Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
1 Ramadhan 1446 HSabtu, 01 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Dampak Globalisasi terhadap Identitas Budaya Lokal
1 Maret 2025 18:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Memasuki abad-21 semakin banyak fenomena masyarakat yang cenderung bergaya seperti orang-orang barat. Hal demikian memperlihatkan adanya perubahan gaya hidup dalam suatu masyarakat. Secara umum globalisasi dimaknai sebagai suatu proses masuknya segala informasi, gaya hidup, budaya ke berbagai negara, yang berarti pertukaran secara global. Sedangkan menurut seorang sosiolog Antoni Giddens, ia mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial yang mempertemukan lokalitas yang jauh sedemikian rupa sehingga peristiwa di satu tempat dapat di pengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di tempat lain, dan sebaliknya yaitu mempertemukan peristiwa-peristiwa di tempat lain ke dalam lokalitas. Ia menekankan bahwa globalisasi tidak hanya tentang ekonomi, tetapi juga mencakup aspek politik, budaya, dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Roland Robertson yang juga seorang sosiolog, ia melihat globalisasi sebagai proses pemadatan dunia dan peningkatan kesadaran akan dunia sebagai satu kesatuan. Ia menekankan pentingnya dimensi budaya dalam globalisasi, di mana pertukaran ide, nilai dan praktik budaya menjadi semakin intens. Secara umum, globalisasi dapat di pahami sebagai proses yang menghubungkan dunia dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi, politik, budaya dan teknologi yang menciptakan interdependensi dan transformasi sosial di tingkat global. Namun, dampak dan implikasinya seringkali di perdebatkan, terutama terkait kesenjangan, identitas budaya dan kedaulatan negara.
Menurunnya masyarakat terhadap budaya lokal
Jauh sebelum membicarakan menurunnya masyarakat terhadap budaya lokal, kita perlunya menjelaskan apa itu budaya lokal. Budaya lokal dapat di katakan seperangkat nilai, tradisi, kepercayaan, bahasa, seni dan praktik sosial yang di miliki oleh kelompok masyarakat di wilayah tertentu. Budaya lokal, menurut Clifford Geertz merupakan suatu cara komunitas atau kelompok memahami dan memberi makna pada dunia mereka melalui praktik-praktik khas yang berkembang di lingkungan mereka. Sedangkan menurut antropolog Indonesia Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui belajar. Budaya lokal, menurutnya adalah budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat tertentu dan menjadi identitas kolektif yang membedakan mereka dari masyarakat lain.
ADVERTISEMENT
Budaya lokal harus dihadapkan pada arus globalisasi, globalisasi membawa budaya asing yang seringkali dianggap lebih modern atau menarik, terutama melalui media, internet, dan produk populer seperti film, musik dan fashion. Budaya lokal sering di anggap kuno atau kurang relevan dengan gaya hidup masa kini. Menurunnya masyarakat tentu juga di sebabkan dengan perubahan gaya hidup. Gaya hidup generasi muda lebih memilih dan menggunakan tradisi-tradisi global, gaya hidup yang lebih kota dan global, sehingga melupakan budaya leluhur yaitu budaya lokal.
Aktivitas modern seperti menggunakan gadget dan media sosial pada era sekarang mengurangi interaksi langsung dengan budaya lokal. Selain itu juga dapat di sebabkan oleh minimnya sosialisasi budaya lokal di lingkungan pendidikan maupun keluarga kepada generasi penerusnya tentang nilai-nilai budaya lokal. Hal demikian tidak terlepas dari adanya modernisasi dan perkembangan teknologi informasi yang masif, karena seringkali menggeser praktik-praktik lokal yang di nilai tidak sesuai dengan era sekarang. Tentu yang paling berbahaya adalah hadirnya stigma negative terhadap budaya lokal, bahwa budaya lokal dianggap ketinggalan zaman atau sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Ada anggapan apabila menerapkan budaya lokal cenderung di klaim tidak keren, kuno dan ketinggalan zaman.
ADVERTISEMENT