PERCEPATAN INDUSTRI PERIKANAN

Yonvitner
Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB-Dosen MSP FPIK IPB
Konten dari Pengguna
4 Mei 2019 12:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yonvitner tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernah dirilis bahwa Ekspor Perikanan Indonesia RI melampaui China yang seolah-olah sektor perikanan Indonesia maju pesat.
ADVERTISEMENT
Namun setelah disimak lebih dalam kita dapat mengerti bahwa yang melewati china adalah persentase pertumbuhan, bukan volume eksport. Ketika dicermati persentase nilai neraca perdagangan ikan Indonesia terhadap China sejak tahun 2012-2016 hanya sepertiga saja (30-32% dari China). Artinya peningkatan persentase pertumbuhan nilai neraca perdagangan ikan kita belum berarti apa apa. Bahkan kalo disimak tahun 2015 nilai neraca perdagangan ikan Indonesia anjlok sebesar 15,83%, sementara pada tahun tersebut China hanya turun 9,05% dibandingkan tahun 2014. Setelah paham dengan situasi sebenarnya, kinerja eksport kita masih berat untuk mengejar posisi 10 besar negara exportir.
Dengan kondisi tersebut, untuk menjadi negara unggul dalam disektor perikanan dan kelautan, serta untuk melewati China yang sesungguhnya, maka selayaknya industry perikanan negara ini direncanakan secara lebih baik dengan design jangka panjang yang terukur. Rencana pembangunan jangkan menengah harus jadi acuan utama, bukan program sesaat.
ADVERTISEMENT
Sistem Industri
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, pembangunan perikanan harus berbasis industry. Kita harus memperkuat industri penangkapan, industri budidaya, industri pengolahan, industri bioteknologi berbasis sumberdaya laut dan penguatan pasar perikanan. Ketersediaan stok (baca:potensi penangkapan) perikanan yang tahun 2017 diprakirakan mencapai 12,5 juta ton harus segera diukur daya dukungnya untuk mensupply kebutuhan industry pengolahan.
Keberadaan industry tahun 2015 yang mencapai 639 unit dan UMKM 6500 unit harus diperkuat dengan bahan baku nasional. Industri pengolahan UPI skala besar dan UPI UMKM perlu diversifikasi dan inovasi produk sehingga mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja dan tumbuh lebih baik. Sementara itu industry bioteknologi harus digenjot dengan mendorong hilirisasi seperti industry pengolahan rumput laut, serta bahan bio-active dari sumberdaya laut. Saat ini riset tentang bio-energy, bio-fuel dari algae dan rumput laut menjadi prospek masa depan bagi industry perikanan. Industri perikanan berbasis sumberdaya terbarukan ini tentu akan menjadi andalan ekonomi nasional disektor kelautan agar Indonesia mampu menjadi negara maritime yang maju. Untuk itu sebaiknya pemerintah harus segera mempersiapkan berbagai hal terkait industrialisasi dengan melibat seluruh pelaku perikanan. Pengusaha dalam negeri harus dirangkul, investor asing harus diundang, nelayan kecil (artisanal) harus diayomi. Pribahasa padang mengunkapan “anak dipangku, kemenakan dibimbing, orang sekampung dipatenggangkan”. Kalo diterjemahkan, nelayan kecil dipangku, industry dan pengusaha perikanan dibimbing, dan masyarakat perikanan dunia tetap diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Butuh Percepatan
Percepatan yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan industrialisasi perikanan adalah 1) memperkecil margin error data, baik data stok tangkap maupun budidaya, 2) melakukan verifikasi terhadap kebutuhan bahan baku industry UMKM dan Industri besar, 3) meningkatkan efisiensi industry pengolahan ikan, 4) memperluas pasar dalam negeri dengan menciptakan kecintaan makan ikan dengan berbagai diversifikasinya inovasi olahan ikan.
