Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masih Kecil Ingin Jadi Astronot, Sudah Besar Ingin Jadi Orang Baik Saja Cukup
20 September 2021 20:19 WIB
Tulisan dari Yoga Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya pernah mendengar cita-cita seorang teman yang ingin menjadi seseorang yang kaya raya. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: “Agar saya bisa rutin memberi tip tiap kali driver ojol mengantarkan cheeseburger dan es kopi susu gula aren ke kantor saat break makan siang.”
ADVERTISEMENT
Anda boleh saja punya cita-cita menjadi astronot, dokter, tentara, dan lainnya saat masih berusia belia. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, kemungkinan besar Anda akan memikirkan ulang cita-cita yang hendak Anda capai.
Bagi sebagian orang, bahkan menjadi orang baik saja sudah cukup. Pasalnya, semakin menginjak kedewasaan, semakin sadarlah seseorang bahwa cita-cita paling memuaskan bukanlah pencapaian gemilang dari segi materi atau jabatan, melainkan kepuasan batin yang didulang saat berbagi dengan orang lain.
"Tapi untuk membahagiakan orang lain juga butuh materi!" ujar Anda. Betul. Akan tetapi, butuh kematangan berpikir serta kerelaan untuk menumpas egoisme untuk menyadari bahwa materi yang kita peroleh dan miliki sebetulnya tak sepenuhnya benar-benar milik kita.
Sejatinya, sebagian dari kita barangkali telah menangkap maksud dari konsep itu dan bahkan telah menunaikannya. Dari segi hukum, Anda membayar pajak setiap bulan. Dari segi agama Islam, Anda yang muslim diwajibkan membayar zakat sebesar 2,5% dari harta yang dimiliki setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Keduanya adalah aturan-aturan hukum tertulis. Ada pula hukum yang tak tertulis, mulai dari pemberian materi sebagai balas budi kepada orang tua, sebagai ucapan terima kasih kepada teman, sebagai kompensasi kepada ibu kos yang berperan menjadi orang tua pengganti di tanah rantau, hingga sebagai bentuk tip buat driver ojol.
Kembali ke cerita cita-cita teman saya di paragraf pembuka, saya pun terinspirasi oleh cita-cita itu. Dan, betul, kebaikan itu menular, bahkan ketika kebaikan itu baru sekadar niat atau cita-cita. Saya ingin menirunya: menjadi kaya raya dan rajin memberi tip kepada driver ojol tiap kali memesan makanan secara daring.
Cita-cita saya akhirnya setengah terwujud sejak beberapa waktu lalu hingga hari ini. Saya katakan setengah terwujud karena untuk dibilang kaya raya, sepertinya saya belum mencapai level itu. Akan tetapi, setengah mimpi lainnya telah tercapai dan saya amat bersyukur akan hal itu.
ADVERTISEMENT
Selepas Idul Adha tahun ini, saya harus mendekam di kamar selama beberapa pekan untuk menjalankan isolasi mandiri karena saya terkonfirmasi positif Covid-19. Selama masa isoman itu pula saya sering memesan makanan secara daring lewat aplikasi penyedia layanan itu.
Lalu, saya lakukan persis seperti apa yang teman saya cita-citakan: menyelipkan uang tip, baik dalam bentuk cash atau uang digital, kepada si driver tiap kali ia sukses mengantarkan pesanan hingga depan pagar rumah.
Nominal yang saya beri barangkali tak seberapa. Kerap kali saya beri tip hanya sebanyak kisaran 5%-20% dari total harga yang tertera di dalam aplikasi. Akan tetapi, sering saya dengar, lihat, atau baca di media sosial bahwa, konon, driver ojol sudah cukup bahagia walau hanya diberi tip sejumlah goceng saja. Saya berharap itu benar sehingga cita-cita saya valid.
ADVERTISEMENT
Nominal yang saya beri barangkali tak seberapa. Oleh karena itu, saya ingin menunaikan setengah cita-cita saya yang lainnya, yaitu menjadi betul-betul kaya raya. Agar apa? Agar saya bisa lebih rajin lagi memberi tip atau bentuk uang sedekah lainnya—barangkali tak hanya kepada driver ojol saja, tetapi juga pejuang-pejuang penyambung hidup lainnya di jalanan—dengan nominal yang jauh lebih besar.
Karena separuh cita-cita saya telah tercapai, saya pun ingin berterima kasih kepada teman saya yang menginspirasi hal ini. Halo, teman, teruslah bercita-cita baik, karena ternyata cita-cita baik itu menular. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.