Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melacak Hubungan Bahasa dan Budaya
30 Oktober 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengingat sejarah persatuan bangsa Indonesia, tentunya mengingat tentang vitalitas Bahasa sebagai Bahasa yang mempersatukan bangsa yang ragam akan bahasa daerah dan budaya daerah. Hal ini sebagaimana dalam peristiwa sumpah pemuda yang berlangsung pada tanggal 28 oktober 1928. Dalam kongres pemuda tersebut, para pemuda Indonesia dari berbagai daerah sepakat untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Hal ini sebagaimana terdapat pada teks sumpah pemuda yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Sebagaimana sejarah dalam Sumpah Pemuda tahun 1928, peristiwa tersebut merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah menyatukan seluruh rakyat Indonesia dan menjadikannya sebagai bahasa nasional yang kita banggakan hingga saat ini.
Membicarakan Bahasa tentu diskursus yang penting. Dalam penjelasan Ferdinand de Saussure bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda yang terdiri dari tanda kata (signifiant) dan konsep yang direpresentasikan oleh tanda tersebut (signifié). Ini berarti bahasa adalah sistem yang melibatkan hubungan antara tanda-tanda yang saling berhubungan. Kemudian menurut Roman Jakobson mengatakan bahwa bahasa adalah sistem komunikasi verbal yang berfungsi untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan emosi, membangun hubungan sosial, dan mempengaruhi perilaku orang lain. Lebih lanjut dalam Noam Chomsky bahwa bahasa adalah kemampuan bawaan manusia yang memungkinkan kita untuk menghasilkan dan memahami jumlah kalimat yang tak terbatas.
ADVERTISEMENT
Dari uraian tersebut maka bahasa dapat diartikan sebagai sistem simbol yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan menyampaikan pikiran, perasaan, serta informasi. Simbol-simbol ini bisa berupa suara, tulisan, atau isyarat yang memiliki makna yang disepakati bersama oleh sekelompok orang. Bahasa adalah fenomena yang sangat kompleks dan multifungsi. Bahasa tidak hanya menghubungkan kita dengan orang lain, tetapi juga membentuk cara kita berpikir, merasakan, dan memahami dunia. Oleh karena itu, mempelajari bahasa berarti mempelajari budaya dan sejarah suatu masyarakat.
Budaya adalah konsep yang sangat luas dan kompleks, sehingga didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli. Namun, secara umum, budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang diperoleh dengan cara belajar. Menurut Edward B. Tylor bahwa budaya adalah "kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat." Kemudian juga dikatakan oleh Koentjaraningrat yang menurutnya bahwa budaya adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Lebih lanjut dikatakan oleh Clyde Kluckhohn bahwa budaya adalah semua rancangan hidup yang diciptakan secara historis baik secara eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada waktu tertentu sebagai panduan potensial dalam perilaku manusia.
ADVERTISEMENT
Interaksi Bahasa dan budaya
Hubungan antara Bahasa dengan budaya adalah hubungan yang secara hakikatnya melekat sebagai suatu kesatuan. Pertama adalah sebagai Cerminan Nilai-Nilai Sosial dan Budaya. bahasa mencerminkan sistem nilai, norma, dan keyakinan yang dimiliki oleh suatu komunitas. Bahasa tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan budaya suatu masyarakat. Peribahasa, pepatah, dan ungkapan dalam suatu bahasa sering kali mengandung nilai-nilai dan pandangan hidup yang khas dari masyarakat tersebut. Kedua adalah sebagai Pelestarian Tradisi dan Kearifan Lokal. Bahasa memainkan peran penting dalam pelestarian tradisi dan kearifan lokal. Melalui bahasa, cerita rakyat, mitos, pepatah, dan adat istiadat yang ditransmisikan dari generasi ke generasi. Bahasa lokal digunakan untuk menyampaikan pesan moral, norma sosial, dan nilai-nilai spiritual dalam suatu masyarakat. Misalnya, ajaran-ajaran masyarakat adat Samin diungkapkan melalui bahasa Jawa yang penuh dengan filosofi hidup. Ketiga adalah Bahasa sebagai Rasa Kebanggaan Budaya. Penggunaan bahasa lokal atau bahasa ibu sering kali menjadi simbol kebanggaan budaya. Masyarakat yang aktif menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan rasa cinta dan bangga terhadap asal-usul budaya mereka. Hal ini penting dalam konteks globalisasi, di mana bahasa-bahasa kecil sering kali terancam oleh dominasi bahasa global seperti Inggris. Keempat adalah Bahasa sebagai Media Pembentukan Identitas Kolektif. Bahasa memiliki kekuatan untuk membentuk identitas kolektif. Melalui penggunaan bahasa yang sama, orang merasa terhubung satu sama lain, memperkuat rasa kebersamaan, dan soliditas sosial. Identitas kolektif ini semakin kuat ketika bahasa digunakan dalam ritual, tradisi, atau kegiatan komunitas yang menjadi bagian penting.
ADVERTISEMENT