Momen Lebaran, Silaturahmi, dan Wisata

Yovita Lambang Isti
ASN Badan Riset dan Inovasi Nasional
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 18:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yovita Lambang Isti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Momen lebaran Idulfitri tahun ini disambut suka cita oleh seluruh umat muslim di Indonesia. Tradisi lebaran Idulfitri tentu erat kaitannya dengan mudik atau pulang kampung. Sebelum pemerintah memberikan izin cuti bersama dan cuti tahunan. Saya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) belum memutuskan untuk pulang kampung ke kota Ngawi, Jawa Timur. Hal ini, dikarenakan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat lebaran dan liburan di sana.
ADVERTISEMENT
Setelah pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yang mengatur perubahan hari libur nasional dan cuti bersama 2022. Akhirnya, saya baru memutuskan untuk pulang kampung. Perjalanan diawali dari Bogor menuju Cirebon, kota kelahiran suami. Selain silaturahmi ke tempat saudara, kami juga wisata ke beberapa tempat, seperti Bukit Candi Lawang Saketeng, Benteng Van den Bosch, Jembatan Suramadu dan Pantai Lombang .
Bukit Candi Lawang Saketeng di Majalengka
Hamparan hijau di Bukit Lawang Saketeng (Dok. Pribadi)
Alhamdulillah, perjalanan lancar dan selamat sampai di Cirebon. Tempat wisata yang kami kunjungi, yaitu Bukit Candi Lawang Saketeng di Kabupaten Majalengka. Bukit Candi Lawang Saketeng menyuguhkan keindahan alam perbukitan dengan suasana yang tenang dan nyaman. Perbukitan ini menyuguhkan pemandangan alam berupa terasering menawan. Terasiring yang menghijau oleh tanaman sayur mayur, bawang merah dan bunga. Di sana telah tersedia spot panggung untuk menyaksikan pemandangan alam yang luas dan menikmati kecantikan sunrise maupun sunset.
ADVERTISEMENT
Setelah melaksanakan shalat idulfitri, kami melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur untuk bersilaturahmi dan wisata. Pemandangan dan perjalanan sepanjang jalan dari Cirebon menuju Ngawi menyenangkan, kami dapat menikmati hijaunya sawah, lebarnya sungai dan luasnya kebun singkong.
Sampai di kota kelahiran saya, Ngawi. Selanjutnya kami bersilaturahmi dengan kerabat keluarga dan berkunjung ke Benteng Van Den Bosch yang dikenal dengan Benteng Pendem, benteng peninggalan penjajah Belanda.
Benteng Van den Bosch di Ngawi
Kokohnya tembok Benteng Van den Bosch (Dok. Pribadi)
Benteng Pendem diberi nama Van den Bosch yang merupakan nama Gubernur Jenderal ke-43 Hindia Belanda, yakni Johannes Graaf van den Bosch. Posisi tanah di sekitarnya lebih tinggi dari posisi bangunan. Sehingga benteng bersejarah tersebut disebut juga dengan Benteng Pendem.
Hingga saat ini sisa-sisa kekuatan Benteng Van Den Bosch masih terlihat. Tembok dan tiang-tiang penyangganya masih berdiri kokoh. Hal ini, dapat tergambarkan dari bangunan Benteng Van Den Bosch yang dibangun sebagai pusat pertahanan pada waktu pemerintahan Belanda di wilayah Madiun dan sekitarnya dalam Perang Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Setelah dari di Ngawi, kami bersilaturahmi ke Malang rumah saudara. Perjalanan menuju Kota Apel melalui tol trans Jawa dapat kami tempuh selama 3 jam dengan kondisi lalu lintas ramai lancar. Sebelum ada tol ini perjalanan Ngawi ke Malang bisa di capai dalam waktu 8 jam.
Sampai di Kota Apel kekhasan hawa sejuk dapat langsung kita nikmati beserta kehangatan kuliner khas kota ini yaitu Bakso Malang, Rawon dan Soto Daging. Perpaduan yang pas antara hawa yang dingin dan kehangatan kulinernya.
Kami melanjutkan silaturahmi ke kota Sumenep, Madura untuk berjumpa keluarga yang hampir sepuluh tahun tidak bertemu, dikarena pandemi. Dengan hati yang gembira dan niat yang tulus kami berangkat menuju kota Sumenep, Madura.
