Konten dari Pengguna

Rendra dan Puisi-puisi Kerinduan

Mochammad Yogik Septiawan
Peneliti Muda Academia Forum Karya Buku : Buku Syair-syair terbuang (ISBN Progresif) Buku Meniti jalan sunyi, menggapai mimpi (ISBN Umsurabaya Publishing)
9 Juli 2024 5:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mochammad Yogik Septiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/menulis-penyair-puitis-musim-semi-1957302/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/menulis-penyair-puitis-musim-semi-1957302/
ADVERTISEMENT
Membicarakan persoalan karya sastra, maka tidak dapat dipungkiri akan membicarakan persoalan masyarakat, kehidupan sosial, budaya, hakikat kemanusiaan. Mengenai hal tersebut, maka karya sastra adalah hasil dari refleksi dan tentunya penciptaan yang berisi keindahan, dan dalam sastra terjadi karena adanya keselarasan bahasa dengan fenomena sosial masyarakat.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, keindahan karya sastra merupakan hakikat dari pikiran manusia yang tercermin pada realitas masyarakat, yang kemudian dikontekstualisasikan dalam karya sastra melalui serangkaian bahasa yang indah.
Hal tersebut, selaras dengan apa yang dikatakan Aristoteles dalam mimesisnya, bahwa karya sastra bukanlah jiplakan semata, akan tetapi kenyataan baru dari perkawinan antara kreasi dan kenyataan. Oleh karena itu, keserasian antara kreasi dan reaplitas adalah bagian penting dalam penciptaan karya sastra yang indah.
Membicarakan karya sastra yang penuh dengan keindahan, maka tidak akan melupakan sosok W.S Rendra. Ia merupakan penyair ternama dan menjadi bagian penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Salah satu karyanya yang tak luput dari pembahasan adalah puisi-puisinya yang tergabung dalam Blues Untuk Bonnie.
ADVERTISEMENT
Pada kumpulan puisinya tersebut, Rendra menyampaikan kritik sosial dengan menyuarakan nasib kelompok marginal, ia membela dengan respons-respons yang getir, lantang dan agresif dalam melakukan pembelaan. Hal tersebut membuat rendra semakin dikenal dan menempatkan posisinya sebagai sastrawan yang berpihak pada rakyat jelata dengan pembelaan aksi kemanusiaannya, dan rendra sendiri mengistilahkan puisinya sebagai puisi pamflet.
Jika membaca puisi Rendra yang tergabung dalam Blues Untuk Bonnie, maka akan merasakan bagaimana Rendra memberikan kritik dan protes-protes sosialnya, selain itu Rendra juga menyuarakan persoalan kemanusiaan, kerinduan, suasana hati yang mendalam.
Berbicara kemanusiaan, maka kita berangkat dari perspektif Gardner, ia menjelaskan bahwa ada 7 aspek humaniora/kemanusiaan, yaitu aspek moralitas, aspek simpati, aspek empati, aspek kasih sayang, aspek kepedulian, aspek kebersamaan dan aspek toleransi. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana Gardner memberikan arah pada keseimbangan antara pikiran, perasaan dan suasana hati.
ADVERTISEMENT
Beberapa puisi Rendra yang tersaji pada kumpulan Blues Untuk Bonnie yang bernuansa kenangan, suasana hati dan perasaan mendalam. Salah satunya adalah Kupanggil Namamu. Pada puisi berjudul Kupanggil Namamu mengandung tema kedukaan hati karena cinta; penyair merasakan duka yang dalam dan amat kesepian karena ditinggal pergi oleh sang kekasih.
Dalam puisi ini ditemukan nada kecewa dan penuh penyesalan, dan amanat yang terdapat dalam puisi ini adalah bahwa kehidupan masa lalu berpengaruh terhadap masa kini dan masa depan. Itulah sebabnya maka hidup ini jangan disia-siakan. Hal ini sebagaimana digambarkan pada penggalan puisinya,
ADVERTISEMENT
Kemudian adalah Puisi berjudul Kepada MG. Puisi ini memiliki tema dinamika kehidupan; penyair bernostalgia dengan kehidupan masa lalu dengan nada penyesalan, dan amanat yang terdapat dalam puisi ini adalah bahwa segala kenangan masa lalu biarlah berlalu, jadikan masa lalu yang kelam sebagai pembelajaran dalam kehidupan menapaki masa depan. hal ini sebagaimana dalam penggalan puisinya berikut
Berdasarkan hal tersebut, yang selama ini ketika melihat Rendra akan terintas puisi-puisi yang frontal dan protes sosialnya, akan tetapi Rendra juga memuat puisi-puisi yang bernuansa kerinduan, kenangan dan perasaan kemanusiaan yang mendalam.