Rasa Syukur Guardiola dan Sindiran Keras Wenger

16 Mei 2017 7:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pusing kepala Pep. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
Musim ini adalah yang terburuk dalam karier Pep Guardiola sebagai seorang pelatih. Setelah sebelumnya selalu bergelimang gelar bersama Barcelona dan Bayern Muenchen, Guardiola mendapati kenyataan yang berbeda di Premier League.
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya sejak pertama kali menjadi pelatih, Pep Guardiola bakal mengakhiri musim tanpa satu pun gelar. Selain itu, rekor kekalahan terbanyak dalam satu musim pun telah diderita sosok berkepala plontos itu.
Walau begitu, tetap ada hal positif yang bisa direguk Guardiola, meski tidak seberapa.
"Kalau di klub-klub sebelumnya, saya pasti sudah dipecat," kata Guardiola seperti dilansir The Guardian. "Tetapi, di sini (Manchester City) saya diberi kesempatan kedua dan kami bakal berusaha untuk memanfaatkannya dengan baik."
Ketika ditanya perihal tingkat kesulitan di Premier League, Guardiola mengaku sudah paham bahwa liga ini memang sulit. Akan tetapi, dia mengelak ketika ditanya apakah kompetisi ini lebih sulit dibanding perkiraannya.
"Ah, tidak juga," jawabnya sedikit kesal. "Kalian (wartawan) lebih tahu lah dari saya. Mungkin kalian yang bisa menjelaskan kenapa di sini lebih sulit."
ADVERTISEMENT
Ini bukan pertama kalinya Guardiola menjawab pertanyaan wartawan dengan nada sengit. Awal Januari lalu, ketika ditanya soal kartu merah Fernandinho pada laga melawan Sunderland, kans juara City, dan blunder Claudio Bravo, Guardiola pun sempat meradang. Bahkan, ketika itu dia menyebut bahwa akhir kariernya sudah dekat.
Lebih lanjut lagi, mantan anak asuh Johan Cruyff ini juga mengatakan bahwa hasil buruk yang dialami City tidak ada sangkut pautnya dengan tingkat kesulitan Premier League.
"Semua klub punya ciri khas masing-masing. Manajernya pun demikian. Tentu hal-hal seperti cuaca, wasit, dan karakter permainan juga menentukan," kata Guardiola.
"Tetapi yang namanya sepak bola, ya, sama saja di mana pun. Chelsea juara karena mereka main lebih baik, lebih konsisten. Di sini, saya minta bantuan. Saya ingin bertanya pada kalian kenapa di sini begitu sulit. Apa yang spesial? Saya bukan orang sini jadi saya tidak tahu jawabannya."
ADVERTISEMENT
Sindiran Wenger untuk Siapa?
Tak hanya Guardiola, musim yang buruk pun dialami oleh Arsene Wenger. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya sejak dia mengambil alih pos manajerial pada 1996/97, Arsenal terancam gagal masuk empat besar.
Keberhasilan Arsenal masuk ke final Piala FA sulit digunakan untuk menutupi borok yang menganga, yakni penampilan angin-anginan para penggawa The Gunners di liga dan hancur leburnya mereka di Liga Champions. Tak sekali dua kali saja para Gooners menuntut agar Wenger mengundurkan diri atau dipecat saja sekalian.
Penampilan Arsenal boleh saja membaik di akhir-akhir musim. Akan tetapi, para pesaing mereka untuk masuk empat besar, Liverpool dan Manchester City, pun tak mengendurkan pedal gas.
Akhir pekan lalu, Liverpool menang 4-0 atas West Ham United. Kemenangan The Reds itu membuat peluang Arsenal yang sebenarnya mampu menang 4-1 atas Stoke City menjadi tipis.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Arsenal punya koleksi poin 69 dari 36 pertandingan. Mereka tertinggal tiga angka di belakang City yang juga baru memainkan 36 laga, serta empat poin dari Liverpool yang tinggal memiliki satu pertandingan sisa. Dengan demikian, poin maksimal Arsenal adalah 75, sementara City 78 dan Liverpool 76.
Di laga pamungkas, Liverpool bakal berhadapan dengan Middlesbrough yang sudah pasti terdegradasi. Sementara itu, City bakal meladeni tantangan West Bromwich Albion dan Watford. Sedangkan, Arsenal akan bermain melawan Sunderland serta Everton. Di atas kertas, karena masih harus melawan Everton, Arsenal pun menjadi tim paling tidak dijagokan untuk finis di empat besar.
Wenger menyindir West Ham? (Foto: Reuters/Carl Recine)
"Bakal sulit sekali," ujar Wenger. "Saya pikir kami harus mengerahkan segalanya untuk meraih 75 poin itu dan kalau itu tidak terjadi, ya, sudah. Paling tidak kami sudah melakukan yang terbaik."
ADVERTISEMENT
"Di sini ada dua liga. Contohnya, kami harus mati-matian melawan Stoke dan Southampton, tetapi ada juga tim-tim yang posisinya sudah aman, lalu mereka tampil seenaknya. 10 tahun lalu tidak ada hal seperti ini."
"Mentalitas liga ini sudah berubah. Secara moral, liga ini sudah tidak sama lagi," kecam manajer kelahiran Strasbourg itu seperti dikutip dari The Guardian.
Ketika ditanya soal tim mana yang tampil sekenanya, Wenger enggan menjawab.
"Saya tidak mau menghakimi," katanya. "Yang jelas, kami hanya mau mengurusi diri sendiri. Di dunia yang ideal, Anda hanya bisa bergantung pada hasil yang Anda dapatkan sendiri. Sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi kami. Tetapi tak apa. Pokoknya, kami bakal terus berusaha."
Nah, menanggapi sindiran Wenger ini, Pep Guardiola menyatakan ketidaksetujuannya.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak paham kok bisa ada manajer yang mengomentari tim lain," kata Guardiola.
"Saya tidak pernah melihat ada pemain masuk lapangan tetapi tidak ingin menang. Kalau Anda tidak mau terjebak di situasi seperti ini (menggantungkan diri pada hasil tim lain), ya, harusnya Anda memenangi lebih banyak pertandingan. Dia (Wenger) akan bermain melawan Everton dan Sunderland, kan? Nah, kedua tim itu kan sudah tidak punya kepentingan apa-apa. Everton di Liga Europa, Sunderland sudah terdegradasi. Tidak perlu lah komplain-komplain seperti itu."
Ya, Wenger sendiri sebenarnya mafhum akan situasi ini. Dia tahu bahwa apa yang terjadi dengan Arsenal adalah kesalahannya sendiri.
"Kami ini korban dari inkonsitensi kami sendiri. Secara umum, periode inkonsistensi itu sebenarnya sangat singkat, tetapi inilah harga yang harus kami bayar. Kalau kami bisa mengumpulkan 75 poin tetapi tetap gagal, artinya kami hanya kalah satu poin dan kegagalan itu bisa terjadi kapan saja, entah di putaran pertama ataupun kedua. Intinya, ujung-ujungnya kamilah yang menyesal," pungkas Wenger.
ADVERTISEMENT