Apakah Kaderisasi Partai Politik Gagal?

Mochammad Yogik Septiawan
Peneliti Muda Academia Forum Karya Buku : Buku Syair-syair terbuang (ISBN Progresif) Buku Meniti jalan sunyi, menggapai mimpi (ISBN Umsurabaya Publishing)
Konten dari Pengguna
15 Februari 2024 9:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) berjalan di dekat bendera partai politik peserta Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/5/2023).  Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) berjalan di dekat bendera partai politik peserta Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/5/2023). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kaderisasi merupakan bagian dari menyiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang sesuai dengan garis perjuangan setiap organisasi. dalam hal ini adalah kaderisasi dalam partai politik. Partai politik tentu saja menyiapkan kader-kader terbaiknya untuk melanjutkan perjuangan para tokoh-tokoh bangsa untuk memajukan Indonesia di berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana disampaikan oleh Bung Hatta, bahwa kaderisasi merupakan kerangka kebangsaan, karena kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam. Pentingnya kaderisasi kepemimpinan ini diperlukan karena periodesasi organisasi harus terus berjalan, maka perlunya mempersiapkan kader terbaiknya untuk meneruskan partai politik maupun mendiasporakan ke dalam struktur pemerintahan.
Cita-cita setiap pendiri maupun para tokoh partai politik mengharapkan melahirkan generasi penerus yang lahir dari rahim partainya. Namun kenyataan hari ini, tidak banyak partai politik yang bisa melahirkan kader terbaik untuk menghadapi kontestasi politik. Asumsi ini didasari dengan minimnya tokoh-tokoh baru yang benar-benar lahir dari rahim masing-masing partai politik, kemudian didasari dengan begitu banyaknya kehadiran para selebritis nasional yang dengan mudahnya masuk menjadi bagian penting di dalam partai politik, bahkan dalam memberikan kepercayaan dalam pencalonan di pemilu 2024 ini terbilang cukup banyak dari kalangan selebritis. Hampir setiap partai politik memiliki sosok selebritis yang menjadi perwakilan di legislatif.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, terdapat Partai Amanat Nasional tentu menjadi salah satu partai yang memiliki anggota dari kalangan selebritis cukup banyak, ada figur Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio), Dessy Ratnasari, Primus Yustisio, Pasha Ungu, Surya Utama (Uya Kuya), Lula Kamal, dan Verrell Bramasta, Jeje Ritchie Ismail, Stefan William, Tom Liwafa, dan Aditya Zoni. Nama-nama tersebut tentunya bukan berasal dari kaderisasi awal Partai Amanat Nasional, para selebritis hadir secara instan dan dicalonkan di legislatif. Hal ini tidak terjadi pada satu partai, melainkan terjadi dibeberapa partai politik.
Menjadi persoalan besar apabila hal ini terus berlanjut, dampak yang terjadi adalah bukan hanya menimpa kepada partai politik saja, melainkan menjadi persoalan kebangsaan. karena segala bentuk kebijakan tentunya memerlukan pertimbangan politik yang berkeadilan dan sesuai dengan kebutuhan rakyat.
ADVERTISEMENT