Budaya Politik Baru, Popularitas Selebriti dalam Kancah Politik di Indonesia

Mochammad Yogik Septiawan
Peneliti Muda Academia Forum Karya Buku : Buku Syair-syair terbuang (ISBN Progresif) Buku Meniti jalan sunyi, menggapai mimpi (ISBN Umsurabaya Publishing)
Konten dari Pengguna
14 Februari 2024 18:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/illustrations/tangan-mengangkat-pilih-pemilihan-3750367/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/illustrations/tangan-mengangkat-pilih-pemilihan-3750367/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam budaya politik di Indonesia saat ini telah memperlihatkan berbagai fenomena yang menarik, salah satu fenomena yang perlu disajikan adalah fenomena selebritis terjun ke dalam dunia politik. Model rekrutmen partai politik dengan merekrut selebritis sebagai calon legislatif untuk mendulang suara pemilih bagi organisasi partai politik setiap menjelang Pemilu merupakan budaya politik baru. Fenomena ini sudah terjadi di beberapa kontestasi pemilu sebelumnya, dimana calon legislatif dipenuhi dari kalangan selebritis.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah selebritis yang menjadi calon legislatif di pemilu 2024. Pertama ada PDIP dengan nama-nama selebritis berikut (Rano Karno, Dapil Banten III, Ellfonda Mekel (Once), Dapil Jakarta II, Krisdayanti, Dapil Jatim IV, Nico Siahaan, Dapil Jabar I, Marcel Siahaan, Dapil Jabar I, Denny Cagur, Dapil Jabar II, Anang Hermansyah, Dapil Jabar V, Andre Hehanussa, Dapil Jatim I, Lucky Perdana, Dapil Jatim III)
Dari partai Golkar terdapat Nurul Arifin, Dapil Jabar I. begitu juga dengan Demokrat terdapat selebritis yaitu Dede Yusuf, Dapil Jabar II. beberapa selebritis tergabung dalam partai Gerindra yaitu Melly Goeslaw, Dapil Jabar I, Rachel Maryam, Dapil Jabar II, Jamil Mirdad, Dapil Jateng I. Kemudian ada dari PKB terdapat Tommy Kurniawan, Dapil Jabar V, Arzeti Bilbina, Dapil Jatim I
ADVERTISEMENT
PAN hadir berbagai selebritis ternama, diantaranya adalah Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio), Dapil Jakarta I, Ayu Azhari, Dapil Jakarta I, Lula Kamal, Dapil Jakarta II, Puput Novel, Dapil Jakarta II, Uya Kuya, Dapil Jakarta II, Sigit Purnomo (Pasha Ungu), Dapil Jakarta III, Ritchie Ismail (Jeje Govinda) Dapil Jabar II, Desy Ratnasari, Dapil Jabar IV, Primus Yustisio, Dapil Jabar V, Verrel Bramasta, Dapil Jabar VII
Dari PPP terdapat Gilang Dirga, Dapil Jakarta I. kemudian PSI Giring Ganesha, Dapil Jabar I, Doadinadai Holli (Badai Eks Kerispatih), Dapil Jabar VI. dari partai Nasdem juga menggunakan selebritis yaitu Farhan, Dapil Jabar I, Chocky Sitohang, Dapil Jabar VI, Nafa Urbach, Dapil Jateng VI. kemudian dari Perindo ada nama-nama Venna Melinda, Dapil Jatim VI, Aldi Taher, Dapil Jabar VII, Vicky Prasetyo, Dapil Jabar VI dan terakhir dari PKS ada Narji, Dapil Jateng X.
ADVERTISEMENT
Figur selebritis yang menjadi bagian dari kontestasi politik pemilu 2024 tentu hadir tidak dengan percuma, selebritis menjadi bagian dari strategi politik parpol. Selebritis menjadi modal politik bagi organisasi politik yang merekrutnya. Parpol pada umumnya masih mengedepankan aspek persona dan popularitas alih-alih kemampuan intelektualitas, rekam jejak, serta integritas dalam menentukan bacaleg. Selebritis menjadi pusat perhatian masyarakat karena kepribadian, reputasi, dan gaya hidupnya.
Menjadi bahan refleksi bersama, apakah mereka murni ingin mengabdikan diri kepada masyarakat melalui jalur politik, atau hanya ingin menambah popularitas di dunia politik? Apakah partai politik memilih mereka secara selektif atau hanya sekedar sebagai vote getter saja. Tentu saja kehadiran para selebritis dalam kontestasi pemilu 2024 menghadirkan berbagai asumsi, bahwa memanfaatkan selebritis untuk menaikkan perolehan suara parpol di parlemen. Dengan hadirnya selebritis di dunia politik tentu dalam jangka pendek tidak memberikan dampak yang berarti, akan tetapi dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan dampak buruk terhadap kaderisasi ideologi politik partai politik. Masyarakat menganggap selama ini Organisasi Politik tidak mampu melakukan kaderisasi untuk proses alih regenerasi berdasarkan ideologinya. Implikasinya sebagian di antara parpol lebih suka memilih model instan dengan merekrut selebritis terkenal untuk mendongkrak eksistensinya dalam setiap kontestasi politik.
ADVERTISEMENT