Influencer

Yoris Sebastian
Pemikir Kreatif, Penulis Buku dan Pembicara Publik. Founder OMG Consulting & Co-founder Inspigo Podcast Indonesia.
Konten dari Pengguna
4 September 2020 8:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yoris Sebastian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Influencer
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Belakangan ini kita dihebohkan dengan temuan data penggunaan anggaran pemerintah pusat bagi para influencer sebesar 90,45 Milyar Rupiah, untuk sosialisasi kebijakan dari tahun 2014 hingga 2019 oleh ICW. Belum lagi tahun 2020 tentunya sudah banyak program pemerintah yang direncanakan menggunakan influencer.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya praktik ini lumrah dilakukan oleh pemerintah di luar. Sebut saja United Arab Emirates yang baru-baru ini menggunakan konten kreator, Nuseir Yassin untuk membuat konten tentang negara yang mulai membuka pintu pariwisata mereka. Konten video berdurasi 3 menit di akun Nas Daily ini sudah ditonton lebih dari 1,4 juta kali di Instagram, berisikan semua protokol kesehatan yang Nuseir lalui sehingga merasa aman dan nyaman untuk datang sebagai turis ke Dubai.
Yang harus diperhatikan disini adalah pemilihan Nas Daily yang memiliki 2 juta followers di Instagram, bukan semata karena jumlah followersnya. Nas Daily dikenal dan punya kredibilitas karena selalu menampilkan konten yang inspiratif.
Lagipula ada banyak tipe influencer sebenarnya. Ada banyak ulasan tapi saya paling suka dengan ulasan Tamara McCleary, seorang influencer yang dimuat di situs Forbes. Beberapa tipenya coba saya angkat disini:
ADVERTISEMENT
Selebriti karena biasanya mereka punya jumlah followers yang luar biasa banyaknya. Tapi bagaimana kurasi dilakukan sehingga relevan dengan pesan yang mau disampaikan.
Wartawan sebenarnya juga influencer dan perlu humas untuk menjangkau mereka, walau tidak dengan postingan berbayar tentunya.
Pakar walau followersnya tidak selalu banyak followersnya namun berkualitas dan sangat diperlukan karena kredibilitasnya dan bisa juga dijangkau oleh humas.
Stellar Personal Brand yang juga sering dikenal sebagai thought leader.
Semuanya dibutuhkan dan ada tahap demi tahap dalam penggunaan mereka.
Saya jadi ingat saat saya dan Billy Boen diundang ke Taobao Maker Festival tahun lalu, bertepatan dengan 20 tahun Alibaba. Humas mereka tidak memberikan tugas harus berapa kali posting karena mereka percaya diri yang ditampilkan, pasti akan membuat saya dan Billy tidak hentí membuat konten. Belum lagi berlanjut di berbagai seminar yang kami berikan setelah itu. Tentunya ada biaya untuk mendatangkan kami, namun tidak ada negosiasi angka untuk setiap postingan. Dan pastinya tidak ada konten yang diperiksa sebelum naik. Jadi ingat zaman saya Jadi wartawan, diundang meliput konser musik ke luar negri tidak ada kontrak liputannya harus berapa halaman.
ADVERTISEMENT
Saya senang dengan diangkatnya data temuan ICW ini, walau saya setuju dengan adanya anggaran influencer namun cara penggunaanya memang perlu diawasi. Ada banyak tipe influencer dan perlu digunakan dengan benar, seperti contoh yang dilakukan Dubai diatas.
Saya menulis ini karena hingga sekarang, saya selalu menolak postingan berbayar karena saya memang bukan buzzer. Saya tulis apa yang saya percaya benar dan saya rasa bermanfaat untuk followers saya. Bukan hanya program pemerintah, termasuk brand swasta juga saya tolak kalau hanya ini menggunakan jasa saya sebagai buzzer.
Bahkan pernah ada brand fashion yang saya sukai dan saya selalu pakai produknya namun saya tolak permintaan jasa sebagai buzzer dari agency mereka. Padahal brand tersebut saya sering ulas soal kreativitas dan inovasi mereka tanpa bayaran apapun.
ADVERTISEMENT
Di buku 5W1H, sudah saya sampaikan bagaimana sebaiknya brand bekerjasama dengan selebriti bikin konten bareng dan bukan sekedar menggunakan mereka sebagai buzzer. Jadi jangankan pemerintah, brand swasta sebenarnya juga masih banyak yang kurang efektif dalam menggunakan influencer. Sekedar fokus pada kuantitas tidak cukup, tapi hanya fokus ke kualitas tentunya juga tidak cukup untuk membuat dampak sesuai tujuan yang ditetapkan.
Jadi yuk kita kawal penggunaan dana influencer dari pemerintah dan bila kita bekerja untuk brand atau memiliki brand sendiri, mulai belajar bagaimana menggunakan influencer secara kreatif dan efektif.