Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perkembangan Hilirisasi Nikel Berbasis Industri Smelter di Kawasan IMIP
14 Maret 2022 20:57 WIB
Tulisan dari Yozi Yusandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Nikel merupakan salah satu bahan utama dari pembuatan stainless stell, campuran besi baja, rangka otomotif, pelapis anti karat, elektronik dan konstruksi. Disisi lain, nikel kerap digunakan sebagai pembuatan baterai sekunder. Beberapa jenis baterai yang paling sering digunakan adalah Nickel Metal Hidrida (NiMH) dan Lithium-ion (Li-ion) Nickel-Cadmium (Ni-Cd). Baterai ini merupakan bahan dasar nikel untuk keperluan energi peralatan elektronik.
ADVERTISEMENT
Demi mendukung pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, salah satu strategi utama yang digunakan adalah mengembangkan koridor-koridor ekonomi melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap pulau/kepulauan dengan mengembangkan klaster industri berbasis sumber daya alam.
Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan kawasan ekonomi yang menjadi fokus untuk dikembangkan khususnya sumber daya dan cadangan tambang nikel yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi selain Maluku Utara dengan potensi yang cukup besar. Kehadiran industri smelter nikel di wilayah Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Morowali di satu sisi akan membuka peluang bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyerapan tenaga kerja melalui pembangunan pabrik pemurnian nikel. Tetapi di sisi lain, diperlukan keseriusan untuk pengadaan infrastruktur dan kelayakan dalam menunjang proses keberlanjutan kedepan. Kekayaan mineral nikel di Provinsi Sulawesi Tenggara diharapkan mampu menjadi penggerak bagi pengembangan ekonomi kedepan. Disisi lain, Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan bagian penting dalam pembangunan suatu negara, provinsi, kabupaten/ kota untuk menghadapi persaingan yang ada sekarang, dimana perubahan perlu mempertimbangkan berbagai aspek sumber daya yang dimiliki diantaranya aspek internal, sosial, dan pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Smelter merupakan pabrik pengolahan atau pemurnian hasil tambang menjadi produk jadi. Berdasarkan laporan Kementerian ESDM pada tahun 2020, Indonesia termasuk negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia dengan total 72 juta atau hampir 52% dari total di dunia. Beberapa cadangan nikel ini tersebar hampir 90% di wilayah Sulawesi Tenggara, Tengah, Selatan dan Maluku Utara serta 70% kebutuhan nikel digunakan untuk pembuatan stainless steel di Indonesia. disisi lain, Stainless steel merupakan produk akhir yang menyumbang sekitar 60% permintaan nikel dunia.
Salah satu kawasan smelter nikel di Indonesia adalah PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang berlokasi di morowali, sulawesi tengah. IMIP mengelola kawasan industri berbasis nikel dengan rantai industri terpanjang di dunia yang memiliki produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon steel. Disamping itu, industri pendukungnya terdapat coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, pelabuhan serta bandara.
ADVERTISEMENT
IMIP memiliki luas kawasan sebanyak 2000 hektar dan akan terus bertumbuh seluas 4000 hektar dengan terus masuknya berbagai investasi di kawasan. Disamping itu, IMIP juga menjadi produsen stainless steel satu-satunya di Indonesia dengan total produksi lebih dari 3 juta ton atau 6.6% dari produksi dunia. Secara kebutuhan nickel ore laterit pada tahun 2018 yaitu sebesar 15 juta ton, meningkat 21 juta pada tahun 2019 dan pada tahun 2023 kebutuhannya meningkat sebesar 27 juta ton. Disisi lain produksi nikel murni kawasan IMIP terus bertumbuh tiap tahun dengan total 180 ribu ton pada tahun 2018 dan meningkat menjadi 272 ribu ton pada tahun 2019 serta target pada tahun 2023 mencapai jumlah produksi sebesar 500 ribu ton.
ADVERTISEMENT
Rantai produksi dari hulu hingga hilir di kawasan IMIP terbagi menjadi dua bagian yaitu basis NI dan FE dengan di fasilitasi oleh beberapa pabrik pengolahan yang terintegrasi diantaranya pabrik ferronickel, coking, ferrochrome, ferrosilicon, kapur, mangan, blast furnance, asam, pyroelectric, stainless steel, hot rolling, HAPL dan CRP sebelum menjadi output akhir berupa slab, black coil, white coil dan 2B coil.
Prospek Kedepan
Secara dampak kawasan IMIP memiliki kontribusi terhadap nilai ekspor sebesar USD 5.85 miliar pada tahun 2018, USD 6.6 miliar pada tahun 2019 dan proyeksi pada tahun 2023 yaitu sebesar USD 11.6 miliar. Sedangkan terhadap nilai pajak berkontribusi sebesar USD 276 juta pada tahun 2018, USD 330 juta pada tahun 2019 dan memiliki proyeksi sebesar USD 580 juta pada tahun 2023. Fasilitas yang tersedia di kawasan cukup menunjang dimana tersediannya sarana transportasi, tempat ibadah, perumahan/mess, klinik dll.
