Kenali dan Waspada Arus Balik di Pantai

Yopi Ilhamsyah
Akademisi dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Konten dari Pengguna
3 Juli 2020 10:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yopi Ilhamsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi hari di akhir pekan, saya mengunjungi pantai yang berlokasi di sebelah timur Politeknik Pelayaran Malahayati di daerah Ujong Batee, Kabupaten Aceh Besar. Di Google Maps, pantai ini bernama sunrise beach (matahari terbit). Tidak jauh di timur kita jumpai pantai Pasie Ujong Seukee dan Kawasan Industri Aceh di seberang Jalan Malayahati. Udara pagi yang sejuk membuat air laut terasa segar tatkala membenamkan tubuh ke laut. Air laut terlihat jernih hanya pantainya saja berwarna gelap karena mengandung pasir besi. Suasana laut tenang, berombak kecil.
ADVERTISEMENT
Di tengah mandi-mandi dengan tubuh membelakangi ombak, tiba-tiba saya diterjang ombak cukup besar. Saya terhempas ke tepian. Tiba-tiba saya merasakan tubuh saya diseret ke laut. Saya mencengkeram erat pasir di tepian, mencoba bangkit sembari berlari meninggalkan pantai. Sempat terpikir hal-hal mistis, kemudian saya teringat dengan fenomena rip current atau arus balik. Di kalangan masyarakat kejadian ini dikenal dengan sebutan “terseret ombak”. Fenomena terseret ombak menyebabkan korban tenggelam kerap terjadi di pantai Lhoknga dan Lampuuk di barat laut Kabupaten Aceh Besar.
Saya pernah belajar oseanografi dan mulai menyelidiki kenapa fenomena tersebut dapat terjadi di pantai ini. Pantai yang berhadapan dengan jalur masuk Selat Malaka di barat laut ini cenderung landai dan dangkal. Penelitian kami mendapati kedalaman laut (batimetri) antara 0-20 meter di dekat pantai. Hanya saja sedikit ke tengah sekitar 200 meter dari bibir pantai, laut sudah mulai dalam. Bila kita amati dari bukit di Ujong Batee, air laut berwarna biru, menandakan perairan dalam di kawasan yang menjadi jalur penyeberangan menuju pulau Weh, Sabang.
ADVERTISEMENT
Dengan bentuk batimetri seperti ini, jika terdapat energi yang merambat di dalam laut, maka dapat menimbulkan ombak besar ketika mencapai pantai yang dangkal. Energi tersebut dapat dipicu oleh gempa bumi, longsoran dan gunung berapi di laut. Saya sempat menduga apakah terjadi gempa bumi, mengingat pulau Weh pada Juni beberapa kali digoncang gempa. Saya berjalan bolak-balik di sekitar pantai mencoba memahami apa yang sedang terjadi sembari mengamati apakah ada indikasi rip current di pantai Sunrise.
Terkait rip current, belum ada istilah resmi dalam Bahasa Indonesia. Di Aceh juga belum memiliki istilah lokal untuk rip current. Di pantai selatan Jawa, kemunculan rip current dikaitkan dengan Nyi Roro Kidul. Di pesisir Cilacap, masyarakat menyebutnya Boleran. Ada baiknya menyematkan nama lokal agar masyarakat Aceh dapat mengenali fenomena arus yang kerap merenggut nyawa di pantai sebagaimana Smong dan Ie Beuna untuk Tsunami. Demikian juga untuk daerah pesisir lainnya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan ini saya menyebutnya arus balik. Kala mentari beranjak naik, pantai mulai memanas dan angin pun bertiup, membangkitkan ombak. Setelah mondar-mandir, saya menemukan fenomena arus balik ini. Saya mengidentifikasi satu celah dengan kondisi air laut tenang sedikit bergelombang di antara ombak yang menuju pantai. Dari permukaan kita tidak dapat mengetahui bahwa sebenarnya air laut tenang ini mengandung arus balik yang bergerak dengan kecepatan tinggi di bawahnya.
Saya teringat dengan istilah air tenang menghanyutkan. Boleh jadi peribahasa ini mengambil kondisi arus balik bawah permukaan ini. Untuk mengenalinya dengan baik, perhatikan air laut berombak kecil tanpa buih yang membentuk jalur diapit ombak besar yang berbuih. Saya mendapati spot arus balik yang berpindah-pindah namun masih di sekitaran pantai Sunrise.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui apakah benar air tenang mengandung arus balik kuat, saya melempar sepotong kayu kering di spot tersebut. Benar saja, kayu tersebut hanyut timbul tenggelam dengan gerakan memutar sejauh 50 meter ke tengah laut kira-kira dalam waktu 5 menit. Ini berarti kecepatan arus balik bawah permukaan sangat tinggi serta berputar!.
