Konten dari Pengguna

Podcast Rakyat: Menyuarakan Aspirasi Buruh di Hari Buruh Internasional

Yuchi Syahriani Putri
Penulis, penyiar, dan mahasiswa S2 Komunikasi Pembangunan di Universitas Andalas. Suka mengulik isu-isu sosial, komunikasi partisipatif, dan kekuatan media dalam mengubah cara kita memandang dunia.
30 April 2025 13:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuchi Syahriani Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional sebagai momentum penting untuk merefleksikan kondisi, perjuangan, dan hak-hak para pekerja.

Sumber Gambar Ilustrasi Pribadi Menggunakan AI
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar Ilustrasi Pribadi Menggunakan AI
Di Indonesia, isu-isu buruh seperti upah minimum, sistem kerja outsourcing, jaminan sosial, hingga kesehatan kerja masih menjadi topik yang hangat, namun sering kali luput dari ruang diskusi publik yang luas. Di tengah keterbatasan akses media arus utama bagi kelompok buruh, hadirnya aplikasi multimedia seperti podcast dapat menjadi ruang alternatif yang inklusif, edukatif, dan partisipatif. Bukan sekadar kanal hiburan, podcast kini menjelma menjadi medium penyuluhan dan komunikasi pembangunan yang potensial, terutama dalam memperkuat suara pekerja.
ADVERTISEMENT
Podcast dan Transformasi Ruang Suara
Podcast merupakan bentuk siaran audio digital yang dapat diakses kapan saja melalui perangkat pintar. Formatnya yang fleksibel—tanpa batas waktu siaran seperti radio konvensional—membuatnya cocok bagi buruh yang bekerja dalam sistem shift atau mobilitas tinggi. Mereka dapat mendengarkan obrolan kritis seputar hak-hak tenaga kerja, kisah inspiratif dari sesama pekerja, maupun informasi penting tentang ketenagakerjaan sambil dalam perjalanan atau di waktu istirahat.
Menurut laporan Reuters Institute Digital News Report (2023), konsumsi podcast di Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan usia produktif. Tren ini membuka peluang bagi penyuluh, aktivis buruh, organisasi nonpemerintah, dan komunitas pekerja untuk menggunakan podcast sebagai alat komunikasi pembangunan. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip komunikasi pembangunan yang menekankan pada akses informasi yang demokratis, partisipasi masyarakat, serta transformasi sosial berbasis akar rumput (Servaes, 2008).
ADVERTISEMENT
Edukasi dan Penyuluhan dalam Format yang Akrab
Salah satu keunggulan podcast adalah kemampuannya menyampaikan materi kompleks dalam gaya tutur yang informal dan akrab. Topik-topik penting seperti perjanjian kerja bersama (PKB), UU Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, hingga hak berserikat bisa dijelaskan secara ringan namun substansial.
Di sisi lain, penyuluhan melalui podcast juga dapat menjangkau buruh di sektor informal, seperti pekerja rumah tangga, ojek daring, dan buruh harian lepas—yang selama ini kurang mendapat akses pelatihan dan informasi formal. Kolaborasi antara komunitas pekerja, penyuluh lapangan, dan produser konten dapat menghasilkan seri podcast yang relevan, kontekstual, dan berkelanjutan. Hal ini penting mengingat data ILO (2022) mencatat bahwa lebih dari 60% pekerja di Indonesia berada di sektor informal.
ADVERTISEMENT
Partisipasi sebagai Kunci: Dari Pendengar Menjadi Narasumber
Keunggulan lain podcast adalah sifatnya yang dialogis. Tidak sedikit kanal podcast yang membuka ruang partisipasi, seperti menerima pertanyaan dari pendengar, mengundang buruh sebagai narasumber, atau membacakan testimoni pengalaman kerja dari berbagai daerah. Ini sejalan dengan pendekatan komunikasi pembangunan modern yang menolak komunikasi satu arah dan justru mendorong keterlibatan aktif masyarakat.