ADVERTISEMENT
Kehadiran industri smelter nikel di Indonesia yang diolah menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah lebih dan telah menjadi wajah baru terhadap pengembangan pengolahan bijih nikel di Indonesia. Berdirinya berbagai industri nikel yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia terkhususnya wilayah morowali menjadi prospek jangka panjang kedepan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang harus mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
Berdasarkan data World Top Export, saat ini Indonesia menempati peringkat 1 dunia diatas negara Zimbabwe dan Filipina dengan total ekspor senilai US$1,63 miliar pada tahun 2020 untuk produk berbasis nikel seperti stainless steel slab, stainless billet dan stainless steel coil.
Ketergantungan terhadap nikel dalam berbagai industri membuat harga nikel dunia melonjak naik hampir empat kali lipat dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir. Berdasarkan laporan London Metal Exchange (LME) dalam beberapa bulan terkahir ini harga nikel dunia melonjak hingga menembus USD 100 ribu perton. Hal ini disebabkan karena meningkatnya permintaan baja tahan karat, industri baterai, serta berkurangnya pasokan di dunia. Dewasa ini, langkah invansi yang dilakukan rusia terhadap ukraina telah membuat rantai pasokan nikel dunia berkurang karena adanya sanksi berat yang diberlakukan negara barat terhadap negara rusia. Padahal rusia memasok 10 persen nikel dunia dan nornickel rusia merupakan pemasok 15-20 persen nikel grade baterai terbesar di dunia. disisi lain, Ukraina adalah produsen baja terbesar ke-14 di dunia yang menghasilkan 21,4 juta metrik ton (Mm/t) baja pada tahun 2021, dimana 80% di antaranya diekspor ke berbagai negara. Rusia dan Ukraina merupakan eksportir utama baja setengah jadi dalam bentuk slab dan billet. Lonjakan harga berbagai produk baja ini diperkirakan akan segera meluas ke seluruh negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Disisi lain, ini menjadi peluang dan kesempatan bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksi produk turunan nikel yang berkualitas tinggi dalam menarik permintaan dalam negeri maupun untuk diekspor ke luar negeri dalam memenuhi permintaan dunia, ditambah lagi terbukanya pasar ekspor baja nirkarat dan baja karbon ke berbagai kawasan di asia tenggara, china dan negara-negara yang melakukan hubungan bilateral dengan Indonesia.
Konsistensi dalam membangun industri smelter nikel di Indonesia menjadi kewajiban yang mutlak dalam mewujudkan kemandirian ekonomi terhadap kawasan yang memiliki sumber daya alam khusus seperti halnya nikel di Kabupaten Morowali. Disamping itu, pemerintah perlu memperhatikan kelayakan dan dampak dari hadirnya industri tersebut. Disisi lain, penyerapan tenaga kerja lokal harus menjadi fokus utama di dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi. Transformasi pengetahuan dan keahlian dari tenaga kerja asing (TKA) ke lokal harus secepatnya dilakukan sehingga ketergantungan terhadap TKA dapat dikurangi, apalagi hanya mengisi pekerjaan kasar yang dapat dilakukan oleh tenaga kerja lokal. Kedepan harapannya dari hadirnya industri smelter nikel di Indonesia bukan hanya memberikan dampak terhadap peningkatkan output dan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional, lebih dari itu seharusnya dapat membawa dampak positif terhadap peningkatan daya saing tenaga kerja, indeks pembangunan manusia, taraf hidup masyarakat dan penurunan kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Dampak Terhadap Sektor Ekonomi
Perkembangan industri di Kabupaten Morowali telah berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Morowali. hal ini bisa dilihat dari laju pertumbuhan PDRB yang sangat pesat di sektor-sektor tertentu. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat laju pertumbuhan PDRB pada rentang tahun 2018 sampai 2020. Laju pertumbuhan PDRB mengalami peningkatan setiap tahun, dimana data pada tahun 2018 meningkat sebesar 12,40%, tahun 2019 sebesar 14.51%, dan pada tahun 2020 yaitu sebesar 28.93%. Pertumbuhan sektor ekonomi tertinggi pada tahun 2020 dicapai oleh industri pengolahan sebesar 35.72%, Pertambangan dan Penggalian sebesar 34.40% serta Jasa Keuangan dan Asuransi 13.23%. Tingginya laju pertumbuhan sektor-sektor tersebut diakibatkan adanya peningkatan output industri smelter nikel di kawasan IMIP serta beberapa perusahaan industri smelter nikel di Kabupaten Morowali yang dapat menyumbangkan nilai tambah perekonomian di sektor pertambangan dan industri pengolahan serta jasa keuangan dan asuransi. Sedangkan, pada sektor pertanian mengalami pertumbuhan PDRB yang rendah hingga turun mencapai -2.76% pada tahun 2020.
