Konten dari Pengguna

Pelajaran Kesejahteraan Hewan dari Mahasiswa Malaysia di Surabaya

Yow Yan Xin
Hey, I'm Yow Yan Xin, a first-year Vet Med student at Universitas Airlangga! From Malaysia, I'm all about helping animals live their best lives. I'm on a mission to learn, grow, and make a pawsitive impact. Let's make the world kinder for animals!
8 Desember 2024 12:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yow Yan Xin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai IUP mahasiswa yang belajar kedokteran hewan di Surabaya, saya mendapatkan wawasan unik tentang perlakuan terhadap hewan di kedua negara, Malaysia dan Indonesia. Berasal dari Malaysia, di mana anjing liar sering berkeliaran di jalanan di komunitas saya, saya sudah akrab dengan kompleksitas masalah kesejahteraan hewan. Di beberapa daerah, pihak berwenang setempat telah menerapkan langkah-langkah pengendalian populasi anjing liar, yang menimbulkan kekhawatiran etis tentang bagaimana kita memandang dan menangani makhluk yang rentan ini. Pengalaman ini menyoroti hubungan yang rumit antara keyakinan budaya, faktor ekonomi, dan kebijakan kesejahteraan hewan di kedua negara.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, terutama di tempat-tempat dengan gunung berapi terkenal, hewan memainkan peran penting dalam industri pariwisata. Misalnya, di tempat wisata populer seperti Gunung Bromo, kuda digunakan untuk mengangkut pengunjung ke titik pemandangan yang indah. Meskipun hal ini mencerminkan faktor budaya dan ekonomi yang membentuk perlakuan terhadap hewan, ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang tuntutan yang dibebankan pada hewan-hewan ini, yang sering kali mengakibatkan pengabaian dan perawatan yang tidak memadai, terutama selama musim wisata yang sibuk.
Seekor kuda kerja terbaring, kemungkinan karena kelelahan akibat terlalu banyak bekerja atau dehidrasi. (By Yow Yan Xin)
zoom-in-whitePerbesar
Seekor kuda kerja terbaring, kemungkinan karena kelelahan akibat terlalu banyak bekerja atau dehidrasi. (By Yow Yan Xin)
Tantangan kesejahteraan hewan melampaui masalah anjing liar dan kuda pekerja di Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia, praktik peternakan intensif telah menimbulkan keprihatinan besar. Pembiakan unggas yang intensif sering kali menghasilkan kondisi yang penuh sesak dan tidak higienis, yang menyebabkan masalah kesehatan dan tingkat kematian yang tinggi di antara burung. Organisasi hak-hak hewan telah melaporkan situasi-situasi ini, mendesak agar standar perlakuan yang lebih manusiawi diterapkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perdagangan satwa liar merupakan masalah serius di kedua negara. Malaysia berfungsi sebagai titik transit untuk perdagangan satwa liar ilegal, mengancam spesies seperti beruang madu dan trenggiling akibat perburuan liar dan perusakan habitat. Di Indonesia, perdagangan hewan peliharaan ilegal terus membahayakan satwa liar asli, dengan hewan seperti orangutan ditangkap untuk penggunaan pribadi atau dijual di pasar. Para aktivis menekankan pentingnya penegakan hukum perlindungan satwa liar yang lebih ketat untuk menangani masalah ini dan melestarikan keanekaragaman hayati.
Praktik perawatan hewan juga sangat dipengaruhi oleh adat budaya. Beberapa festival di Malaysia, seperti "Pesta Penjaja" tahunan, melibatkan penggunaan hewan untuk tujuan hiburan, yang sering kali bertentangan dengan standar kesejahteraan modern. Di Indonesia, pengorbanan hewan dilakukan dalam beberapa upacara tradisional, menyebabkan perdebatan yang berkelanjutan tentang hak-hak hewan dan warisan budaya.
ADVERTISEMENT
Tantangan lain di kedua negara adalah akses terbatas ke perawatan hewan untuk hewan peliharaan dan hewan pekerja. Di daerah pedesaan, layanan kesehatan hewan mungkin langka, yang mengakibatkan penyakit dan cedera yang tidak diobati. Organisasi seperti Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia berupaya memperluas layanan kesehatan hewan, tetapi masih ada kesenjangan yang signifikan dalam memastikan bahwa semua hewan menerima perawatan yang memadai.
Karena mayoritas penduduk Malaysia dan Indonesia beragama Islam, ajaran Islam memiliki pengaruh besar pada bagaimana hewan diperlakukan. Di Malaysia, praktik penyembelihan halal dimaksudkan untuk memastikan perlakuan hewan yang manusiawi, tetapi anjing liar seringkali terabaikan. Pandangan keagamaan tentang anjing dapat memperumit upaya untuk mempromosikan kesejahteraan mereka, yang berkontribusi pada masalah pengabaian dan pengendalian populasi yang terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
Demikian pula, di Indonesia, sementara praktik halal membimbing perlakuan terhadap hewan pangan, hal ini mungkin tidak berlaku untuk hewan pekerja. Kuda, meskipun penting untuk pariwisata, dapat mengalami pengabaian, terutama selama musim sibuk ketika perawatan mereka diabaikan. Menyeimbangkan manfaat ekonomi dengan perlakuan manusiawi tetap menjadi tantangan yang membutuhkan perhatian dari pihak berwenang dan masyarakat umum.
Meskipun undang-undang kesejahteraan hewan di kedua negara telah berkembang, penegakannya masih tidak konsisten. Undang-undang Kesejahteraan Hewan Malaysia tahun 2015 memperkenalkan hukuman untuk kekejaman dan menekankan tanggung jawab pemeliharaan hewan peliharaan. Namun, masalah seperti pengendalian populasi anjing liar tetap ada, yang berarti lebih banyak pendidikan publik diperlukan dan undang-undang ini perlu ditegakkan secara efektif. Di Indonesia, Undang-Undang Kesejahteraan Hewan tahun 2014 bertujuan melindungi hewan dari kekejaman, namun penerapannya menghadapi banyak kendala, terutama di kawasan pariwisata di mana pengawasan kurang.
ADVERTISEMENT
Pengalaman saya belajar di Surabaya telah membuat saya menyadari kompleksitas budaya yang mengelilingi kesejahteraan hewan. Cara hewan diperlakukan di Malaysia dan Indonesia menjadi pengingat bahwa perawatan hewan perlu didekati dengan lebih banyak kasih sayang.
Seekor anjing liar yang menggemaskan yang saya temui di Malaysia. (By Yow Yan Xin)
Seiring meningkatnya kesadaran tentang masalah kesejahteraan hewan, potensi perubahan positif juga tumbuh. Advokasi dan pendidikan publik dapat mendorong praktik yang lebih manusiawi yang menguntungkan hewan dan masyarakat yang bergantung pada mereka. Menyaksikan tantangan-tantangan ini secara langsung telah memperkuat keyakinan saya bahwa hewan harus diperlakukan dengan hormat dan bermartabat. Semua hewan, termasuk anjing liar dan kuda pekerja, pantas dipandang lebih dari sekadar alat untuk mencari keuntungan. Mereka adalah makhluk yang memiliki perasaan yang memerlukan perhatian dan perlindungan dari kita.
ADVERTISEMENT