali kala membuat umpan terobosan kepada Mata di babak pertama. Namun, jika hal ini dibiasakan, bukan tidak mungkin Alexis akan terus berkembang karena pemain satu ini memiliki skill dan kecerdasan bermain di atas rata-rata.
Alexis berduel dengan Emre Can. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Alexis berduel dengan Emre Can. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
Sementara itu, Martial sama seperti Lingard. Dia baru membuktikan kebolehannya di satu laga, yaitu saat menghadapi Chelsea. Saat itu pun dia tidak berlaku sebagai eksekutor melainkan penyedia peluang.
Akan tetapi, bisa jadi inilah yang menjadi keuntungan tersendiri bagi Mourinho. Dia punya banyak pemain dengan kemampuan tak jauh berbeda yang bisa dimainkan di lebih dari satu jenis pertandingan. Walau demikian, nexus-nya tetap berada di diri Lukaku.
ADVERTISEMENT
Di sinilah baru terlihat mengapa Mourinho berkeras untuk terus memainkan Lukaku. Yakni, karena eks pemain West Bromwich Albion itu punya fleksibilitas dalam sistem menyerang apa pun, meski sebenarnya dia masih harus membenahi first touch dan kemampuan menahan bolanya.
Kini, tugas terdekat Mourinho adalah meloloskan United ke perempat final Liga Champions. Menghadapi Sevilla yang doyan bermain ofensif dengan pressing ketat, besar kemungkinan Mourinho bakal menggunakan cara dan pemain yang sama dengan ketika mengalahkan Liverpool.
Akan tetapi, satu hal yang harus diingat adalah kita bicara soal Mourinho. Dengan kata lain, bisa jadi manajer asal Portugal itu mengeluarkan kejutan-kejutan lain yang belum pernah dilihat sebelumnya.
=====
Laga leg kedua babak 16 besar Liga Champions antara Manchester United dan Sevilla akan digelar di Old Trafford, Rabu (14/3/2018) dini hari pukul 02.45 WIB.
ADVERTISEMENT