Derita Sopir Truk : dari Pungli dan Preman Hingga Prostitusi Jalanan

Youn'd  Dangerous
muda itu iya, berbahaya itu pilihan
Konten dari Pengguna
8 Mei 2018 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Youn'd Dangerous tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Derita Sopir Truk : dari Pungli dan Preman Hingga Prostitusi Jalanan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jadi sopir truk tidak pernah mudah, halangannya banyak, dari pungli, preman hingga godaan prostitusi jalanan
ADVERTISEMENT
Pada hari ini Selasa (8/8) sekitar 70 orang pengemudi truk yang beroperasi di pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Mereka mengeluhkan banyaknya premanisme dan pungutan liar di jalanan. Redaksi mewawancarai sopir truk asal Jepara Jawa Tengah (namanya minta dirahasiakan, berusia 40 tahun) yang sudah puluhan tahun membawa muatan mebel ke seluruh pelosok Indonesia.
Benar ada pungli di jalanan ?
Kalau pungli oleh petugas sebenarnya ini sudah rahasia umum ya. Tapi ini juga seringnya karena kami melanggar aturan. Jadi ya mau bagaimana, kita kan bukan pembuat aturan.
Aturan Apa?
Aturan jelasnya, undang-undangnya apa nggak tahu. Tapi intinya yang kami tahu ada aturan soal ketinggian muatan, tidak boleh melebihi 2,4 meter pas peres di bak truk. Masalahnya, kalau untuk mebel Jepara yang harganya menengah ke bawah dan dikirim untuk Lombok atau Medan, ongkos kirimnya nggak cucuk (tidak laba) kalau muatan cuma peres (pas ketinggian) bak truk. Jadi kami muat sampai tinggi, pintu belakang juga sampai terbuka ditahan pakai tali, di atas kabin juga masih harus ada muatan.
ADVERTISEMENT
Jadi memang ada kesadaran melanggar aturan ya?
Makanya ajian kita cuma lobby. Sudah jangan sampai ditilang. Kasih uang mel-melan (salam temple) namanya.
Berapa nilainya?
Tergantung daerahnya. Ada daerah yang PJR (Polisi Jalan Raya) nya tidak keras, 10 ribu, 20 ribu, sudah mau. Tapi ada yang minta sampai 100 ribu, ngotot kalau nggak ditilang, ini yang repot. Pulang-pulang bisa nggak bawa uang, habis buat ngemel (memberi uang) PJR dan preman di jalan.
Jadi kami mohon untuk aturan ini ada kebijaksanaan atau dirubah aturannya. Jangan saklek. Mebel ini kan ekonomi rakyat juga.
Bisa ceritakan di mana saja kena pungli dan preman?
Keluar dari Jepara di jalan lingkar Demak ini sudah kena. Dan kenanya banyak, PJR nya keras. Seringnya 50 ribu. Tol Semarang 20-25 ribu. Keluar tol di Krapyak kena lagi. Kendal di jalan Lingkar Weleri kena lagi. Batang dan Pekalongan ini aman, jarang ada PJR yang minta-minta. Baru masuk Pemalang kena lagi. Tegal sebelum Wiradesa samai masuk Kota Tegal kena lagi dan ini paling mahal. Kalau apes kena PJR keras bisa kena 100-150 ribu. Cirebon, Pantura sampai Indramayu dan Subang 20-30 ribu. Cikampek sampai Jatiasih sekarang sudah aman. Tapi dari Jatiasing masuk Tangerang kena lagi 50-100 ribu. Sampai Merak kena lagi preman antrian. Naik kapal preman lagi. Lampung di pos polisi ini banyak istilahnya “danpol” orang kampung yang jaga pos polisi, 5-10 ribu.
ADVERTISEMENT
Mulai Sumatera ini isinya preman semua. Palembang Jambi harus cap preman, RNT 20-50 ribu, nanti ada cap JTR saat masuk Kayuagung mau masuk Palembang, 20 ribu lagi. Lampung Palembang juga ada cap Arema. Preman-preman ini banyak sekali kelompoknya, beda-beda cap.
Rasa-rasanya kalau dari cerita yang lebih senior enak jaman Pak Harto dulu, ikut Gajah Oling atau yang sejenisnya, pokoknya nggak setor-setor pungli dan preman lagi. Di jalanan aman.
Tapi bayar biaya bulanan kan kalau jaman Gajah Oling?
Lebih enak bayar bulanan, lebih jelas habis ongkosnya berapa. Kalau sekarang kan ajiannya yang penting berani. Intinya mikir anak istri di rumah. Jadi resiko apapun di jalan ya dihadapi. Yang penting kita orang kerja jujur saja, ngomong apa adanya sama PJR atau preman, mereka juga kadang mau ngerti. Jadi ya minta nggak banyak-banyak.
ADVERTISEMENT
Halangan apalagi di Jalan ?
Di jalan halangannya nggak tentu. Kalau lagi apes ya bisa srempetan, kecelakaan, ban bocor, mogok. Pokoknya dunia jalanan itu dunia yang keras. Hanya karena kepepet butuh saja kita mau nyopir. Dan nggak punya kemampuan lain juga. Ngertinya nyopir. Kita banyak berdoa saja ban tidak bocor di tempat-tempat sepi. Truk tidak ngadat. Karena kalau sampai molor waktu peningkatan pengeluarannya banyak, buat makan, buat rokok, buat jasa servis. Kita pulang bisa nggak bawa pulang atau malah kerja seminggu duit nggak dapat utangnya yang nambah.
Bagaimana dengan judi dan prostitusi di jalanan, itu kabarnya jadi budaya sopir truck yang membuat sopir truk kehabisan uang?
Semua tergantung orangnya. Nggak usah sopir truk di mana-mana juga bisa judi dan prostitusi. Cuma memang kadang kalau macetnya nggak ketulungan, atau mobil ngadat, nah itu antar sopir truk biasanya main judi kecil-kecilan untuk menghabiskan waktu. Prostitusi atau pijat di jalan itu ya tergantung orangnya. Kembali ke orangnya masing-masing. Mau mikir keluarga di rumah atau senang-senang sendiri di jalan.
ADVERTISEMENT
Sopir Truk terkenal dengan ungkapan, “mangane koyo rojo turune koyo gembel” ?
Itu ada benarnya. Kami kan nyopir capek butuh konsentrasi. Kalau soal makan memang maliter (mewah). Ayam ya dobel paha dan dada. Pokoknya yang enak-enak. Kalau nggak begini badan bisa drop. Dan biasanya memang memilih warung yang penjaga warungnya cantik, buat hiburan, capek bisa hilang kalau lihat orang cantik kan. Hahahaa..
Soal tidur ya memang kita sembarangan, bisa di bawah truk gelar tikar atau di atas bak, dimana saja yang penting kerasa nyaman. Kalau di dalam kabin kan panas dan nggak bisa selonjor. ( Wan Halen )