Berbagi Pengalaman 'Working Holiday Visa' di Australia

yovanka siahainenia
diplomat, pernah bertugas di RRT, pemerhati isu pendidikan anak, mental health dan kuliner
Konten dari Pengguna
20 Maret 2020 23:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari yovanka siahainenia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi mencari kesmepatan working holiday visa di Australia, foto: Seven Seas, Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mencari kesmepatan working holiday visa di Australia, foto: Seven Seas, Flickr
Di tengah ketakutan mengenai penyebaran Virus corona SARS-CoV-2 yang telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemik, saya memanfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan beberapa rekan yang tinggal di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Hampir semua rekan-rekan menjalani Working from Home (WFH), sebagaimana anjuran pemerintah setempat.
WFH juga merupakan bagian dari social distancing yang disarankan oleh para pakar kesehatan dunia guna menekan laju penyebaran viru Corona.
Namun demikian, banyak juga ternyata teman Indonesia yang tetap aktif bekerja saat ini, termasuk teman-teman di Australia pemegang Working Holiday Visa (WHV).
Pada kesempatan kali ini, saya akan melengkapi cerita mengenai WHV yang pernah saya share sebelumnya.
Saya berhasil menanyakan pengalaman teman-teman Indonesia yang sedang memanfaatkan WHV tahun ini di Australia.
Ada Delphine yang memilih bekerja di Melbourne, Alex yang sebelumnya di Sydney lalu pindah ke Darwin, dan Pricilla juga yang juga di Darwin.
ADVERTISEMENT
Ketiganya punya alasan yang berbeda mengapa tertarik mendaftar WHV dibandingkan jenis visa lainnya.
Ada yang memang ingin mempelajari dahulu Australia seperti apa, ada yang memang belum punya rencana kuliah, jadi cari pengalaman saja. Selain itu, ada juga yang suka karena tidak ada keterikatan jam kerjanya.
Nah, untuk lebih jelasnya, berikut beberapa info yang mereka share untuk teman-teman muda Indonesia yang tertarik untuk mencoba WHV:

1. Pengalaman berharga di masa muda

Baik Delphine, Alex, dan Priscilla, masing-masing punya goal setting. Akan tetapi secara umum, mereka ingin memanfaatkan peluang yang ada di masa mudanya untuk cari pengalaman dan dapat modal dengan cepat.
Pengalaman positif dari WHV adalah bahasa Inggris lebih lancar, berkenalan dengan banyak teman dari berbagai negara, bekerja dan berpindah-pindah di beberapa daerah menarik di Australia.
ADVERTISEMENT
Jadi ternyata, WHV dapat diperoleh hingga 1 tahun masa tinggal dengan aturan bekerja paling lama di suatu tempat selama 6 bulan, sebelum pindah ke tempat lain.
Ada juga teman-teman yang diperpanjang visanya dan bisa menikmati WHV lebih lama.
Asyik bukan? Jadi bisa berpindah-pindah untuk lebih mengenal wilayah Australia tanpa adanya ikatan terhadap apa pun/siapa pun.
Foto bersama rekan-rekan WHV dari berbagai negara, foto: koleksi pribadi narasumber

2. Penghasilan yang menjanjikan

Menimpali ucapan Delphine tentang mengumpulkan modal, saya menanyakan kisaran penghasilan yang diterima pemegang WHV.
Ternyata lumayan juga loh penghasilannya untuk para fresh graduate tersebut.
Secara umum upah bekerja dengan WHV di Australia cukup tinggi. Biasanya mereka dibayar dengan hitungan jam kerja, yaitu sekitar AUD18-25/jam.
Dalam seminggu bisa lebih dari AUD200/hari, tergantung berapa jam total bekerja, jenis pekerjaannya, dan di negara bagian mana bekerja.
ADVERTISEMENT
Alex misalnya, dia bercerita bahwa gajinya di Darwin lebih besar daripada di waktu masih di Sydney karena jenis pekerjaannya berbeda.
Berdasarkan informasi, umumnya WNI pemegang WHV bekerja di bidang hospitality, perkebunan, atau pertambangan.
Menikmati masa rehat bekerja di perkebunan, foto: koleksi pribadi narasumber

