Konten dari Pengguna

Maraknya Pemanfaatan Kertas Berdampak Terhadap Lingkungan

Yopi Sanjaya
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
2 Agustus 2023 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yopi Sanjaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemanfaatan catatan kertas. Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemanfaatan catatan kertas. Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penggunaan kertas ternyata telah menjadi kebutuhan bagi manusia. Hal ini karena kertas dapat diperlukan menjadi media menulis maupun pencetakan. Misalnya berupa uang, dokumen, buku, packaging produk, dan sebagainya. Selain itu dalam sejarahnya, kertas mengambil bagian penting bagi peradaban manusia. Oleh karena itu, manusia hidup dalam ketergantungan kertas. Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian bahwa produksi kertas di Indonesia telah mencapai 18,26 juta ton kertas per tahun. Hal inilah yang membuat Indonesia bertengger di peringkat keenam dunia. Bahkan, produksi kertas ini menjadi andalan barang ekspor bagi Indonesia. Hal ini karena bisa menghasilkan devisa sejumlah USD 7,5 Milliar pada tahun 2021. Namun, apa benar penggunaan kertas dapat berdampak buruk terhadap lingkungan ?
ADVERTISEMENT

Dampak Pemanfaatan Kertas

Ilustrasi pemanfaatan kertas. Sumber: Pexels.com
Meskipun sudah memasuki era digitalisasi, kebutuhkan kertas diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang. Perlu diketahui bahwa bahan baku kertas berasal dari pohon yang berusia 5 hingga 10 tahun. Semakin banyak kertas yang dibutuhkan, maka semakin banyak pula pohon yang akan dideforestasi. Walaupun kebutuhan kertas setiap hari akan meningkat, belum tentu pohon yang siap tebang bisa memenuhi permintaan produksi karena jangka waktunya hampir memakan puluhan tahun. Dikutip dari World Wide Fund for Nature (WWF) bahwa sebesar 30 hingga 40% dari secara keseluruhan kayu industri global digunakan untuk memenuhi permintaan produk berbasis kertas. Adanya deforestasi ini ternyata bisa merugikan ekosistem. Hal ini pun tentunya akan menimbulkan kepunahan flora dan fauna mulai terancam karena kehilangan habitatnya. Bahkan dengan adanya deforestasi hutan ternyata memicu percepatan pemanasan global karena penyerapan gas CO2 (Karbon dioksida) berkurang. Walaupun banyak industri yang berkomitmen untuk membuat proyek reboisasi, tetapi seringkali tidak berkelanjutan sehingga keanekaragaman hayati pun terganggu.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, adapun dampak dari penggunaan kertas sekali pakai. Misalnya penggunaan kertas nasi yang berlebihan oleh masyarakat sebagai pembungkus makanan. Kertas nasi ini biasanya dijual di toko plastik. Biasanya kertas nasi ini dipergunakan oleh warung makan sebagai pembungkus makanan. Kertas nasi dianggap penggunaannya praktis karena sifatnya yang tahan minyak pula. Namun pemanfaatan kertas ini hanya dipergunakan sekali pakai.
Pemanfaatan kertas seperti itu akan mengakibatkan meningkatnya sampah kertas. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) tahun 2020, mengungkapkan bahwa sampah kertas yang dihasilkan sebanyak 12 % dari sampah sejumlah 34,5 ton. Sementara itu, sejumlah 43% limbah kertas masih belum terkelola. Mayoritas sampah kertas berakhir menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), tetapi pengelolaannya kurang optimal. Hal ini tentunya akan mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan.
Ilustrasi sampah kertas. sumber: Pexels.com
Walaupun sampah kertas sebenarnya mudah terurai dengan tanah, tetapi dalam proses penguraiannya bisa memerlukan waktu selama 3-6 bulan. Hal ini karena tergantung kondisi tanahnya yang dipijaki kertas tersebut. Apabila makin banyaknya tumpukan kertas di tanah, maka akan mengakibatkan kondisi tanah menjadi gersang. Kemudian, kertas yang berada di dalam tanah bisa menghambat penyerapan air untuk tanaman. Oleh karena itu menjadikan tanaman akan mudah layu dan dapat mematikan mikroba penyubur tanah.
ADVERTISEMENT

Cara Menanggulangi Penggunaan Kertas Secara Berlebihan

Ilustrasi Paperless Culture. Sumber: Pexels.com
Pada pemanfaatan kertas harus secara hemat dan bijak. Adapun berbagai cara agar kita dapat menghemat penggunaan kertas. Misalnya kita dapat menerapkan paperless culture di kehidupan sehari - hari. Paperless culture adalah suatu upaya untuk memberlakukan gaya hidup dalam mengurangi penggunaan kertas secara bertahap. Hal ini untuk mendorong manusia untuk beralih dari kertas ke bentuk file digital. Budaya inipun diyakini dapat menghemat pengeluaran biaya, menumbuhkan produktivitas, menghemat ruang, melindungi lingkungan, dan sebagainya. Konsep itupun bisa diperluas hingga ke kehidupan sehari - hari. Misalnya dari contoh kecil ketika kita ingin mengirim dokumen bisa melalui e-mail. Selain itu, apabila kita ingin berkorespondensi dengan orang lain dapat melalui chatting ataupun electronic memo.
ADVERTISEMENT
Adapun penerapan paperless culture di bidang pendidikan dengan memanfaatkan e-learning atau Learning Management System (LMS), google classroom, dan sebagainya. Peserta didik apabila ingin mengirim hasil tugasnya yang berupa dokumen hanya bisa melalui aplikasi tersebut. Penggunaan ini dianggap praktis dan efektif, tetapi belum tentu efisien. Selain itu, jika kita ingin membaca dan menggali informasi bisa melalui website dan penggunaan e-book pada aplikasi ipusnas. Hal inilah yang akan menimbulkan suasana belajar mulai beralih ke ranah digital dan menulis diwujudkan dengan memakai perangkat lunak digital. Sedangkan pengaplikasian budaya tersebut ke ranah bidang kesehatan dengan memanfaatkan Electronic Medical Record (EMR). Hal ini berguna untuk meningkatkan efisiensi akurasi data dan informasi. Selain itu di bidang industri dan perkantoran, kita bisa menggunakan Document Management System (DMS) dan Green ICT (Information and Communication Technology).
ADVERTISEMENT
Dengan berpindah ke format digital, maka akan mengurangi konsumsi kertas. Selain itu, secara otomatis mengurangi konsumsi kayu dan deforestasi skala besar. Bahkan kita juga berkontribusi dalam melindungi hutan agar dapat memberikan udara bersih bagi masyarakat. Paperless culture bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, menghasilkan keuntungan bisnis, dan menghemat waktu. Paperless culture adalah upaya kita untuk melindungi lingkungan secara berkelanjutan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi bumi kita.
Sampah kertas perlunya didaur ulang menjadi bahan yang berguna bagi masyarakat. Selain itu, sampah kertas ternyata mempunyai potensi yang bagus karena teksturnya yang bisa dianggap cukup baik dan indah. Hal ini menjadikan sampah kertas pembuatannya bisa beraneka ragam dan bernilai tinggi. Misalnya sampah kertas bisa didaur ulang menjadi tempat pensil, tempat kado, tempat tisu, pembuatan kipas, dan sebagainya. Dengan adanya daur ulang ini bisa membuat masyarakat untuk hemat dalam penggunaan kertas. Selain itu, memotivasi mereka agar melestarikan lingkungan dengan menciptakan barang baru yang bernilai seni dan ekonomis.
ADVERTISEMENT