Boleh jadi pusaran ini meredam ombak datang sehingga kondisi laut di spot arus balik menjadi tenang namun tetap menghanyutkan. Kondisi ini tentu tidak aman meski hanya bermain air di tepi pantai. Saya teringat pemberitaan korban tenggelam karena terseret ombak, padahal mereka hanya mandi-mandi di pinggir laut. Saya juga menemukan air laut di spot arus balik ini keruh, saya berpikir karena mengandung material pasir yang turut diseret ke tengah laut. Ini dapat menjadi pertanda kalau sedang terjadi arus balik.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi arus bawah kencang membentuk pusaran serta kondisi air keruh tentu menyulitkan seorang yang dapat berenang sekalipun untuk bisa selamat dari arus balik. Saya jadi paham mengapa wisatawan asing dan peselancar tenggelam di Lhoknga dan Lampuuk meski mereka menguasai teknik berenang dan menyelam. Saya melakukan uji coba di beberapa spot arus balik dan mendapati kayu menjadi tenang tidak lagi berputar setelah 50 meter dari pantai. Lebar arus balik antara 2-4 meter.
Saya menemukan pula bahwa spot arus balik berkecepatan tinggi terjadi pada bagian pantai yang menjorok ke laut. Di sana, kayu hanyut 50 meter kurang dari 5 menit. Saya berpikir ini ada kaitannya dengan gerakan ombak yang menyusur pantai (tidak tegak lurus pantai), ketika pecah timbul pusaran arus balik yang kuat. Saya melihat sekelompok orang menggotong perahu untuk pergi memancing, saya berpikir jalur arus balik dapat mereka manfaatkan untuk meluncurkan perahu ke laut. Dengan catatan mereka harus bisa berenang dan mengenali karakter arus balik ini.
ADVERTISEMENT
Seminggu berselang saya ke Lhoknga di depan pabrik Semen Andalas. Saya mendapati ombak yang lebih tinggi karena angin baratan bertiup kencang periode Juni hingga Agustus. Lhoknga memiliki garis pantai melengkung seperti teluk dengan batimetri dalam. Dari ombak yang pecah terbentuk pusaran arus balik lebih kuat sejauh lebih dari 50 meter ke tengah laut.
Bersumber dari Jamie MacMahan Profesor Oseanografi Naval Postgraduate School peneliti rip current, jika terjebak dan ingin selamat dari arus balik, yang pertama jangan panik!. Jika dapat berenang ikuti jalur arus ini yang membawa kita ke tengah laut. Hadapkan tubuh ke laut lepas untuk mencegah masuknya kotoran atau pasir yang dibawa arus ke dalam mata, mulut dan hidung. Lambaikan tangan dengan sesekali membalikkan badan agar orang di pantai dapat melihat. Demikian juga jika menggunakan ban/pelampung. Jangan mencoba berenang ke pantai karena hanya membuat kita kelelahan. Bagaimana jika berenang ke samping kanan atau kiri?. Hal ini juga tidak membantu karena kuatnya arus di bawah sehingga kaki turut tertarik arus yang menjauhi pantai. Setelah pengaruh arus balik menghilang, barulah berenang ke kanan atau kiri, terkadang ada ombak yang membantu kita kembali ke tepi pantai.
ADVERTISEMENT
Ada baiknya kawasan pantai rawan arus balik dibangun menara berikut penjaga pantai dari SAR. Dari ketinggian, kita dapat dengan mudah melacak keberadaan arus balik ini sembari mengingatkan warga lewat pengeras suara. Penting juga dipasang plang peringatan berikut penjelasan dilengkapi ilustrasi ciri-ciri arus balik (rip current) serta cara penyelamatan diri dan pertolongan dari pantai. Musim barat (di Aceh) hindari mandi-mandi di laut, tidak bisa berenang dapat berakibat fatal, cukup nikmati keindahan alam sambil kulineran dari pinggir pantai. Sementara di selatan Indonesia (Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) sedang berlangsung Musim Timur (angin timuran), oleh karenanya kenali dan berhati-hati dengan kemunculan arus balik terutama di Pantai Selatan Jawa.
Penulis: Yopi Ilhamsyah, Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
ADVERTISEMENT