ADVERTISEMENT
Jembatan Suramadu
Dengan hati yang tidak sabar, kami menuju Madura untuk menyeberang Jembatan Suramadu yang fenomenal, jembatan diatas laut yang melintasi Selat Madura sepanjang 5,5 Km. Suramadu merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini yang terdiri terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).
Perjalanan menuju rumah saudara di Sumenep melewati beberapa kota yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep tempat kota tujuan. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan pantai, masjid yang megah, pasar ikan dan pabrik garam, pemandangan khas Pulau Madura.
Cuaca yang panas terik dan lalu lintas yang padat merayap tidak menyurutkan kami melanjutkan perjalanan ini yang pernah kita lalui 30 tahun yang lalu. Setelah 10 jam dalam perjalanan sampailah kami di kota Sumenep, tempat tinggal saudara yang sudah lama tidak bertemu. Rasa haru dan gembira menyelimuti pertemuan dan kedatangan ini. Suguhan makanan khas Pulau Madura yang lezat dapat kami nikmati, seperti ikan cakalang, lorjuk dan rawon Madura.
ADVERTISEMENT
Pantai Lombang di Sumenep
Semilir angin di Pantai Lembang (Dok. Pribadi)
Esok harinya kami bepergian ke salah satu pantai yang sangat terkenal dan unik di Sumenep, Pantai Lombang. Perjalanan menuju pantai memakan waktu sekitar 40 menit dengan jarak tempuh 30 Km. Sepanjang perjalanan pagi kami disuguhi pemandangan hutan dan aktivitas masyarakat Madura. Sesampainya di pantai ini saya teringat 30 tahun yang lalu pernah bermain air disini. Pantai yang tidak banyak berubah, tenang airnya, landai ombaknya, lembut dan putih pasirnya yang dikelilingi pohon cemara udang.
Pohon cemara udang dilindungi oleh pemerintah daerah setempat, pengunjung tidak diizinkan untuk membawa pulang karena tanaman ini termasuk tanaman endemi di daerah ini. Pantai Lombang dikelilingi oleh pohon cemara udang dengan tinggi rata- rata 4 m. Pohon cemara udang sesuai dengan namanya karena posisi membungkuk menyerupai udang.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pepohonan ini membuat suasana di pantai semakin sejuk dengan semilir angin dan udara yang segar. Ombak yang berada dipantai Lombang ini tidak begitu besar, sehingga tidak berbahaya untuk berenang maupun bermain air. Tak lupa kami menikmati kuliner khas pantai yaitu minuman air kelapa murni.
Kuliner dan Oleh-oleh Khas di Setiap Kota
Lebaran, Silaturahmi, dan Wisata belum usai, kami lanjutkan ke Tulung Agung dan Kota Kediri. Di dua kota tersebut kami berkunjung ke sanak saudara yang di sana setelah 2 tahun kami tidak dapat mudik untuk menjumpai mereka. Seperti kota lain di Indonesia Tulung Agung dan Kediri memiliki kehasan kuliner yang hampir sama yaitu ayam lodho, soto dan nasi pecel.
ADVERTISEMENT
Setiap kota yang kami singgahi tak lupa kami mencicipi kuliner dan belanja oleh-oleh khas daerah tersebut, berawal dari kota Cirebon memiliki kuliner andalan empal gentong dan oleh-oleh khas batik tulis motif pesisir. Di kota kelahiran saya, Ngawi. Saya sangat puas menikmati makanan khas nasi pecel madiun dan tak lupa membeli buah tangan yaitu keripik tempe. Dari kota Malang saya mendapat oleh-oleh khas yaitu kripik buah apel. Oleh-oleh khas dari Madura juga kami terima dengan senang hati yaitu lorjuk, kerupuk udang dan petis.
Momen lebaran, silaturahmi, dan wisata perjalanan 10 hari, kami niatkan untuk menyambung silaturahmi, semoga mendapat barakah serta pahala yang besar dari Allah. Alhamdulillah perjalanan pulang kami ke Bogor diberikan kelancaran dan keselamatan hingga kami dapat kembali melanjutkan aktivitas.
ADVERTISEMENT