Konten dari Pengguna

Kenapa Obat Memiliki Efek Samping?

Yori Yuliandra
Associate Professor, Dosen dan Peneliti pada Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Penerima beasiswa Australia Awards dalam bidang Farmasi, khususnya penemuan dan pengembangan obat dan antibakteri
21 Juli 2024 11:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yori Yuliandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi obat (Gambar: Pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat (Gambar: Pexels.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Obat-obatan merupakan salah satu unsur penting di dalam upaya kesehatan. Meskipun obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit dan memberikan manfaat kesehatan, tidak dapat dipungkiri bahwa obat memiliki risiko efek samping.
ADVERTISEMENT
WHO menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan efek samping adalah efek yang tidak diinginkan yang terjadi setelah penggunaan obat dalam dosis lumrah yang umum digunakan. Semua obat memiliki risiko efek samping. Namun tahukah Anda kenapa obat memiliki efek samping?
Efek obat timbul karena adanya interaksi antara senyawa aktif dalam obat dengan komponen-komponen biologis di dalam tubuh, terutama reseptor. Reseptor merupakan suatu molekul protein yang ketika berinteraksi dengan komponen aktif obat akan memunculkan efek tertentu, tergantung kepada jenis reseptor dan obat yang berinteraksi dengannya.
Sayangnya, suatu obat tidak spesifik berinteraksi dengan satu jenis reseptor saja. Obat juga dapat berinteraksi dengan reseptor lain yang memunculkan efek lain yang tidak diinginkan. Parahnya, ada banyak sekali interaksi obat-reseptor yang mungkin terjadi di dalam tubuh. Hal ini lah yang menjadi penyebab kenapa suatu obat dapat memiliki banyak risiko efek samping.
Ilustrasi interaksi obat dengan reseptor di dalam tubuh. (Gambar: Yori Yuliandra)
Sebagai contoh, dikutip dari Drugs.com, obat parasetamol memiliki risiko efek samping seperti mual, sakit kepala, mengantuk, sembelit, hilang nafsu makan, gatal-gatal, dan masih banyak lagi. Semua jenis gejala ini menggambarkan betapa banyaknya kemungkinan reseptor dan sistem biologis yang dapat berinteraksi dengan obat tersebut.
ADVERTISEMENT

Efek utama dan efek samping: setali tiga uang

Efek utama dan efek samping obat pada dasarnya merupakan proses yang sama secara biokimia di dalam tubuh. Kedua jenis efek ini terjadi karena adanya interaksi antara molekul aktif obat dengan beberapa reseptor yang berbeda. Interaksi ini sangat mungkin terjadi dengan banyak sekali reseptor yang belum diketahui secara ilmiah.
Jadi, efek utama dengan efek samping memiliki hubungan yang sangat dekat. Untuk memahami hal ini, kita dapat melihat contoh obat pilek yang dikenal memiliki efek samping peningkatan tekanan darah, yaitu pseudoefedrin. Obat ini (terkandung dalam obat dengan merk seperti Tremenza, Rhinos, dan Inza) digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat.
Untuk meredakan gejala hidung mampet, pseudoefedrin bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di hidung. Namun efek ini tidak spesifik terjadi pada pembuluh darah di hidung, melainkan dapat juga terjadi pada bagian tubuh yang lain. Penyempitan pembuluh darah dalam skala yang lebih luas ini menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai efek samping dari obat ini.
ADVERTISEMENT

Apakah semua obat punya efek samping?

Secara umum, semua obat punya efek samping. Hal ini karena tidak ada obat yang berinteraksi secara spesifik dan selektif hanya dengan reseptor target yang diinginkan. Selain itu respons tubuh terhadap obat dapat terjadi dalam skala luas dan tidak terbatas pada salah satu sistem organ saja.
Semua obat memang berpotensi memunculkan efek yang tidak diinginkan. Sebagai buktinya, jika Anda membeli obat di apotek, pada setiap label kemasan atau brosur produk selalu ada catatan tentang efek samping ini.
Kemasan obat sering dilengkapi dengan informasi terkait efek samping yang perlu diperhatikan. (Gambar: Pexels.com)
Untungnya, efek samping tidak selalu terjadi meskipun di dalam brosur obat disebutkan. Tidak semua orang yang menggunakan obat akan mengalami efek samping yang tercantum. Selain itu, mayoritas efek samping obat umumnya tidak terjadi, ringan, atau sementara. Namun kewaspadaan tetap diperlukan, terutama pada penggunaan jangka panjang atau penggunaan beberapa obat sekaligus.
ADVERTISEMENT

Supaya terhindar dari efek buruk obat

Untuk memperkecil kemungkinan mengalami kejadian efek samping obat dan efek lain yang tidak diinginkan dari pengobatan, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan. Pertama, gunakan obat dalam takaran dosis yang sesuai dengan peresepan atau petunjuk penggunaan. Hal ini karena efek samping lebih mungkin terjadi apabila obat diminum melebihi dosis yang dianjurkan.
Berikutnya, gunakan obat pada waktu yang benar. Meskipun secara umum dipahami bahwa obat harus diminum sesudah makan, tidak sedikit juga obat yang dianjurkan untuk diminum sebelum makan. Bahkan ada juga obat yang harus diminum bersamaan dengan waktu makan. Selain itu ada juga obat yang harus diminum sebelum tidur. Selain supaya obat efektif, pengaturan waktu minum obat ini juga untuk aspek kemanannya.
Konsultasi dengan profesional kesehatan supaya terhindar dari efek buruk obat (Gambar: Freepik)
Penggunaan obat secara mandiri tanpa konsultasi profesional kesehatan juga cenderung berisiko untuk kejadian efek samping obat. Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan seperti apoteker tetap direkomendasikan meskipun obatnya adalah obat bebas yang diperoleh tanpa resep dokter.
ADVERTISEMENT