Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Marriage is Scary : Lika-liku Generasi Muda yang Dianggap Fomo Semata
5 November 2024 13:24 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Yoga Rendra Sakti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bicara tentang pernikahan, rasanya makin hari makin menggelitik buat dimasukin dalam topik perbincangan. Apalagi generasi muda yang kalau ditanya “Kapan lu nyusul kawin?” pastinya hanya dijawab dengan mesem dan garuk-garuk kepala aja. Dulu, pernikahan merupakan pencapaian yang wajib dikejar. Namun saat ini justru pernikahan menjadi hal yang ditakuti. Fenomena ini kerap disebut dengan “Marriage is Scary”. Dalam banyaknya postingan sosial media yang beredar, fenomena ini menjadi tren di kalangan anak muda. Apalagi didukung dengan keinginan besar generasi muda yang wajib sukses dulu baru beralih serius ke pasangan. Kalau nggak salah di kalangan cewek-cewek dikenal dengan sebutan tren Joanna, yang menggambarkan kesuksesan wanita di usia muda tanpa bergantung pada pria.
ADVERTISEMENT
Untuk sebagian dari kita, pernikahan rasanya benar-benar semenyeramkan itu. Gimana nggak? Sebagian dari kita, tiap hari disuguhkan dengan pemandangan orang tua yang nggak baik-baik aja. Pernikahan yang diharapkan bisa memberi rasa nyaman justru menciptakan perseteruan, bahkan tak jarang berujung perceraian. Tentunya hal ini menjadikan trauma dalam hati generasi muda. Sehingga dalam benak mulai bertanya tanya “apakah cinta aja cukup untuk dimunculkan dalam sebuah pernikahan?” Semakin kesini, yang tercipta di benak sebagian generasi muda yaitu ikatan pernikahan lebih banyak mendatangkan beban daripada keharmonisan sebagaimana yang diinginkan.
Alasan munculnya Marriage is Scary
Ketakutan ini tidak muncul dengan sendirinya tanpa ada alasan. Salah satu alasan yang paling sering mendasari ketakutan ini tidak lain dan tidak bukan adalah finansial. Ketidaksiapan finansial menjadi faktor besar yang menjadikan sebuah hubungan renggang. Walaupun banyak yang bilang bahagia tidak harus dengan duit, bahagia itu bisa dicari dengan saling mencintai. Huhuhu rasanya pemikiran seperti itu semakin kesini seperti sebuah bualan saja. Mari kita lihat lebih jauh, mereka yang keluarganya cemara, romantis, dan saling pengertian tercipta dalam lingkungan dengan finansial yang berkecukupan. Sedangkan mereka yang mengalami broken home, KDRT, selingkuh, kebanyakan berasal dari sebuah hubungan pernikahan yang tidak stabil ekonominya. Menikah di zaman sekarang menuntut pasangan untuk memikirkan biaya hidup yang terus meningkat gila-gilaan seperti harga rumah, kebutuhan kehidupan sehari-hari, bahkan masa depan seperti pendidikan anak. Dari sinilah ketakutan mulai mengakar, apakah benar benar layak untuk memasuki sebuah ikatan yang membawa banyak ketidakpastian? Membayangkan semua itu rasanya udah pengen mundur aja sebelum mulai.
ADVERTISEMENT
Selain masalah perduitan, kebebasan juga menjadi faktor dalam pemikiran Marriage is Scary ini. Generasi muda saat ini tumbuh dalam zaman yang mengedepankan pencapaian dan pemahaman jati diri. Tentunya kebebasan untuk bepergian, mengembangkan karier, dan mengejar masa depan menjadi suatu puncak kebahagiaan. Sedangkan ketika menikah, mereka harus siap untuk meninggalkan hal-hal tersebut dan fokus berkomitmen kepada pasangan dan keluarga. Bagi sebagian orang, hal ini bukan hanya menakutkan tapi juga pengorbanan yang tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan.
Pengaruh Media Sosial terhadap Perkembangan Marriage is Scary
Nggak bisa dipungkiri bahwa konsep pernikahan ideal yang ditampilkan inframe di media sosial seperti instagram ikut andil memberikan tekanan tersendiri bagi mereka yang hendak melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Alih-alih memberi dorongan untuk belajar menjalani kehidupan pernikahan, generasi muda justru terpaku untuk memenuhi ekspektasi dalam menciptakan kesan hubungan yang sempurna ini. Padahal kebahagiaan dicapai melalui proses yang panjang dan berkelanjutan. Hal ini menambah ketakutan bagi mereka yang belum siap untuk menuju pernikahan. Mereka takut gagal memenuhi espektasi sosial yang dibangun dari interaksi dunia maya.
ADVERTISEMENT
Apakah Marriage is Scary Hanya Fomo Semata?
Bicara soal dunia maya, banyak orang menganggap fenomena ini sebagai fomo atau ikut ikutan belaka. Marriage is Scary emang pada awalnya disebarluaskan melalui media sosial. Ada beberapa orang yang membagikan pengalaman tidak menyenangkannya tentang hubungan pernikahan di media sosial, setelah itu didukung orang lain yang juga mengalami hal serupa dalam pernikahannya. Postingan ini terus berlanjut dan ditanggapi oleh banyak kalangan. Hal ini menyebabkan generasi muda takut mengalami hal yang sama ketika melakukan pernikahan. Akhirnya generasi muda semakin hanyut dengan kehidupannya sendiri dalam mengejar impian. Mereka berpikir bahwa ikatan pernikahan bukan merupakan hal yang perlu diprioritaskan. Lantas apakah ini patut disebut fomo? Enggak juga, karena nyatanya banyak generasi muda yang mengalami kejadian-kejadian tersebut baik di keluarganya maupun orang-orang di sekitarnya sehingga berimbas memunculkan ketakutan terhadap pernikahan.
ADVERTISEMENT
Jadi, Marriage is Scary bukanlah sesuatu yang salah. Hal ini justru bisa menjadi alarm yang mengingatkan kita bahwa pernikahan itu bukanlah hal yang sepele. Untuk mencapai pernikahan yang membawa kebahagiaan perlu adanya kesiapan dan kematangan. Marriage is Scary juga bukanlah fomo semata di kalangan generasi muda, mereka merasakan banyak hal yang sama dalam memandang sebuah pernikahan. Rasa takut ini menjadikan kita lebih siap mental, emosial, maupun finansial sebelum menuju jenjang pernikahan. Ketika kita nggak seburu buru dan segegabah itu, Marriage is Scary akan dapat dihindari.