Margin error data stok saat ini masih tinggi, karena teknik dalam pendugaan stok dilakukan dengan menggunakan berbagai asumsi, sehingga justifikasi shahih secara ilmiah yang kemudian melahirkan data 12,5 juta ton masih sering dipertanyakan. Dengan dana yang tersedia tahun 2017 semestinya pemerintah memperkuat riset secara masif di wilayah pengelolaan perikaan Indonesia untuk memastikan stok ikan. Jika itu dilakukan kita dapat angka yang lebih detil tentang JTB (jumlah tangkap boleh) dalam kondisi sustain. Pada sisi lainya kawasan pesisir segera dikembangkan kegiatan budidaya. Minat pengusaha untuk mengembangkan mariculture sangat tinggi, tinggal memberikan ruang dan jaminan untuk berusaha. Dengan handal yang kita miliki kita akan mampu bersaing dengan perikanan China.
ADVERTISEMENT
Hasil perhitungan ketersediaan stok ikan dari tangkap dan budidaya, kita akan mampu melakukan kalkulasi terhadap daya dukung bahan baku bagi Industri pengolahan. Berdasarkan perhitungan tahun 2013 kebutuhan bahan baku industry besar mencapai 1,3 juta ton dengan volume produk olahan sebesar 851 ribu ton dari 604 yang diverifikasi datanya. Artinya dari 100% bahan baku yang diolah, hanya 64% yang menjadi hasil olahan untuk semua kategori olahan industry besar. Dengan pola yang sama, maka kita akan mudah memperkirakan kebutuhan bahan baku industry besar.
Kedua dengan verifikasi terhadap bahan baku Industri besar dan UMKM menjadi dasar penentuan jumlah industry yang layak. Kapasitas terpasang TTC, Udang, dan olahan lainnya rata rata mencapai 22,03 ton per hari dengan kapasitas efektif 15,56 ton, serta produksi rata-rata 11,95 ton per hari. Tingkat utilitas industry pengolahan baru sampai 61.73 serta efisiensi dari proses pengolahan ikan sebesar 76,51%. Dengan jumlah UPI yang dihitung sebesar 639 dan jumlah hari productive per tahun selama 312 hari per tahun, maka prakiraan volume terpasang mencapai 2,13 juta ton dan volume produksi berdasarkan produksi rata rata mencapai 1,47 juta ton.
ADVERTISEMENT
Ketiga yaitu rendahnya efisiensi industry pengelolahan skala besar yang menjadi tantangan tersendiri bagi penentuan kebutuhan bahan baku. Perhitungan tingkat error yang tinggi yaitu mencapai 28,28% pada kategori industry berbahan baku tuna tongkol cakalang (TTC) jenis olahan segar dan beku serta pengolaha udang beku. Untuk mempercepat industrialisasi perikanan, maka efisiensi harus ditingkatkan agar pengusaha perikanan tidak mengalami kerugian, dan sediaan bahan baku dengan sediaan stok dapat terukur secara baik.
Keempat dengan data sediaan bahan baku, serta laju serapan pasar untuk ikan olahan dan ikan segar terukur baik, maka proyeksi kebutuhan pasar akan terpenuhi dengan baik. Tingkat konsumsi ikan dari berbagai jenis produk olahan dan segar akan mempercepat pertumbuhan ekonomi sector perikanan. Sampai saat ini serapan terbesar dari ikan segar dan olahan terbesar adalah di Jakarta, Surabaya, Makasar dan Medan dengan daerah sekitarnya. Untuk itu kita perlu mendorong tumbuhnya system bisnis perikanan yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Pasar dapat diciptakan baik dalam negeri maupun luar negeri tinggal kemauan, dan kemampuan pemerintah untuk melakukan semua itu. Karena ada kemauan tidak diiringi dengan kemampuan melihat perikanan sebagai potensi ekonomi raksasa negeri ini, maka kita hanya tetap dalam mimpi menjadi negara maritime yang kuat dari sector perikanan dan kelautan. Sekaranglah saatnya untuk menjadikan sector perikanan dan kelautan sebagai arus utama ekonomi nasional. Kita butuh percepatan dengan memberdayakan nelayan dan pengusaha ikan kita untuk kejayaan bangsa. (yon).
ADVERTISEMENT