Konten dari Pengguna

Sudut Pasar Induk Beras Cipinang

8 November 2017 10:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuana Fatwalloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta, Kumparan.com ̶ Suasana Pasar Induk Beras dan Palawija Cipinang terlihat ramai berlalu-lalang mobil, motor dan truk. Tampak banyak orang mondar-mandir di jalan-jalan pasar dengan mengangkat beras. Di antara mereka nampak wajah-wajah lelah penuh keringat bercucuran. Namun, mereka masih sempat tersenyum khas dengan ramah-tamah dan canda gurau.
ADVERTISEMENT
Di sudut pasar ada yang berbeda, yakni pak Udin, lima puluh tahun, yang sedang mengupas botol dari kemasannya. Ditemui Kumparan pagi ini, di bawah terik matahari pak Udin terlihat tekun melepas plastik dari botol dan memilah-milah antara botol dan tutupnya.
Pak Udin adalah warga Manggarai yang berprofesi sebagai pemulung. Ia pernah menjadi buruh bangunan di tahun 1975, karena kondisi fisiknya yang sudah tidak memungkinkan, ia memutuskan untuk berhenti dan beralih menjadi pemulung.
Sejak pagi, Ia berangkat berjalan kaki dari Manggarai hingga di kawasan Pasar Induk Beras dan Palawija Cipinang untuk mengambil botol-botol bekas. Sore hari, ia baru kembali pulang ke Manggarai. setiap harinya, ia mendapat uang tidak menentu, tergantung banyaknya botol yang dikumpulkan. Ceritanya kepada kami, jika botol bekas yang dikumpukan akan dihargai Rp 2.500 per kilo, tutup botol Rp 1.500 perkilo dan gelas plastik bekas akan dihargai lebih mahal, yakni Rp 6.000 per kilo. “Ini kalau ramai dapet 20[ribu].. kadang-kadang 30[ribu]”Ujarnya kepada Kumparan. Uang tersebut, ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pak Udin tinggal sendiri tanpa sanak-saudara, semua keluarganya telah tiada. Ia tidak memiliki tempat tinggal, setelah rumah orang tuanya di jual oleh saudaranya. “ya tidur di toko-toko..” Kata Pak Udin. Tampak di raut mukanya, menyembunyikan kepedihan hidup yang luar biasa. Ia tak berharap banyak di masa tuanya, ia hanya ingin hidup dengan sejahterah.