Tingginya pertumbuhan sektor pertambangan dan pengolahannya dibandingkan sektor petanian dikarenakan adanya sumberdaya alam berupa nikel yang cukup besar di kawasan morowali sulawesi tengah, hal ini menjadikan sektor pertanian kurang kompetitif dan komperatif dalam bersaing dengan sektor-sektor tersebut. Tetapi, sektor pertanian tidak bisa ditinggalkan begitu saja karena sektor ini mempunyai peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat setempat. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk terus mempertahankan sektor pertanian atau sektor lain untuk terus dikembangkan bukan hanya terfokus dan bertumpu untuk memanfaaatkan sumberdaya alam yang memang potensial tetapi juga non potensial. hal ini dimaksudkan jika nantinya sumber daya alam tersebut sudah mulai menipis atau menurun kuantitasnya, pemerintah dapat beralih memanfaatkan sumber daya lain menjadi keunggulan daerah tersebut sehingga roda perekonomian masyarakat tetap terus berjalan dan menghasilkan PDRB yang terus tumbuh tiap tahun.
ADVERTISEMENT
Kondisi Perdagangan
Mengeliatnya industri smelter nikel di indonesia telah membuka peluang baru dalam meningkatkan perdagangan serta menjadi sektor yang perlu mendapat perhatian penuh oleh pemerintah. Berdasarkan laporan The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Pada semester I tahun 2020 menunjukkan bahwa neraca perdagangan baja nasional mengalami defisit sebesar USD 884 juta atau turun 63% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 2.047 juta sedangkan pada semester I tahun 2021 mengalami kenaikan impor baja yang menembus angka 6,5 juta ton atau meningkat 12,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh permintaan baja domestik turun jauh lebih besar dibandingkan dengan pengurangan impor sehingga produsen baja domestik hanya dapat beroperasi pada tingkat utilisasi sekitar 20-40%. Kondisi ini pula yang kemudian mendorong kegiatan ekspor yang tercermin dari peningkatan volume dan nilai ekspor untuk berbagai jenis produk baja.
ADVERTISEMENT
Tingginya produk baja impor di pasar dalam negeri tidak hanya akan mengancam keberlangsungan produsen baja nasional tetapi hal ini akan menghambat perkembangan industri smelter nasional, bahkan akan menyebabkan Indonesia menjadi sangat tergantung pada produk impor dan tidak sesuai dengan upaya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Lemahnya implementasi dari aturan pengendalian impor yang diatur dalam kebijakan tata niaga impor (Persetujuan Impor/PI) hanya dapat mengendalikan impor baja dari sisi volume tetapi tidak bisa mempengaruhi struktur harga baja impor yang masuk. Maka dari itu, pemerintah perlu menyusun kebijakan soluktif yang lain dalam keberpihakan kepada produsen lokal seperti pemberlakuan Non Tarif Measures seperti penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun Tarif Measures yakni Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Kebijakan pemberlakuan BMAD merupakan instrumen yang banyak digunakan oleh negara-negara produsen baja dunia untuk melindungi industri dalam negeri seperti negara Uni Eropa, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Disisi lain, pemberlakuan SNI secara wajib untuk seluruh produk baja dari hulu hingga hilir dapat diberlakukan kepada produk baja baik yang diproduksi dalam negeri maupun impor sesuai yang diatur pada pasal 120 Undang-Undang nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. Pengenaan BMAD dan SNI harapannya dapat menjadi solusi alternatif dalam menjaga produksi smelter nikel Indonesia agar terus berkembang dan berdaya saing di kancah nasional maupun gobal.
Pemerintah Indonesia perlu memberi perhatian terhadap investasi industri baja nasional melalui kebijakan yang berpihak dan saling terintegrasi dan memperhatikan PP Nomor 28 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian dan PP Nomor 29 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan. Instrumen kebijakan tersebut dapat digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan produk impor secara lebih merata dengan mempertimbangkan kemampuan produksi dalam negeri. Hal ini dimaksudkan agar produsen lokal dapat meningkatkan efesiensi serta daya saing terhadap produk-produk impor. Masa depan industri smelter nikel Indonesia bergantung pada tepatnya aturan dan implementasi yang nyata dari pemerintah untuk membangun industri smelter dalam negeri yang berdaya saing tinggi sehingga kemandirian baja nasional dapat terwujud.
ADVERTISEMENT