Podcast semacam “Suara Pekerja”, “Ngopi Bareng Serikat”, atau kanal-kanal komunitas lokal yang membahas isu agraria dan pekerja migran menunjukkan bahwa podcast bisa menjadi jembatan yang menghubungkan suara akar rumput dengan ranah kebijakan publik. Ketika buruh dapat berbicara atas nama dirinya sendiri—tanpa dibungkam oleh bias media atau kendala institusional—maka komunikasi pembangunan tidak lagi menjadi proyek elitis, tetapi proses dialog kolektif.
ADVERTISEMENT
Tantangan: Literasi Digital dan Akses Teknologi
Namun demikian, pemanfaatan podcast sebagai media penyuluhan dan komunikasi pembangunan tidak lepas dari tantangan. Tidak semua buruh memiliki literasi digital memadai atau akses internet yang stabil. Di beberapa daerah, keterbatasan sinyal, biaya kuota, dan kepemilikan perangkat menjadi hambatan nyata. Karena itu, strategi distribusi konten perlu disesuaikan dengan kondisi lokal, misalnya melalui unduhan offline, siaran radio komunitas yang menyiarkan ulang konten podcast, atau pemutaran bersama di posko serikat.
Dari sisi produksi, dibutuhkan pelatihan teknis dan editorial agar penyuluh maupun aktivis pekerja mampu menghasilkan konten audio yang berkualitas dan menarik. Dukungan dari pemerintah, LSM, dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk memperkuat ekosistem podcast pekerja, baik dalam bentuk pelatihan, pendanaan, maupun akses platform.
ADVERTISEMENT
Sinergi Media Baru dan Kebijakan Publik
Untuk menjadikan podcast sebagai kanal penyuluhan yang efektif, diperlukan juga sinergi dengan kebijakan pemerintah. Program seperti Gerakan Literasi Digital, Kampung Ketenagakerjaan, atau Balai Latihan Kerja (BLK) bisa mengadopsi format podcast sebagai bagian dari strategi komunikasi mereka. Bahkan, lembaga seperti Kementerian Ketenagakerjaan, BPJS, hingga Ombudsman dapat membuat kanal resmi yang berisi edukasi publik berbasis audio.
Lebih dari itu, Hari Buruh Internasional bisa dijadikan momentum untuk meluncurkan podcast-podcast bertema ketenagakerjaan yang dikurasi secara nasional—menjadi simbol bahwa negara mendukung komunikasi yang memberdayakan, bukan membungkam. Seperti kata Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed, pendidikan sejati adalah dialog antara manusia untuk saling membebaskan. Begitu juga podcast: dialog digital yang membebaskan dari kebisuan struktural.
ADVERTISEMENT
Menyongsong Masa Depan: Suara yang Tertinggal Kini Terdengar
Podcast tidak akan menggantikan peran aksi nyata di lapangan—dari demonstrasi hingga negosiasi serikat. Namun ia dapat menjadi pelengkap yang memperkuat narasi perjuangan buruh dengan cara yang damai, reflektif, dan terus hadir di ruang dengar publik. Melalui mikrofon dan jaringan digital, suara-suara yang dulu tertinggal kini punya kesempatan untuk terdengar lebih luas.
Di Hari Buruh Internasional ini, mari kita rayakan bukan hanya dengan seruan di jalanan, tetapi juga dengan membangun ruang-ruang baru yang berisi gagasan, harapan, dan keberanian. Karena setiap buruh, sejatinya, berhak bersuara. Dan podcast bisa menjadi salah satu mikrofon yang membantunya.
Referensi:
International Labour Organization (ILO). (2022). Informal Employment and the Challenge of Decent Work.
ADVERTISEMENT
Reuters Institute. (2023). Digital News Report 2023.
Servaes, J. (2008). Communication for Development and Social Change. SAGE Publications.
Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. Continuum.
Sumber Gambar Ilustrasi Pribadi Menggunakan AI