3. Cara mendapatkan pekerjaan

Mengorek lebih dalam dari para narasumber, kembali saya bertanya dari manakah mereka memperoleh informasi lowongan pekerjaan WHV.
Ternyata gak sulit mencarinya. Ada beberapa laman yang dapat diakses dan legal, yang pertama adalah group privat WHV Indonesia di Facebook. Kedua, melalui Gumtree, dan ketiga, melalui Seek.
Masih ada beberapa laman lowongan pekerjaan resmi WHV lainnya. Semua laman memberikan informasi yang cukup lengkap, bahkan termasuk gaji dan insentif yang bisa didapat.

4. Pengaturan antara waktu libur dan bekerja

Ketika pertama kali mengetahui mengenai skema WHV yang ditawarkan Pemerintah Australia, ada rasa ingin tahu yang besar dari ketiganya mengenai sistem kerja, termasuk pembagian waktu libur yang diberikan oleh penyedia kerja.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan ketiga narasumber ternyata cukup fleksibel pengaturannya. Tergantung mekanisme bekerja yang mana yang dipilih.
Ada 3 jenis mekanisme bekerja yang bisa dipilih, yaitu full time , casual, dan part time worker. Untuk full time worker, berarti jam kerja adalah 38 jam/minggu. Umumnya mereka bisa mendapatkan libur. Untuk yang casual worker, mereka tidak memiliki keterikatan waktu kerja dengan perusahaan tempat bekerja. Artinya, waktu kerja mereka lebih longgar.
Ketiga pemegang WHV yang masih melenial ini lebih memilih menjadi casual worker. Dengan pilihan ini, mereka memiliki 2 minggu waktu untuk bekerja serta 1 minggu libur.
Waktu berlibur digunakan bertamasya dengan teman-teman internasional, foto: koleksi pribadi narasumber
Mengapa menjadi Working Hard Visa? Karena tidak sedikit pemegang WHV lebih memilih untuk lebih banyak bekerja dan tidak memanfaatkan kesempatan berlibur.
ADVERTISEMENT
Hal ini semata-mata karena ingin memaksimalkan masa tinggal untuk mengumpulkan tabungan lebih banyak sebagai modal untuk kembali ke Tanah Air.
Sebagai refreshing biasanya para pekerja keras tersebut memanfaatkan waktu senggang hanya dengan berolahraga.
Bekerja keras tanpa lupa berolahraga, Foto: Koleksi pribadi narasumber

5. Kesan dan Pesan Pemegang WHV

Delphine, Alex, dan Priscilla mengakui bahwa pengalaman bekerja dan berlibur selama di Australia sangat menyenangkan. Sesuatu yang baiknya juga bisa dimanfaatkan oleh generasi milenial.
Hal yang sangat membekas dan merupakan salah satu pengalaman berharga buat ketiganya adalah bisa menikmati kehidupan yang seimbang antara bekerja dan menikmati liburan sambil belajar menjadi pribadi yang mandiri.
Menikmati work-life balance selama berada di Australia, foto: koleksi pribadi narasumber
Delphine, Alex dan Priscilla bersyukur mendapatkan pengalaman berharga di masa mudanya. Bagi generasi milenial, jangan pernah ragu untuk mengikuti jejak yang diambil oleh Delphine, Alex, dan Priscilla.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana ungkapan "In the end, we only regret the chances we didn't take", manfaatkan kesempatan yang ada. Hal yang perlu mendapat perhatian bagi teman-teman yang sudah mendapatkan WHV adalah jangan sungkan untuk mencari informasi.
Misalnya dengan bergabung dalam komunitas WHV Indonesia serta menggali informasi dari mereka yang sedang atau telah mengikuti program WHV. Bagi yang ingin mendapatkan informasi sukses bekerja di Australia, bisa juga membaca tulisan teman saya, Banga.