Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Dosen Mogok, Pendidikan Terancam: Mengurai Dampak Masalah dan Solusinya
24 Februari 2025 14:20 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Yohanes E C Lobwaer tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Demo dosen ASN Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) untuk desak pencairan tunjangan kinerja (tukin) terjadi dibeberapa daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tuntutan ini sudah sejak lama disuarakan, dan puncaknya pada 3 Februari 2025, ratusan dosen ASN menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara, Jakarta, menuntut pencairan tunjangan kinerja (tukin) yang belum dibayarkan sejak 2020. Para dosen, yang tergabung dalam Aliansi Dosen ASN Kemendikti Saintek Seluruh Indonesia (ADAKSI), mendesak agar anggaran senilai Rp8 triliun segera dicairkan untuk melunasi tunggakan tukin periode 2020–2024, karena keterlambatan ini dianggap telah menghambat kesejahteraan serta pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Sementara itu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menyatakan bahwa dana untuk periode tersebut tidak pernah dianggarkan dan untuk tahun 2025 hanya tersedia dana terbatas sebesar Rp2,5 triliun.
Dampak aksi demo yang dilakukan oleh dosen ASN Kemdikti Saintek ini dapat memiliki beberapa dampak, baik positif maupun negatif diantaranya:
ADVERTISEMENT
Dalam isu ini dapat dikelompokan kedalam 2 teori
ADVERTISEMENT
1. Teori Framing (Pembingkaian)
Dalam isu ini di framing oleh berbagai pihak:
• Dosen: Mereka membingkai isu ini sebagai ketidakadilan dan pengabaian hak. Mereka menekankan pada:
• Kemendikti: Kemendikti cenderung membingkai isu ini sebagai masalah administrasi dan anggaran. Mereka berargumen bahwa:
• Media: Media memiliki peran penting dalam membentuk framing isu ini di mata publik. Media dapat memilih untuk menekankan pada:
ADVERTISEMENT
2. Teori Mobilisasi Sumber Daya
Teori ini menekankan pada pentingnya mobilisasi sumber daya (manusia, finansial, organisasi, dan simbolik) dalam gerakan sosial. Dalam isu ini:
• Jaringan dosen: Adanya jaringan dosen ASN Kemendikti Saintek, termasuk melalui Adiksi, memudahkan mobilisasi dukungan dan aksi kolektif.
• Dukungan publik: Dukungan dari masyarakat, organisasi masyarakat sipil, dan media massa dapat menjadi sumber daya penting bagi dosen.
• Simbol dan narasi: Penggunaan simbol-simbol dan narasi yang kuat, seperti "ketidakadilan" dan "pengabaian hak", dapat memobilisasi dukungan dan memperkuat identitas kelompok.
Solusi:
ADVERTISEMENT
Dengan adanya langkah-langkah ini, diharapkan isu terkait pencairan tukin dapat diselesaikan dengan baik tanpa mengorbankan kualitas pendidikan dan kepentingan mahasiswa.