Praktik Mimikri dalam Cerpen Ular dan Amarah karya A.S. Laksana

Mochammad Yogik Septiawan
Peneliti Muda Academia Forum Karya Buku : Buku Syair-syair terbuang (ISBN Progresif) Buku Meniti jalan sunyi, menggapai mimpi (ISBN Umsurabaya Publishing)
Konten dari Pengguna
3 Oktober 2023 19:40 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara perihal karya sastra maka tidak terlepas dengan pengarang karena keduanya saling berkaitan, ibarat ibu dan anak. Pengarang adalah ibu yang memiliki kemampuan untuk mencipta, merasa, berimajinasi, berkehendak untuk menghadirkan anaknya yang berkualitas yaitu karya sastra. Pengarang sastra yang berkualitas adalah pengarang yang terlahir dengan berbagai dinamika dan tentu memiliki sejarah panjang untuk menjadi sastrawan. Seorang cerpenis kelahiran Semarang, Jawa Tengah yaitu, A.S. Laksana adalah ibu yang hebat dengan anak-anaknya yang berkualitas. Banyak karya sastranya yang telah diterbitkan diantaranya, Bidadari yang Mengembara, terbit pada 2004 dan meraih penghargaan Buku Sastra Terbaik dari majalah Tempo. Pada 2013, ia menerbitkan buku cerita pendek lagi, Murjangkung, Cinta yang Dungu dan Hantu-Hantu, dan kembali meraih penghargaan Buku Sastra Terbaik dari majalah Tempo. Si Janggut Mengencingi Heru Cakra diluncurkan pada tahun 2015, pada tahun 2017 ia kembali menerbitkan karyanya yang berjudul Ular dan Amarah yang terbit di Jawa Pos.
ADVERTISEMENT
Karyanya yang berjudul Ular dan Amarah menarik perhatian saya untuk membaca lebih dalam dan menganalisa dengan berbagai teori. Cerpen Ular dan Amarah menceritakan tokoh Seto sebagai tokoh utama dalam cerita. Selain Seto terdapat tokoh lain yaitu Broto, Peramal dan anaknya (Cina), istri Broto, anak Broto, adik Broto dan berandal. Seto digambarkan sebagai seorang yang baik hati, namun di sisi lain juga sebagai pendendam yang kecam. Ia baik karena prihatin melihat rumah si peramal telah dibakar oleh warga sekitar dan Seto ingin menolong si peramal dan anak perempuannya dengan mencari orang-orang yang terlibat dalam peristiwa pembakaran rumahnya. Sebaliknya sebagai pendendam yang kejam diceritakan bahwa Seto telah membunuh dua orang, satu orang berandal dan sahabatnya yaitu Broto
ADVERTISEMENT
Mimikri Homi K. Bhaba
Mimikri adalah salah satu pemikiran Homi K. Bhaba yang menarik untuk dijadikan sebagai pisau analisa kajian akademik maupun melihat realitas masyarakat. Mimikri adalah fenomena suatu masyarakat atau orang yang terjajah meniru (selera, sikap, bahasa, pakaian, dll) dari si penjajah. Menurut Bhaba, mimikri adalah jalan bangsa penjajah untuk menancapkan kolonialisme terhadap bangsa terjajah. Peniruan masyarakat terjajah untuk menjadi seperti penjajah tidak akan pernah sempurna, menjadi putih tidak akan putih sepenuhnya, menjadi tinggi tidak tinggi sepenuhnya, begitu juga dengan peniruan-peniruan lainnya.
Praktik Mimikri Tokoh Seto
pixabay.com
Terdapat praktik mimikri dalam cerita pendek Ular dan Amarah karya A.S. Laksana. Salah satunya adalah tokoh Seto, ia sebenarnya pribadi yang baik hati, akan tetapi pengalaman-pengalaman Seto sebelumnya yang dapat mempengaruhi kepribadian Seto. Dalam kutipan cerita pendek dibawah ini adalah Seto mengalami pengalaman yang menyakitkan.
ADVERTISEMENT
Kutipan cerita pendek tersebut merupakan pengalaman Seto sebagai orang terjajah. Ia mengalami jajahan dari ayahnya yaitu telah diusir oleh ayahnya dari rumah. Pengusiran tersebut dapat dilakukan oleh orang yang superior atau penjajah yaitu ayahnya, sedangkan Seto sebagai orang yang terjajah.
Pada kutipan cerita dibawah ini adalah praktik Seto sebagai orang yang superior atau seorang penjajah. Broto adalah sahabatnya, ia melakukan kesalahan karena tidak membohongi Seto dan berkhianat dengan menemui kelompok berandal lain tanpa sepengetahuan Seto. Mengetahui hal tersebut Seto menghukum Broto dan yang mengeksekusi adalah adiknya Broto.
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa terjadi mimikri dalam tokoh Seto, ia meniru sifat ayahnya yang telah menghukum dengan mengusirnya dari rumah dan hal yang serupa dilakukan Seto kepada sahabatnya dengan menghukum atas kesalahannya dengan meremukkan tempurung lututnya.
Praktik mimikri dalam cerita pendek Ular dan Amarah terdapat dalam tokoh Seto yang digambarkan diawal ia sebagai seorang terjajah dan diakhir cerita Seto sebagai seorang yang superior.
ADVERTISEMENT