Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Di Balik Senyum yang Tak Pernah Usai
18 Januari 2025 10:49 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap hari, saya melangkah dengan pasti, berbicara dengan penuh semangat, dan tertawa di antara obrolan ringan. Dari luar, hidup saya tampak baik-baik saja seolah sempurna. Orang-orang melihat saya sebagai seseorang yang hidupnya nyaman dan tak kekurangan apa-apa.
Namun, ada sebuah rahasia yang saya sembunyikan jauh di dalam diri. Jika ada yang mau mendengar lebih saksama, mereka mungkin akan mendengar suara isak tangis yang terus mengalun tanpa henti. Itu bukan suara yang tampak di luar, tetapi sebuah bisikan yang datang dari kedalaman jiwa. Sebuah kesedihan yang tak pernah benar-benar pergi.
Kadang, kesedihan itu terlalu besar untuk disembunyikan. Ia muncul dalam senyum yang terasa dipaksakan, dalam tatapan mata yang tak bisa menyembunyikan kelelahan, atau dalam napas panjang yang melintas di tengah tawa. Saya belajar untuk menyembunyikan perasaan ini, tetapi ada kalanya ia meledak keluar terlihat hanya sekejap, namun cukup untuk memberi tahu dunia bahwa saya bukanlah sosok yang sepenuhnya utuh.
Saya percaya, ada orang-orang yang cukup peka untuk melihat lebih dalam. Mereka tahu bahwa di balik tawa saya, ada luka yang belum sembuh. Tetapi saya juga menyadari, peka tak selalu berarti peduli. Beberapa orang mungkin tahu, tetapi mereka memilih untuk tidak bertanya, atau mungkin mereka merasa itu bukan urusan mereka.
Suatu hari, seorang teman berkata, “Kamu selalu terlihat bahagia. Hidupmu pasti menyenangkan, ya?” Saya hanya tersenyum kecil. Saya tahu, dia tidak tahu apa yang saya sembunyikan. Bagaimana bisa saya menjelaskan bahwa di balik kebahagiaan itu, ada ketegangan, ada kesendirian yang kadang datang begitu mendalam?
Saya sadar bahwa dunia tak selalu peduli. Dan itu tak apa. Saya tidak berharap semua orang mengerti. Saya sudah belajar untuk tahu diri, untuk tidak berharap bahwa setiap orang akan peduli dengan luka-luka yang saya sembunyikan. Dunia bergerak cepat, dan setiap orang terjebak dalam hidup mereka sendiri. Tetapi saya tahu, meskipun dunia tidak selalu peduli, saya tetap bisa berjalan.
Bagi siapa saja yang mungkin merasakan hal yang sama, saya ingin mengatakan ini: tidak apa-apa jika orang lain tidak memahami. Tidak apa-apa jika Anda merasa terabaikan. Kadang, kekuatan yang paling besar datang dari kemampuan kita untuk menerima diri kita apa adanya, tanpa harus menunggu pengakuan orang lain.
Di balik setiap senyuman yang kita beri kepada dunia, ada diri kita yang terus berjuang. Dan itu sudah cukup. Kita cukup kuat untuk terus melangkah, meskipun dunia tidak selalu melihat.
ADVERTISEMENT