Konten dari Pengguna

Hidup di Era Penuh Kepalsuan

Yuda Saputra
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang.
27 Juni 2023 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuda Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto By Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto By Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita hidup di era penuh kepalsuan. Orang-orang memakai topeng berlapis untuk menutupi jati dirinya. Padahal, dibalik topeng yang berlapis tersebut mereka hidup penuh penderitaan dan kemunafikan. Anehnya mereka menikmati itu.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang bertopeng tersebut berbicara sangat manis, namun hatinya penuh dengki. Tampilannya ganteng dan cantik, namun pikirannya jahat dan penuh ambisi yang merusak. Terlihat baik hati dan suka menolong, namun semua itu hanya untuk konten semata. Mereka menjual kesedihan orang lain untuk kepentinganya, tidak ada ketulusan di dalamnya.
Tidak hanya itu, tubuh pun mereka manipulasi, sekedar untuk meningkatkan pamor. Tidak heran operasi pelastik kini kian menjamur. Mereka mengubah wajahnya , sehingga bisa mencapat standar kecantikan dan kegantengan yang mereka inginkan. Jutaan sampai milyaran mereka habiskan untuk mengubah wajahnya.
Tidak hanya tubuh, pikiran pun kini penuh kepalsuan. Orang sulit untuk berfikir mandiri, karena tekanan sosial dari segala arah, mulai dari keluarga, teman pergaulan, sampai trend masyarakat secara umum. Orang tidak punya lagi keberanian untuk berkata "tidak" pada kekuatan-kekuatan yang menjajah mereka. Alhasil, pikiran mereka penuh dengan kepalsuan, tanpa keaslian sedikit pun.
ADVERTISEMENT
Ketika tubuh dan pikiran kehilangan keasliannya, lalu muncul berbagai bentuk kepalsuan di dalam masyarakat. Kita menemukan politisi palsu yang korup dan rakus kekuasaan. Kita menemukan guru dan pemuka agama palsu menyebarkan ajaran-ajaran radikal, serta memperbodoh masyarakat dan lain sebagainya.