Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Membangun Ekonomi Digital UMKM Indonesia Pasca Pandemi
26 Februari 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Yosefine Arsita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM di Indonesia berjumlah 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi ini mencakup kemampuan menyerap 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja yang ada, dan dapat menghimpun 60,4% dari total investasi di semester I tahun 2021. Sampai saat ini, UMKM masih berpotensi untuk berkembang dan semakin banyak menyerap tenaga kerja. Tentunya, peran mereka sangat potensial bagi perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 yang lalu juga memberi dampak besar bagi UMKM Indonesia. Data yang dirilis oleh Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa mayoritas UMKM (82,9%) merasakan dampak negatif pandemi. Pandemi membuat banyak UMKM terjerat kesulitan pelunasan pinjaman, membayar tagihan listrik-gas, dan gaji karyawan. Bahkan beberapa diantaranya juga harus melunasi PHK. Hal itu masih ditambah lagi dengan kesulitan memperoleh bahan baku, modal, menurunnya pelanggan, dan distribusi produk. Mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap bertahan di tengah memburuknya ekonomi akibat Covid-19. Mereka melakukan pengurangan produksi barang/jasa, mengurangi jam kerja dan jumlah karyawan.
UMKM Menghadapi Perubahan
Di sisi lain, pandemi Covid-19 juga membuat dunia virtual semakin ramai dan sibuk. Perjumpaan secara fisik telah tergantikan dengan perjumpaan secara online melalui berbagai platform internet. Masyarakat mulai beralih menggunakan gadget dan komputer dalam berbagai aktivitas mulai dari sekolah, rapat, bekerja, atau belajar. Berbagai bidang pun merasakan dampak dari pandemi dan perubahan arus penggunaan teknologi. Bidang pendidikan juga terdampak dan harus menerapkan sistem belajar online. Di dunia pekerjaan muncul istilah work from home yang membuat para pekerja bisa bekerja dari rumah. Pasar-pasar konvensional juga semakin sepi karena masyarakat lebih memilih belanja melalui platform online. Semua kegiatan itu bisa dilakukan asal penggunanya terkoneksi dengan internet.
ADVERTISEMENT
Dunia ekonomi Indonesia juga merasakan dampak perubahan tersebut. Menurut Prof. Sri Adiningsih, pandemi telah mendorong perubahan perilaku konsumen dan bisnis terutama sektor e-commerce. Pandemi telah mempercepat perkembangan digitalisasi ekonomi Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa gaya hidup daring akan tetap ada meskipun beberapa akan dijalankan secara hybrid (online dan offline) setelah pandemi. Ekonomi digital juga akan berkembang semakin luas dan semua sektor ekonomi akan ikut terdigitalisasi. Proses digitalisasi yang dimaksud adalah menggunakan teknologi digital untuk mengubah model bisnis demi memperoleh pendapatan baru dan peluang-peluang nilai yang menghasilkan. Bisnis yang ada pun harus siap mengantisipasi dan menyesuaikan jika ingin bertahan serta bertumbuh.
Perkembangan digitalisasi ekonomi juga berdampak bagi para UMKM. Mereka harus menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi yang cepat. Teknologi yang ada tentunya diharapkan semakin membantu mereka dalam mengembangkan diri dan memperluas pasarnya. Digitalisasi telah memicu kemudahan transaksi dengan konsumen. Dengan berbagai alat pembayaran yang sudah non-tunai, konsumen bisa semakin mudah dalam bertransaksi dengan pedagang. Berbagai layanan bank juga mendukung program UMKM go digital dengan menyediakan digital banking yang aksesnya dipermudah bagi para pelaku usaha.
ADVERTISEMENT
Indonesia sendiri memiliki potensi besar bagi UMKM untuk melakukan transformasi digital. Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain, Indonesia sendiri memiliki potensi pertumbuhan digital sebesar USD 124 milyar di tahun 2025. Sementara survei CORE melihat 70% pelaku UMKM mengalami kenaikan pendapatan rata-rata 30% dengan tergabung dalam ekosistem digital. Peluang besar ini tentunya harus disambut baik oleh para pelaku UMKM untuk mengadopsi teknologi. Selain mengembangkan sektor ekonomi, kemajuan ini juga dapat merambah pada sektor pembangunan daerah, pencipta lapangan kerja, dan pelepasan dari kemiskinan.
Membangun Literasi Digital
Rasa optimisme ini juga harus diimbangi dengan literasi digital yang sampai saat ini masih menjadi PR besar bagi masyarakat Indonesia. Akses digital di Indonesia sendiri masih belum optimal akibat dari infrastruktur yang belum mendukung. Ketersediaan internet yang memadai menjadi kunci karena menjadi penghubung antar pelaku usaha atau pembeli. Akses internet yang merata dan jaminan akan keamanan siber memang menjadi topik yang hangat dibicarakan ketika membahas program digitalisasi.
ADVERTISEMENT
Literasi digital sebenarnya tidak hanya menyangkut kemampuan penggunaan teknologi informasi, tetapi juga kemampuan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghasilkan kompetensi digital. Hal ini penting terutama karena dunia digital tidak sepenuhnya positif. Ada berbagai informasi negatif yang juga terdapat dalam dunia digital seperti berita bohong, radikalisme, atau penipuan. Isu inilah yang biasa menjadi tolok ukur negara untuk menyiapkan masyarakat menghadapi realitas baru di era digital.
Kemajuan teknologi yang semakin mempengaruhi kehidupan sehari-hari harus diimbangi dengan kemampuan manusia dalam penggunaannya. Keterampilan digital menjadi kemampuan dasar dalam menghadapi dampak perkembangan teknologi yang terjadi. Kemampuan yang mumpuni dari pengguna bisa meningkatkan produktivitas dan inovasi dalam mencipta aspek kehidupan, terutama ekonomi.